POL1S1 DAN ANAK PRAMUKA

2.8K 36 8
                                    


[Januari, 2022]
3 tahun berlalu, Aku tak pernah lagi menyentuhkan kaki di pesantren itu, dan berkomunikasi dengan penghunjnya. Namun, Aku masih menyimpan dendam kepada Pak Herman. Aku menyamar sebagai anonymus di X dan ternyata manusia bejad itu masih mendapatkan duit dari videoku dan Kang Hanif.

***

LEBARAN 2022

Sekarang Aku sedang berada di Malang, tepatnya rumah nenekku. Biasalah, mudik. Malam itu sekitar pukul 22:00 Aku merasa bosan, dan saudaraku pun sudah tertidur. Ku putuskan untuk membeli kopi di minimarket, dengan setelan sarung hitam polos dan kaos putih oblong. Seperti biasa, tak menggunakan sempak. Tak sengaja, Aku berpapasan dengan Kang Hanif. Betapa terkejutnya Aku, Ia kini menjadi seorang polisi. Seragam yg dipakainya sangat gagah.

Namun Kang Hanif tak bisa lama - lama karena sedang berjaga di pos. Ia lalu mengajakku untuk mampir di posko mudik-nya. Tentu saja tidak Aku tolak.

Sesampainya disana, Aku dipersilahkan duduk. Kiranya ada sekitar 4 polisi yg menjaga, dan 2 orang pramuka yg masih menggunakan seragam lengkap. Mereka semua duduk di depan, sedangkan Aku di dalam. Ada kursi dan meja, wc portable dan juga ruangan kosong.

Kang Hanif duduk disampingku dan memberiku secangkir kopi. Kami pun ngobrol tentang kehidupan Kami. Aku bercerita banyak pasca kejadian itu, begitu pula Kang Hanif.

(*Cerita berlanjut di spin-off "HANIF" yg akan segera di rilis.)

Tak terasa jam menunjukan pukul 23:00. Aku rasa sudah terlalu malam. Apalagi ini bukan kota-ku. Aku tidak terlalu hafal jalan, dan takut ada apa - apa di jalan. Ya, trauma karena satpam bejad itu masih tersimpan di benakku.

Namun saat hendak beranjak, Kang Hanif menahan pahaku. Tangannya yg dibaluti sarung tangan semi kulit setengah jari, menyentuh lembut kulit pahaku yg hanya dilapisi sarung hitam merk mangga. Aku pun mengutarakan alasanku ingin segera pulang.

"Tenang, nanti Kang Hanif anterin. Sekarang ikut Kang Hanif sebentar yuk!" ucap Kang Hanif menenangkanku dan mengajakku ke ruang kosong di posko itu.

Ternyata ruangan itu berisi seorang pemuda menggunakan seragam pramuka. Ia duduk di sebuah kursi kayu, dengan ikatan udeng di tangannya, dan tali pramuka di kakinya. Mulutnya ditutupi buff.

"Ini.. Apa kang?" ucapku terkejut.

Kang Hanif merangkul ku, wajahnya mendekatiku "Hadiah untukmu sayang, mmmuaah.. " ia lalu mencium pipiku.

Astaga. 3 tahun sudah. Aku tak merasakan kehangatan itu. Meski Aku ragu, Kang Hanif mulai merangkul dengan kedua tangannya. Wajahnya mendekat, dan kami berciuman. Kami bermain lidah. Menikmati kehangatan itu dalam pelukan seorang polisi yg masih mengenakan seragam lengkap.

Aku merangkulnya erat. Badanku berdekatan dan menempel. Kang Hanif mengelus kepalaku, rambutku, dengan sangat lembut. Jemari - jemarinya mulai nakal dan meremas pantatku. Aku menepikan tangannya, karena memang Aku tak mau lagi ditusuk.

Ia kemudian mulai merambah ke leher dan kupingku. Mulutnya menjilati seluruh area wajahku dan pergelanganku. Aku pun tak mau kalah untuk merambah leher-nya. Wangi aroma keringat seorang polisi, yg di lehernya masih ada buff yg diturunkan.

10 menit lama-nya kami berpelukan dan bercumbu, Kang Hanif melepasku. Ia mengajakku berjalan ke arah pemuda yg terikat itu. Lalu Aku diberikan tali pramuka, dan Ia memintaku untuk mengikat pemuda ini lebih proper.

Langsung saja Ku lepas udengnya, dan arahkan tangannya ke belakang. Baru ku ikat lagi pergelangannya menggunakan udeng. Setelah itu baru ku rekatkan bagian dada-nya menggunakan style shibari. Tali pramuka di kakinya ku lepaskan saja, agar lebih mudah mengeksplor area kemaluannnya.

Kang Hanif memosisikan pemuda itu seperti sujud. Ku turunkan celananya hingga selutut. Lalu ku singkap sarungku dan mulai Aku menusuku.

"Ahh..." nikmatnya. Mengentot pantat anak pramuka.

"Mmpphhh... Mmmppp..." pemuda itu mulai mendesah.

"Hmmmpp... Hmmmmppp..." Ia mulai mengencangkan suaranya. Bagiku, itu adalah sinyal untuk menambah genjotanku.

Kang Hanif duduk di depan pemuda itu. Ia hanya menemeplkan sepatu pdl-nya di area wajahnya pemuda itu. Mungkin Dia sudah menikmati pemuda ini.

"Mmppphh... MMMPHHH..."

Erangan itu membuatku sudah tak tahan lagi. Tiba - tiba Kang Hanif memintaku untuk melepas kontolku di pantat pemuda ini. Aku berdiri dan dia lalu berlutut di depanku. Langsung Ia masuk ke dalam sarungku dan mengoral kntlku.

Aku pun tak dapat menahannya lagi. Siapa pernah membayangkan Aku disepong oleh seorang polisi.

"Aaa.. AahmmMPPHH..."

Saat aku mendesah, tiba - tiba tangan Kang Hanif membekapku. Ini justru membuatku lebih merasakan nikmat.

Akhirnya ku semburkan seluruh spermaku di mulutnya. Ia menyedotnya dengan kencang.

"Mmpphhm.."

"Mmmhhh.."

"Mmhhh"

Desahku rilih ketika seluruh spermaku disruput habis oleh Kang Hanif.

Dia lalu berdiri dan kami berciuman lagi. Ia memuntahkan spermaku ke dalam mulutku. Lengket, berlendir, namun itu yg membuatku ciumanku ini spesial.

Selesai bercumbu, Ia berlutut dan kembali mengendus kntlku yg masih terbalut sarung. Ia beberapa kali menciumnya dan meremas pantatku. Nampaknya Ia gemas dan menyukai sarungku.

Lalu ia berdiri lagi dan berbisik, "Sayang, Aku ingin kamu jadi maling, dan biarkan Aku yg menangkapmu."

"Kapan - kapan ya Kang, Aku udah capek." jawabku

Kang Hanif lalu memandangku dan mencium pipiku, kening dan mulutku. Ia lalu memeluk erat tubuhku.

Setelah puas, Kami keluar. Kang Hanif mengantarku menggunakan motor vixion-nya. Sebelum pergi, Ia meminta salah satu orang temannya yg berjaga untuk mengurus pemuda itu.

Sesampainya di rumah nenek, Kang Hanif tidak mau berlama - lama mampir. Kami saling save nomor HP, dan Kang Hanif langsung pamit pergi.

Tapi sebelum mengegas motornya, Ia mengatakan "Pemuda yg tadi di posko, adalah adik Pak Herman."

~BERSAMBUNG

PENCULIKAN DI PESANTRENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang