Chapter 4

567 42 0
                                    

Waktu berlalu dengan sangat cepat, bagai bayangan yang melesat sampai membuat orang lain tidak sadar bahwa banyak hal yang sudah terlewat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Waktu berlalu dengan sangat cepat, bagai bayangan yang melesat sampai membuat orang lain tidak sadar bahwa banyak hal yang sudah terlewat. Setidaknya, begitulah bagi Athena. Gadis yang dulu hanya setinggi pinggang orang dewasa, kini sudah tinggi semampai dan pinggang yang ramping. Bentuk wajahnya yang tirus semakin memperjelas fitur tajam dalam wataknya, ditambah dengan mata runcingnya yang biasa terbuka hanya setengah dari bola matanya. Mata itu tidak pernah terlihat antusias lagi. Entah sejak kejadian menyakitkan yang berhubungan dengan Ares—ayahnya, atau sejak kakeknya meninggal.

Hari dimana ia lulus dari sekolah dasar, kakeknya dari ayah mendiang Althea—Marco Helius, menjemputnya untuk dibawa ke kediaman Helius. Saat itu, Marco baru saja terbangun dari tidur panjangnya sejak ditinggalkan mendiang putrinya. Kesehatannya drop dan tidur dengan sangat lama sampai meninggalkan cucu satu-satunya sehingga baru menerima informasi bahwa Mahares Noir telah menikah lagi dengan janda anak satu.

Hubungan yang sebelumnya sudah dingin menjadi semakin membeku sejak kejadian dimana Ares kelepasan menyakiti putrinya, membuat Athena menerima tawaran Marco dengan tangan terbuka. Saat itu, ia tidak pernah lagi berhubungan dengan keluarga yang terdiri dari tiga orang yang tidak lain adalah Ares, Lilith dan Thalia.

Hampir lima tahun ia habiskan waktu dengan Marco sebelum pria terakhir yang menyayanginya itu menyusul Althea ke alam abadi, saat itu untuk pertama kalinya setelah setelah sekalian lama mata Athena mengembun. Lima tahun itu, banyak hal baru yang ia pelajari dari Marco, pria tua itu memiliki banyak rahasia yang tersimpan yang tidak diketahui oleh orang luar bahkan dari Mahares Noir, menantunya.

Di belakang kediaman Helius, terdapat dinding tinggi yang membatasi wilayah Helius dari bukit raksasa yang menempel bagai tidak ada celah keluar untuk dilalui, Athena menyentuh salah satu batu di sisi dinding yang tertutupi pohon rambat.  Saat batu itu tertekan, sebuah kotak persegi panjang menjulang ke atas bergeser bagai pintu yang terbuka lebar. Kaki jenjangnya melangkah ke dalam ruangan besar dengan beberapa tabung tinggi yang berisi berbagai makhluk hidup seperti binatang, tumbuhan bahkan manusia di dalamnya.

Laboratorium Helius bersifat rahasia, hanya keturunan asli Helius yang dapat mengetahuinya selain pekerja yang sudah diuji khusus kesetiaannya. Tidak heran mengapa Mahares Noir tidak mengetahui rahasia apapun yang disimpan keluarga dari mendiang Althea karena istrinya pun ikut menjaga rahasia ini.

"Silahkan, Nona Muda."

Salah satu petugas laboratorium menghampiri Athena, memberikan APD untuk dikenakan sebelum mendekati salah satu tabung. Sebuah sarung tangan latex, masker dan kacamata gogless dikenakannya sebelum mendekati tabung berisi manusia yang sedang sekarat.

"Adik perempuan!" Seorang pria jangkung bertubuh kurus mengenakan jas putih menyapanya dengan antusias. Rambut merahnya acak-acakan persis seperti Jhonny di film Hotel Transylvania.

"Bagaimana?"

"Berhasil, formula kedua racun itu bekerja. Lihat, orang itu sudah ada di sana sejak seminggu yang lalu. Ketika aku memasukan gabungan racun serangga api dan racun ekstrak bunga hellvoe, daging orang itu hampir habis digerogoti semut-semut itu namun orang itu masih hidup dan sepenuhnya sadar, terlihat dari kantung pipa itu yang masih bergerak." Athena mengalihkan tatapannya menuju sebuah kantung pipa yang kembang kempis, dimana satu satunya saluran pernafasan  manusia yang berada di dalam tabung itu.

ATHENATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang