56. Hancur

2.4K 225 36
                                    


Happy reading

-

-

maaf ya ngecewain kalian hehe, makasi supportnyaa

⚠️mengandung perkelahian, sm angst dikit ⚠️



Karang memasuki rumah besarnya. Berjalan dengan tatapan kosong. Tangannya menggenggam ponsel yang sedari tadi tidak berhenti berdering. Langkahnya terasa berat, seperti perasaannya setelah mengetahui masa lalu tentang Lara, gadisnya.

Senyuman Lara yang terbayang diotaknya membuat Karang semakin merasa bersalah. "Cepet sembuh lukanya. Biar besok kalau ada yang jahatin kamu, kamu bisa lebih kuat lagi."

Perkataan Lara saat kecil dulu masih terpatri jelas diotaknya. Bahkan senyum manis gadis itu yang tenang berucap. Harusnya Karang juga bisa mengatakan hal itu saat Lara melalui masa sulit. Tapi dirinya kemana saat itu?

Kini pemuda itu sedikit menyalahkan Tuhan karena telah memisahkan mereka. Bagaimana Tuhan berlaku tidak adil kepada keduanya.

Ingin sekali Karang memeluk erat tubuh Lara. Meyakinkan gadis itu bahwa ia tidak akan meninggalkan Lara, membiarkan Lara melalui semuanya lagi.

Saat kakinya memasuki ruang utama, mata Karang semakin menyayu. Degup jantungnya berdetak lebih cepat. Menatap David yang tengah menempelkan ponselnya di telinga. Bersamaan dengan itu Karang baru menyadari ponselnya sendiri terus berdering berkali-kali.

Prakk

David membanting ponselnya ke lantai. Berjalan cepat ke arah Karang lalu tanpa aba-aba menarik rambut Karang dengan kasar.

"Anak kurang ajar!"

Plak

Tubuh Karang terhuyung dengan pipi yang memanas perih. David menamparnya dengan keras. Beberapa bodyguard yang ada di sana hanya melihat. Tanpa ekspresi, tidak ada satu orang pun yang menatapnya iba. Hal ini sudah biasa bagi mereka.

Wajah pria paruh baya yang memerah itu mengedarkan pandangan. Bergerak cepat ke arah tas stik golfnya lalu mengambilnya. Berbalik kemudian memukul punggung Karang yang hanya terdiam dengan pandangannya yang masih kosong.

Bukk

Bukk

Bukk


Setelah memukul, David tak tahan untuk menggerakkan kakinya juga. Menendang tubuh lemas Karang yang sudah terkapar di lantai. Setelah melakukan puluhan tendangan keras, David menekan kepala Karang menggunakan kakinya. Membuat pemililnya merintih keras.

Melampiaskan kekesalannya sembari menggeram marah, David menghela nafas kasar. Tak bisa berkata-kata lagi setelah mengetahui kelakuan anak tunggalnya akhir-akhir ini. David akui, ia memang lengah. Seharusnya ia tidak mempercayai Karang sebegitunya.

David menoleh ke arah Ayman asistennya. Menjulurkan tangan meminta beberapa berkas yang membuat dirinya semarah ini. "Damania Kalara."

Dalam rintihannya, Karang mata Karang sedikit melebar. Tubuh yang awalnya hanya pasrah itu untuk pertama kalinya menolak, ia berusaha melepaskan jeratannya. Namun saat itu juga David menendangnya lagi meminta untuk diam.

"Ah, orang miskin ini. Gimana kamu bisa memacarinya?" tanya David dengan nada menyebalkan. Bahkan sekedar membaca biodata perempuan itu saja membuatnya sangat muak dan kesal.

Sea For Blue WhalesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang