Kaikala melangkah menuju tempat duduknya, ia heran mengapa kursi Carla masih kosong karena biasanya gadis itu yang datang terlebih dahulu sebelum Kaikala.
Kepala Kaikala menoleh saat mendengar suara yang familiar di telinganya, di depan pintu kelas terlihat Carla sedang mengobrol dan melambaikan tangan kepada Melvin kemudian remaja itu pergi.
Mata Kaikala memincing, menatap Carla yang melangkah menghampiri. "Udah jadian?."
"Hah?." Carla yang tidak mengerti maksud dari pertanyaan Kaikala yang tiba-tiba.
"Lo sama Melvin udah jadian?. Kok bisa kalian berangkat bareng? biasanya lo bawa mobil sendiri dan paling ogah buat di jemput Melvin?."
"Mobil gue rusak, Kal. Kemarin waktu gue mau nganterin belanjaan ke rumah Tante gue bagian belakang mobil gue ada yang nabrak, jadi ringsek body belakangnya."
"Astaga, terus lo ada yang luka?."
"Ga ada, posisinya mobil gue lagi di parkir. Mabok kali yang bawa tuh mobil sampe mobil gue yang lagi diem dia tabrak kenceng begitu."
"Syukur lo ga kenapa-kenapa, terus lo minta Melvin buat berangkat bareng?."
"Engga, tadi pagi dia ngechat gue nawarin buat berangkat bareng. Gue mau nolak juga mikir-mikir karena mobil di rumah di pake semua, terus kalo pake ojol di pikir-pikir sayang juga duitnya mending gue pake buat beli mie ayam."
"Dasar lo, udah si jadian aja. Gereget gue ngeliat lo, Melvin udah baik dan green flag kaya gitu masih lo tolak.
"Gue bukan nolak, Kal."
"Berati lo mau sama dia?."
"Ya.. ya gitu lah, gue masih nunggu waktu yang tepat aja."
"Halah kelamaan nunggu lo, ntar keburu Melvin cape ngejar lo terus dia cari yang lain nyesel lo."
"Emang bisa Melvin berpaling dari gue?." Kaikala berdecih.
"Orang juga bisa cape, La." Kaikala memilih untuk membuka handphonenya di banding harus melanjutkan obrolannya dengan Carla.
─ ⋯ ─ ⋯ ─ ⋯ ─ ⋯ ─
Kaikala terus melangkahkan kakinya di koridor kelas Antares, matanya berkeliling mencari keberadaan sahabatnya yang tak kunjung terlihat setelah pelajaran selesai.
Tak biasanya Antares langsung menghilang seperti ini, biasanya usai bel berbunyi ia langsung berdiri di depan kelas Kaikala menunggu gadis itu keluar.
Kaikala mulai gusar, kondisi koridor telah sepi dan hanya ada dirinya di sana. "Ares kemana sih, dari tadi di tungguin ga dateng-dateng." kesalnya.
Dari kejauhan Jerga melihat Kaikala dan langsung menghampiri gadis itu, "Kala? lo ngapain disini?."
Kaikala sedikit tersontak mendengar suara Jerga yang tiba-tiba muncul, "Gue lagi nyari Ares, lo tau dia kemana?."
"Ares? gue ga liat, Kal. Lo mau gue anter pulang aja?."
"Ga usah, gue bisa naik taxi."
"Jam segini taxi udah sepi, Kal. Sama gue aja ya?, gue janji bakal anter lo sampe rumah dengan selamat."
Kaikala berfikir atas tawaran Jerga, ucapan Antares untuk menyuruhnya agar tidak dekat-dekat dengan Jerga langsung teringat di otaknya.
"Kal? kok malah diem, gue anter ya."
"Y-yaudah deh, gue balik sama lo."
"Yes!, yaudah lo tunggu depan dulu, gue mau ambil motor di parkiran."
Kaikala mengangguk, matanya masih melirik ke sekeliling sebelum kakinya melangkah. Mau tak mau ia harus menerima tawaran Jerga karena jika naik taxi ia harus menunggu lama hingga taxi lewat di depan sekolah.
Jerga datang dengan motornya, ia berhenti di hadapan Kaikala dan menurunkan footstep motor agar Kaikala bisa langsung naik ke atas motor.
Motor melenggang pergi dari sekolah yang sudah sepi, di perjalanan Jerga membuka topik agar tidak terlalu canggung. Di sela obrolan Kaikala menunjukkan arah kepada Jerga karena ini kali pertama Jerga mengantarnya pulang.
Sampai di depan rumah, Kaikala mengucapkan terima kasih kepada Jerga karena sudah bersedia mengantarnya pulang. Jerga tidak keberatan karena ia senang bisa mengantar Kaikala sambil memperdekat dirinya dengan gadis itu.
"Oh iya, Kal. Gue boleh minta nomer telpon lo biar bisa ngobrol lebih banyak lewat chat."
Kaikala tidak keberatan, ia memberikan nomer telponnya kepada Jerga sebagai tanda terima kasih karena remaja itu telah mengantarnya.