113. "Drg. Katherina Giannis, Soon to be..."

339 55 5
                                    

Jefan

Ia telah memasukkan semua mobil ke garasi. Lalu mencuci tangan. Dan segera duduk di teras samping dimana Mas Sada dan Teh Dara tengah bercengkrama.

Dengan latar belakang suasana riuh Arka, Yasa juga Lana yang kini sedang berkejaran di halaman samping dengan menggunakan otopet.

"Mas," ia tersenyum dan mengangguk. Karena tak ingin mengganggu.

"Si Jefan nih, udah nyusun acara aqiqah sendiri nggak ngobrol dulu!" gerutu Mas Sada begitu melihatnya.

"Wah, bagus dong," ujar Teh Dara senang.

Sementara ia hanya bisa meringis sambil menelan ludah.

"Bagus gimana? Udah beli kambing segala!" nada suara Mas Sada masih tetap tinggi.

"Padahal Mama ada rencana sekalian syukuran kepulangan Papa," lanjut Mas Sada dengan muka masam.

"Belum rencana nikah ulang!"

"Lho, mereka mau nikah ulang?" kini giliran Teh Dara menatap Mas Sada tak mengerti.

"Mama maunya begitu."

Teh Dara masih mengernyit namun tak lagi berkata apa-apa. Sementara sebagai objek yang sedang dibahas, ia hanya menjadi pendengar setia.

"Memang kamu punya duit buat aqiqah?" tanya Mas Sada tanpa tedeng aling-aling.

"Mas...," Teh Dara langsung menyentuh lengan Mas Sada dengan pandangan tak setuju.

Tapi sepertinya Mas Sada tak peduli, "Belum biaya persalinan kemarin. Kamu punya tabungan berapa banyak?"

"Mas...," Teh Dara lagi-lagi memberi pandangan memperingatkan.

"Gini," Mas Sada jelas sudah terlalu gusar. Sama sekali tak menghiraukan Teh Dara yang menatapnya iba.

"Kamu ingat pembicaraan kita bertiga tempo hari?"

"Pembicaraan apa?" sahut Teh Dara cepat dengan tatapan awas.

Ia mengangguk.

"Berarti kamu tahu, sampai di titik ini, kami sudah sangat-sangat longgar dan mengerti," Mas Sada menatapnya tajam. Sama sekali tak berusaha menjawab keingintahuan Teh Dara.

"Sampai ini paham?"

Ia menelan ludah dengan cepat sebelum kembali mengangguk.

"Asal kamu tahu, kalian itu hidup nggak cuma berdua sama Karina atau bertiga sama Aran."

"Ada kami keluarganya!"

"Jadi, bisa menghargai kami dengan mendiskusikan semua hal yang berhubungan dengan Karina dan Aran?"

"Bukan membuat keputusan sepihak."

"Kalau begini kamu sendiri yang rugi."

"Udah keluar duit berapa buat DP kambing?"

"Terus kamu mau nyusun acara aqiqah seperti apa?"

"Kamu tahu kan kolega Papa sama Mama segitu banyaknya."

Ia kembali menelan ludah sebelum angkat bicara, "S-saya minta maaf Mas, karena telah lancang membuat keputusan sendiri. Saya pik..."

"Komunikasi, koordinasi, itu intinya!" sergah Mas Sada memotong ucapannya.

"Nggak jalan sendiri kayak nggak punya keluarga."

"Mas...," Teh Dara kembali menyentuh lengan Mas Sada lembut. "Kita dengar dulu deh Jefan mau ngomong apa."

Ia hanya bisa tersenyum kecut sambil berkali-kali menelan ludah. Kemudian memberanikan diri untuk berkata,

"Saya minta maaf karena telah lancang membuat keputusan sendiri."

Senja dan Pagi | Na JaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang