Bab 1

734 54 9
                                    

Shankara mengelus kasar pipinya yang terdapat lebam keunguan. Sedikit meringis saat dia menyentuh sudut bibirnya yang terdapat luka di sana. Matanya tajam menatap pantulan dirinya sendiri di cermin. Kepalan tangannya semakin mengeras mengingat bagaimana ayahnya yang baru saja beberapa menit yang lalu menghajarnya habis-habisan.

"Shit". Umpatnya.

BRRAAKKK

Ditinjunya cermin yang memantulkan sosok dirinya yang sedang menahan amarah itu. Shankara kesal, marah, kecewa pada sang ayah tapi tak bisa melawannya. Lebih tepatnya dia tak tau cara melawan ayahnya seperti apa terlebih dirinya hanyalah seorang siswa SMA kelas 12. Shankara bukan berandalan sekolah walaupun tampangnya cukup bisa dibilang termasuk berandalan namun sebenarnya dia siswa teladan.

Matanya terpejam begitu badannya meringsut ke lantai kamar mandi sembari bersandar pada dinding. Bahkan dalam kondisi seperti ini pun dirinya tak bisa lagi menangis, seakan ada emosi tertahan yang tak bisa dia keluarkan dalam dirinya.

***

"Dipukul lagi lo?". Tanya Ganesh sang sepupu ketika mereka lagi berada di bar.

Jangan heran, walaupun Shankara mengaku dia anak teladan tapi dari dibesarkan oleh sosok ayah yang suka memukul justru membuat Shankara menyenangkan dirinya melalui alkohol. Baginya, kehilangan kesadaran lebih baik daripada ingat punya ayah yang tak bisa diharapkan. Ibunya sudah meninggal ketika melahirkannya, alhasil Shankara benar-benar dibesarkan oleh ayahnya seorang diri.

Satu lagi, soal mereka yang bisa masuk bar padahal masih di bawah umur itu juga jangan heran. Ganesh ahlinya soal membuat ktp palsu.

"Ga usah diladenin, udah gue bilang kalo bokap lo itu bakal makin gila kalo dilawanp". Tambah Ganesh lagi.

Benar, yang dikatakan Ganesh memang benar adanya. Ayahnya memang sosok yang tak bisa diajak berbicara karena itu hanya akan menambah api emosinya.

"Tapi dia minta gua buat tunangan cok". Kepalan tangan Shankara mengeras mengingat bagaimana ayahnya seenak hati menyuruh dia bertunangan bahkan dengan siapa dia tak tahu. Itu juga yang membuatnya kemarin melawan dan berakhir babak belur seperti sekarang. Miris memang.

"Kalo bokap lo minta begitu yaaahh mau gimana lagi". Ganesh juga tak tahu bagaimana cara membantu sepupunya itu.

Bagi keluarga seperti mereka memang tak jauh-jauh dari pertunangan di usia muda, apa lagi kalau bukan untuk bisnis. Seperti menjual anak pada perusahaan lain demi keuntungan perusahaan sendiri.

Shankara memusut wajahnya kasar. Ganesh tahu jika sepupunya itu sangat marah. Tapi yang bisa dia lakukan sekarang hanya menghiburnya dan menemaninya minum.

"Ga usah terlalu dipikirin, mending kita party alkohol". Lucu memang obrolan mereka soal minuman, tapi ya wajar karena keduanya masih bisa dibilang anak-anak.

.

Tak tahan, Shankara benar-benar tak tahan dengan sifat kepala batu sang ayah belum lagi emosi yang tak bisa padam itu. Memang apa salahnya? Dia hanya mencoba untuk membatalkan pertunangan. Memangnya ini zaman apa sampai harus dijodoh-jodohkan segala. Shankara mengobati lukanya sendiri di dalam kamarnya, lukanya yang kemarin saja belum sembuh ditambah lagi dengan luka baru. Sedari tadi dia mengurung diri, tak menghiraukan panggilan ayahnya yang mungkin sudah serak suaranya untuk memanggil Shankara. Padahal Shankara sudah sebisa mungkin mempertahankan prestasinya di sekolah, memangnya apa lagi yang membuat orang tua itu tak puas dengan dirinya.

"Apa gue kabur aja?". Terbesit ide gila itu sesaat. Cuma sesaat karena Shankara sadar bahwa dirinya masih remaja.

Dia menyudahi aksi mengobati diri sendiri lalu membuka aplikasi m-banking di hpnya. Sesaat dia berpikir.

[✓]Falling for U | SanwooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang