𝟏𝟎. 𝐒𝐩𝐞𝐜𝐢𝐚𝐥 𝐃𝐚𝐲

2K 88 10
                                    

Satu tahun berlalu, Lean di nyatakan remisi dari penyakitnya. Berbagai cara telah ia lakukan, beberapa obat terbaik sudah masuk kedalam tubuhnya. Kini Lean tengah menjalani pemulihan, dan Axelen tidak pernah bisa jauh dari pria cantiknya itu.

Kedua insan itu sekarang tengah menikmati indahnya danau di belakang Mansion Axelen. Danau tersebut adalah tempatnya terfavorit Lean selama ada di Mansion kekasihnya. Sesuai permintaannya kala itu, Lean meminta agar Axelen memelihara beberapa Bebek dan Angsa, dan ya pria dominan itu mengabulkannya karena itu bukanlah hal yang sulit.

"Kemarilah," pinta Lean pada kekasihnya yang tengah sibuk memberi makan Angsa-Angsa di sana.

Dengan senang hati, pria itu mendekati sang kasih.

"Why? You need something, honey?"

Lean menggeleng seraya terkekeh.

"Lalu?" tanya Axelen bingung.

"Dekatkan wajahmu, Scott," tukas Lean.

Tanpa banyak bicara, Axelen pun mendekatkan wajahnya pada sang kasih.

'Cup'

Satu kecupan mendarat di pipinya, seketika pria dominan itu membantu di buatnya. Axelen menyipitkan kedua matanya penuh selidik. "Kau pasti ada maunya, iya 'kan?"

Lean tertawa. "Tidak, itu hadiah untukmu."

Sekarang, Axelen mengerutkan keningnya, ia pun berjongkok di depan kekasihnya yang tengah terduduk di kursi roda. "Hadiah?"

Lean mengangguk, ia pun mengulurkan tangannya untuk ia kalungkan pada leher kekasihnya. "Terima kasih, sudah menemaniku sampai saat ini. Dan terima kasih sudah merawatku sampai aku sembuh. Aku tidak tahu harus membalas semuanya dengan cara apa, jadi ... mungkin itu hanya hadiah kecil dariku. Lain kali, aku akan membalasnya kembali."

Axelen terkekeh mendengar ungkapan pria cantiknya itu. "Kau ingin membalasnya, hm?"

Lean mengangguk tanpa ragu.

"Menikahlah denganku," ujar Axelen.

Mata Lean sontak melebar, apakah ia tidak salah dengar? Axelen mengajaknya untuk menikah?!

"Scott, kau?"

"Hanya dengan cara itu kau bisa membalasnya. Bagaimana?"

Jujur, ini adalah momen yang paling Lean tunggu. Bertahun-tahun mereka menjalani hubungan, akhirnya mereka sampai di titik ini. Dimana nanti, mereka akan saling mengucap janji suci.

"Scott ...." Lean melihat sorot Axelen yang begitu meyakinkan. Tanpa ragu, pria berparas cantik itu mengangguk. "Yes, yes I will, Scott."

Pria dominan itu terseyum tipis, ia pun mencium kedua punggung tengan kekasihnya. Setelah itu, ia mengeluarkan sesuatu dari saku celananya.

Mata Lean berbinar saat tahu benda yang di keluarkan pria-nya.

"Aku sudah menyiapkan ini dari lama, dan sekarang akhirnya aku bisa memakaikan cincin indah ini di lengan cantikmu, sayang," ucap Axelen seraya memasukkan cincin putih itu ke jari lentik Lean.

"Aku tidak salah memilih, ini sangat cocok untukmu," pujinya saat melihat cincin itu telah terpasang apik di jari manis sang kasih.

Lean menitihkan air matanya, sungguh ia sangat bahagia.

"Don't, don't cry, baby." Axelen mengusap air mata kekasihnya itu dengan lembut.

"Im really happy."

Axelen kembali mengangkat kedua ujung bibirnya, hanya dengan Lean lah bibir itu bisa terangkat membantuk sebuah senyuman. "And I'm more than happy."

𝐇𝐞𝐥𝐩𝐥𝐞𝐬𝐬Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang