Aku duduk di depan meja belajarku... kupandangi foto yang terpajang disana, foto kecil ku dan Sandy. Aku bahkan tak ingat sejak kapan hubungan kami menjauh, namun aku ingat masa kecil ku dulu selalu kuhabiskan bersamanya.
Kami sudah tinggal di komplek yang sama sejak kecil. Rumah kami hanya berjarak 100 meter, orang tua kami saling mengenal. Papanya dan papaku sering olahraga bersama, mamaku dan mamanya sudah seperti sahabat.
Namun, hubungan ku dan Sandy tak sebaik hubungan orang tua kami. Sandy tumbuh menjadi anak yang sangat cerdas. Saat SD tiba tiba saja Sandy harus ikut banyak olimpiade science membuat kami makin jarang bertemu. Ditambah lagi saat memasuki SMP, kami jarang sekali memiliki kesempatan berbicara. Ia dikelilingi teman temannya.. Stefano dan Jere, dan segala kesibukannya dengan tim nasional science dan club basket nya. Sandy semakin tak terjangkau oleh ku.
Dunia kami mendadak menjadi sangat jauh.
Aku menarik nafas panjang.. memori 8 tahun lalu kembali dalam ingatanku.
Itu adalah olimpiade pertama nya, ditayangkan di TV nasional. Aku ingat, om.. papanya Sandy mengundang seluruh tetangga yang ada di blok komplek kami untuk nonton bareng final OSN di TV. Aku duduk paling depan, bersama Kak Sally, kakak satu satunya Sandy. Kak Sally memegang tanganku erat "nanti kalau Sandy menang, kita minta dia traktir ya" .. aku ingat saat itu aku mengangguk senang.
Score sama.. semua orang menahan nafas. Tak ada yang bersuara, saat soal terakhir dibacakan. Aku melihat wajahnya dari layar televisi, Sandy terlihat sangat tegang. Aku ingat saat itu tangan kulipat erat, aku berdoa pada Tuhan agar Sandy bisa menang pertandingan ini.
Soal dibacakan.. aku bahkan tak mengerti soalnya. Tapi tiba tiba, Sandy menekan bel.. dengan cepat ia menjawab pertanyaan itu.
Satu dua tiga.... "dan jawaban benar!!! Selamat Sandy!"
Dan semua orang di ruangan bersorak.. melompat lompat dan saling berpelukan. Kak Sally memelukku girang, lalu berlari ke arah om dan tante. Papa mama ku juga ada disana saat itu, mama tersenyum kearahku. Aku tertawa senang.
Pandangan ku kembali ke layar TV, wajah Sandy disorot sangat jelas... ahhh dia tersenyum sangat lebar. Senyum terbaik yang pernah kuingat.
Saat itu, Sandy menjadi orang terkeren di dunia. Aku ingat saat aku pulang ke rumah bersama papa dan mama, aku berujar aku ingin menjadi orang yang keren juga sepertinya.
Esok paginya kami bertemu di sekolah, aku melambaikan tangan pada Sandy. Ia menatapku heran. Tak lama, aku mengambil sesuatu dari tas ku dan menyerahkan padanya. Lego Star Wars, favoritnya. "Sandy paling hebat di dunia" hanya itu yang kukatakan padanya hari itu.
"Can you be kinder to me?"aku menatap nya yang tersenyum lebar di foto yang sedang kupegang.
Jika aku bisa membuat permohonan saat ini.. maka aku akan meminta diberi kesempatan agar kami bisa lebih banyak berbicara di masa masa SMA ini dan bisa menciptakan memori baru yang bisa kuingat.
KAMU SEDANG MEMBACA
ETERNAL SKIES OF YOU (Dear Sandy)
Romantik"Jere told me something funny" ucap Sandy Ia lalu menoleh ke arahku, aku melakukan hal yang sama "He said you like me, funny right?" Jantungku seperti berhenti berdetak untuk beberapa detik saat mendengarnya I like you. Andai aku bisa mengatakan...