Happy reading-
-
ucapin selamat ultah buat ibu paus kita dongg
"Ra, hari ini mau makan apa? Avi masakin deh,"
"Ada barang yang pengen Lara beli ngga? Sketsa, cat, boneka paus, atau apa gitu?"
"Sore nanti jalan-jalan gimana? Katanya Lara suka ke cafe lovecat yang kemaren itu? Mau ke sana lagi? Cheese cakenya suka, kan?"
"Baju mungkin baju? Dress kesukaan kamu?"
Langkah Lara yang merajut menaiki tangga itu terhenti. Menghela nafas membalikkan tubuhnya menatap kedua kakaknya yang terus berceloteh. Terdiam sebentar meneguk ludahnya. Mengalihkan pandangan sebelum berucap. "Aku mau sendiri. Jangan masuk ke kamarku sehari ini. Please," lirihnya memandang sayu.
Aige meneguk ludahnya dengan Avi yang melangkah mundur sekali. Pemuda itu berusaha memberikan senyuman tipisnya. "Iya, baik-baik di dalam. Keluar kalau lapar ya?" katanya menahan kelopak mata agar tidak bergetar.
Lara mengangguk singkat. Dengan langkah lemas, perlahan ia berjalan kembali menuju kamarnya.
Begitu punggung Lara tak terlihat, lengosan panjang terdengar dari bibir Avi. "Gagal lagi?" tanyanya berkacak pinggang.
"Selalu begitu," respon Aige bergerak turun ke meja makan menuangkan segelas air putih lalu diteguk perlahan.
Pakaian hitam yang mereka kenakan adalah bentuk duka kehilangan. Ini adalah hari peringatan Bunda meninggal. Tepat juga Lara berulang tahun ke tujuhbelas. Namun, seperti tahun-tahun sebelumnya, Lara selalu menolak untuk merayakan. Baginya merayakan ulang tahunnya sama saja merayakan ketiadaan Bunda tercinta.
Lara tidak mau bersenang-senang di tanggal dan bulan yang sama saat Bunda meninggalkan dirinya. Dimana saat itu, dia dilahirkan di dunia dan diambil orang yang sudah ia anggap sebagai dunianya.
Membeli kue ulang tahun, hadiah, jalan-jalan atau hal merayakan lainnya seperti kebanyakan orang. Semua rencana sudah dijajal, hanya saja Lara selalu memilih mengurung dirinya seharian dihari ulang tahunnya.
"Jadi gimana?" tanya Avi berfikir keras. Menyusul Aige yang sudah duduk di kursi makan.
"Ya gitu..." gumam Aige tak yakin dengan ucapannya sendiri.
Keduanya tenggelam di dalam pikiran mereka sendiri. Sampai pada saat Avi merogoh sakunya dan mengetikkan room chat pada satu satunya orang yang kini bisa membantunya.
Avisena : kar, boleh tolongin gua ngga?
-
-
-
Kalara turun dari arah tangga dengan derapan kecilnya. Mengenakan dress putih dibalut jaket crop jeans yang dipakai asal sengaja memamerkan lengan kurusnya.
Aige dan Avi di ruang tengah seketika merekah. Begitu pun Karang yang tersenyum menampilkan matanya yang menyipit.
"Cantik banget buk," goda Avi tengil.
Aige berdiri, berjalan mendekat merapikan rambut Lara. "Hati-hati di jalan. Selalu kabarin Gege," pesannya.
Lara hanya mengangguk kecil. Melirik Karang yang tak berhenti tersenyum sejak tadi. "Ayo," ajaknya menggandeng tangan Lara keluar rumah. Aige dan Avi dengan setia memastikan Lara masuk dalam mobil Karang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sea For Blue Whales
Teen Fiction⚠️DILARANG PLAGIAT! GUE VIRALIN, TUNTUT MAMPUS NNTI⚠️ "Kamu pernah bilang kalau kamu lautku Karang. Seperti namaku, Lara. Kita akan tetap bertemu ditepi saat semua orang mengutarakan lukanya dengan laut. Kamu adalah penyembuh Lara. Kita akan selalu...