Sudah empat hari Cassie berada bersama Leo. Tidak ada yang berubah dari rutinitas mereka. Pagi hari Cassie makan, lalu Leo pergi dan kembali saat makan siang. Setelah itu, Leo pergi lagi dan kembali pada malam hari tepat saat makan malam. Tubuh Cassie masih lumpuh, tetapi ia terus berusaha bersikap baik kepada Leo, berharap mendapat keringanan dari hukuman yang ia terima.
Pagi ini, Cassie terbangun lebih dahulu dan termenung menatap langit-langit kamar. Pikirannya berkelana jauh, tak menyadari bahwa seseorang telah memperhatikannya sejak beberapa menit yang lalu.
"Apa yang kau pikirkan?" suara berat Leo mengagetkannya. Cassie mengerjapkan matanya dan menatap Leo sebelum mengalihkan pandangannya kembali.
"Kau hanya boleh memikirkanku," lanjut Leo dengan nada tegas. Cassie berusaha keras untuk tidak memutar bola matanya. Ia sudah lelah dengan sikap Leo yang menurutnya berebihan.
Leo beranjak dari ranjang dan mulai mempersiapkan sarapan. Seperti biasa, Cassie makan di atas pangkuan Leo dan disuapi olehnya. Setelah makan, Leo memberikan minuman yang sudah dicampur dengan sebuah cairan. "Minumlah."
"Apa ini?" tanya Cassie, berjaga-jaga. Ia tidak sebodoh itu untuk menuruti semua perintah Leo tanpa berpikir.
"Penawar untukmu," jawab Leo singkat. Mata Cassie berbinar senang. Akhirnya, usaha kerasnya bersikap baik tidak sia-sia. Tanpa menunggu lama, ia meneguk minuman itu hingga habis.
"Hari ini aku akan bersama denganmu. Aku akan menemanimu seharian," ucap Leo sambil mengusap rambut Cassie dengan lembut.
Setelah beberapa waktu, Cassie mulai mencoba menggerakkan tubuhnya perlahan. Ia sempat panik karena tidak bisa menggerakkan tubuhnya, tetapi setelah beberapa saat ia bisa menggerakkan jari-jarinya. Cassie tersenyum senang. Akhirnya, tubuhnya tidak lagi lemas dan dapat digerakkan meskipun masih terasa kaku.
"Gerakkan dengan perlahan, Cassie," titah Leo.
"Terima kasih, Leo," cicit Cassie pelan. Leo hanya menjawab dengan dehaman kecil.
Cassie berusaha bangun dari pangkuan Leo, tetapi sebelum berdiri dengan sempurna, ia hampir terjatuh kembali ke pelukan Leo. Leo dengan sigap membantunya untuk tetap berdiri.
"Aku akan membantumu. Kau pasti masih belum terbiasa," ucap Leo sambil menuntunnya untuk berjalan. Tubuh Cassie masih sedikit kaku, tetapi Leo dengan sabar menuntunnya melalui setiap langkah.
Mereka berjalan perlahan di sekitar kamar, kemudian keluar menuju ruang tamu. Leo mengajarinya cara menggerakkan tubuh kembali, mulai dari langkah sederhana hingga gerakan yang lebih kompleks.
"Ayo, coba angkat tanganmu lebih tinggi," kata Leo sambil menunjukkan gerakan yang harus diikuti Cassie.
Cassie meniru gerakan itu dengan hati-hati. "Seperti ini?"
"Ya, bagus sekali. Sekarang coba rentangkan tanganmu dan jaga keseimbangan," ujar Leo.
Setelah beberapa kali mencoba, Cassie mulai merasa lebih nyaman dengan gerakan-gerakan itu. Leo kemudian membawanya ke dapur dan mengajarinya cara memegang benda-benda kecil seperti sendok dan garpu. Ia mengawasi setiap gerakan Cassie dengan cermat, memastikan Cassie tidak mengalami kesulitan.
"Ambil sendok ini dan coba angkat secangkir teh," perintah Leo.
Cassie mengangguk dan perlahan mengikuti instruksi Leo. Meski tangannya masih sedikit gemetar, ia berhasil mengangkat cangkir itu tanpa menumpahkan isinya. "Aku berhasil!"
Leo tersenyum dan mengangguk. "Lihat? Kau semakin baik. Sekarang, mari kita coba berjalan ke taman."
Mereka berjalan perlahan menuju taman kecil yang berada di sekitar apartemen tempat tinggal Leo. Cassie merasa sedikit terbebas, setelah beberapa hari hanya di dalam kamar yang membosankan baginya. Akhirnya, hari ini ia dapat merasakan kembali udara segar.
"Saat kau merasa lelah, beri tahu aku. Kita bisa beristirahat kapan saja," kata Leo dengan suara lembut.
"Baiklah, terima kasih telah bertanggung jawab." Ucapnya sedikit menyindir.
Mereka melanjutkan aktivitas sepanjang hari, dari berlatih berjalan hingga belajar melakukan tugas-tugas sehari-hari seperti menyiapkan makanan sederhana dan merapikan tempat tidur. Leo tetap di sampingnya, membantu Cassie melakukan segala aktivitas itu.
Menjelang sore, Cassie merasa tubuhnya lebih bugar dan kuat. Meski masih ada rasa kaku di beberapa bagian, ia merasa ada kemajuan yang signifikan.
"Besok, kita akan coba lebih banyak lagi," ujar Leo dengan senyum kecil.
Cassie mengangguk dengan penuh semangat. "Baiklah."
KAMU SEDANG MEMBACA
Prigioniera
ChickLitKarena berani menolong sahabatnya yang kabur dari cengkeraman mafia, Cassandra Clark harus menanggung akibatnya. Gadis pemberani ini kini terjebak di bawah kekuasaan Leonardo Bianchi, tangan kanan mafia yang kejam.