Sada
"Suaminya Karina asli mana?"
Ia melirik sang kakak yang lebih memilih untuk menyandarkan punggung dengan wajah lelah daripada menjawab pertanyaan meresahkan Papa.
"Tama!"
"Sada!"
Ia menelan ludah. Tepat ketika kakaknya menjawab dengan suara bergumam tak jelas, "Dari pulau Sumatera."
"Orang mana?" kejar Papa. "Batak? Minang?"
"Ya daerah sekitar sana," jawab Mas Tama lagi-lagi dengan suara yang kurang jelas.
Papa menghela napas. Lalu kembali bertanya, "Orangtuanya kerja apa?"
Mas Tama memandangnya terlebih dulu sebelum kembali menjawab dengan gumaman lain, "Ayahnya sudah meninggal. Ibunya punya warung makan."
Papa menganggukkan kepala. Lalu bertanya, "Papa pernah ketemu anak itu ya?"
Ia dan Mas Tama kembali saling berpandangan.
"Kata Mama pernah kan, waktu Jefan datang ke sini nyariin Karina?" Mas Tama balik bertanya dengan wajah tegang.
"Bukan," Papa menggelengkan kepala tanda tak setuju. "Bukan di rumah ini."
Namun sedetik kemudian Papa justru kembali bertanya, "Apa iya Papa pernah ketemu anak itu di rumah ini?"
Mas Tama mengangguk, "Pernah, Pa."
"Berarti perasaan Papa pernah ketemu sama Jefan, ya di rumah ini," ia ikut menggarisbawahi. Mencoba mengaburkan fakta.
Tapi wajah Papa terlihat masih tak percaya. Namun sebelum Papa kembali bertanya, suara Mama telah lebih dulu terdengar.
"Pa," Mama menyentuh lengan Papa. "Kita istirahat dulu yuk."
"Sebelum dokter Misbah datang untuk ngecek kondisi Papa."
Papa mengangguk setuju. Kemudian bangkit dengan dibantu oleh Mama. Membuatnya dan Mas Tama bisa sedikit bernapas lega.
Begitu Papa dan Mama berlalu, masuklah Jefan melalui pintu teras samping.
"Sini sebentar," panggil Mas Tama seraya melambaikan tangan.
Jefan mengangguk, "Ada apa, Mas?"
Mas Tama berdehem terlebih dahulu sebelum berkata, "Nanti... kalau kamu diajak ngobrol sama Papa..."
"Jawab seperlunya saja."
Jefan mengangguk, "Baik, Mas."
"Kalau Papa penasaran ingin tahu, pernah ketemu sama kamu di mana."
"Jawab saja waktu di rumah ini."
"Kamu memang pernah ketemu Papa di rumah ini kan?" ia ikut menegaskan jika kejadian tersebut adalah fakta.
"Pernah, Mas."
"Mungkin nanti Papa bertanya," Mas Tama menghembuskan napas panjang. "Kamu asli mana, orang mana."
"Jawab saja, kamu dari kecil sudah tinggal di Jakarta."
Lagi-lagi Jefan mengangguk.
***
Sore hari, dokter Misbah datang ke rumah. Dokter spesialis saraf yang akan membantu Papa menjalani masa rehabilitasi tahap lanjut ini akan rutin berkunjung setiap seminggu sekali.
"Kondisi secara keseluruhan bagus," ujar dokter Misbah usai memeriksa kondisi Papa.
"Tinggal melanjutkan dengan rutin meminum obat yang telah diresepkan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja dan Pagi | Na Jaemin
RomanceSometimes someone comes into your life so unexpectedly, takes your heart by surprise.