Jefan
Minggu, 5 Juli 2xxx
Dari pabrik ia langsung pulang ke rumah untuk menyimpan motor GL Pro nya. Kemarin memang sengaja mengambil motor sendiri. Bukan motor matic milik keluarga Karina yang akhir-akhir ini sering dipakainya.
Rumah dalam keadaan sepi dan kosong. Tak ada seorangpun di dalam. Namun ia tetap bisa masuk. Karena sudah menjadi kesepakatan dari dulu, siapapun yang meninggalkan rumah dalam keadaan kosong akan menyimpan kunci di bawah pot bunga melati yang ada di teras.
Setelah membereskan barang yang hendak dibawa pulang ke rumah Karina, ia kembali mengunci pintu dan segera pergi menuju ke rumah Bidan Karunia.
Dimana suasana riuh tengah mengerumuni tempat tidur Karina. Ada Mamak, Kak Fatma, Cing Ella, dan ibu-ibu tetangga sekitaran rumah. Tak ketinggalan pula Icad, Umay, dan Sasa yang sedang saling berbisik sambil tertawa.
"Cakep banget anak lu, Na!"
"Jago nih bikin adonanye."
"Ini sih cetakannye yang bagus."
Lalu gelak tawa para ibu-ibu pun menggema memenuhi seisi ruangan. Sementara ia hanya bisa tersipu malu.
Untung saja ruang perawatan sedang tak ada pasien selain Karina. Karena pasien yang semalam akhirnya harus dirujuk ke Rumah Sakit. Akibat pembukaan yang tak kunjung bertambah. Padahal sang ibu sudah keburu kehabisan tenaga karena terus berteriak kesakitan.
Mamak, Kak Fatma, dan para ibu-ibu masih terus bersenda gurau. Mengagumi sosok mungil berbau harum khas bayi yang kini tengah terlelap dalam buaian Karina.
Sembari mengobrolkan tentang mengapa bayi harus memakai gurita. Apakah bayi perlu dibedong atau tidak. Hingga petuah-petuah agar Karina mengikuti perawatan tradisional paska melahirkan.
"Kalau di kite namanya mapas," ujar Mpok Ainur yang asli keturunan Betawi.
"Banyak makan sayuran ye, Neng. Biar sehat."
"Abis ntu perut dilumuri pakai laos ama jahe."
"Terus dibebat gurita selama tiga bulan."
"Sayur bening ama aer kacang ijo tanpa santan bagus buat si Neng, Mak," Mpok Ainur mengacungkan jempol ke arah Mamak.
"Lebih bagus lagi kalau minum jamu ketumbar."
Membuatnya tak bisa menahan tawa demi mendapati kerutan di wajah Karina usai mendengar celotehan Mpok Ainur tentang jamu ketumbar.
"Kalau di Jawa dibantu sama minum jamu kunyit asam, beras kencur, jamu daun pepaya, sama ramuan jahe dan kayu manis."
"Ada yang udah paketan. Namanya jamu paket bersalin yang dikonsumsi selama 40 hari pasca melahirkan."
"Sepaket isinya lengkap. Ada jamu, pilis, tepel, parem."
"Wah, sama di kami juga ada parem sama pilis," seru Kak Fatma riang.
"Sebenarnya budaya tradisonal kita itu hampir mirip satu sama lain ya," ujar Cing Ella diiringi anggukan setuju dari semua yang ada di sana.
"Nanti kalau si Eneng mau pijat pulen legit, bisa ke Nyak aye Mak," imbuh Mpok Ainur semangat.
"Biar kenceng semua... balik lagi kayak perawan gitu," lanjut Mpok Ainur sambil mengerling ke arahnya. Disusul cekikikan para ibu-ibu.
"Ye nggak, Na?"
Ia yang berpura-pura tak mendengar pembicaraan menjurus ibu-ibu hanya bisa meringis malu dengan wajah merah padam.
Setelah ibu-ibu pamit pulang. Ia pun segera membereskan barang-barang dan menemui Bidan Karunia untuk menyelesaikan administrasi.

KAMU SEDANG MEMBACA
Senja dan Pagi | Na Jaemin
RomanceSometimes someone comes into your life so unexpectedly, takes your heart by surprise.