1. Anaryssa Phaelathon

110 16 0
                                    

"Aku sungguh tidak menyangka Nona Haellz akan bertindak sejauh itu hanya karena seorang pria."

Anaryssa meletakkan gelas tehnya untuk fokus sepenuhnya membahas tentang gosip bangsawan yang baru saja dibawakan padanya. Melipat tangan di depan dada, ekspresi penuh keheranan Anaryssa terlihat dengan jelas. Gadis itu benar-benar tertarik dengan topik mereka kali ini.

"Maksudku, dia itu seorang gadis bangsawan, gadis yang bermartabat." Anaryssa memberikan opininya. "Kenapa dia justru menghancurkan reputasinya hanya karena seorang pria yang bahkan tidak menyukainya? Sungguh perbuatan yang sia-sia."

Gadis di depan Anaryssa terkekeh pelan mendengar ucapan itu. Menyeruput tehnya dengan pelan, dia terlihat menikmati pembicaraan yang dimulai olehnya itu.

"Ucapanmu memang benar. Melakukan sejauh itu hanya untuk menarik perhatian seorang pria sangat tidak sepadan dan sia-sia." Cheera Illarion, putri dari Larz sekaligus sepupu Anaryssa itu mengangguk-angguk. "Hanya saja, bagi beberapa gadis ucapanmu itu keliru."

Anaryssa bingung. Kepalanya sedikit miring ke kiri.

"Kau tahu? Tuan Lysander adalah salah satu pria yang paling menarik perhatian para gadis bangsawan di kerajaan ini." Cheera tersenyum tipis. Mengedikkan bahu pelan. "Beberapa gadis berpikir, tidak apa-apa sedikit merusak reputasi mereka asalkan bisa mendapatkan hatinya."

"Pemikiran dangkal macam apa itu?" Anaryssa memasang tampang penuh keheranan. Tidak habis pikir bahwa ternyata ada gadis yang rela merendahkan diri hanya untuk mendapatkan seorang pria. "Mereka akan menyesalinya nanti saat mereka kembali berpikir menggunakan akal sehat."

Cheera tidak tahan untuk tertawa. Melihat pada sepupunya yang berkomentar pedas mentang-mentang di ruangan itu hanya ada mereka berdua.

Cheera selalu merasa Anaryssa itu menarik. Dia memiliki prinsipnya sendiri yang sulit untuk digoyahkan oleh orang lain. Pemikirannya tidak jarang bertentangan dengan pemikiran publik, namun itu tidak membuatnya mundur. Mungkin, itu hasil didikan sang ratu yang pemikirannya juga sama menarik.

"Kau selalu saja bersikap seperti ini padahal sebentar lagi akan mencapai kedewasaan." Cheera mengangkat topik yang begitu membuatnya penasaran. Dia melihat Anaryssa dengan sorot tertarik. "Kau sadar, kan? Kalau kau akan masuk di usia pertunangan. Tidakkah ada laki-laki yang menarik perhatianmu?"

"Tidak ada hal seperti itu." Anaryssa tampak tidak tertarik. "Semua laki-laki terlihat sama saja."

"Sungguh? Diantara keluarga bangsawan tinggi apa tidak ada yang menarik perhatianmu? Keluarga Ninette? Keluarga Phrenes? Tuan Lysander, mungkin?"

"Tidak. Aku tidak tertarik."

"Ah, apa kau menyukai pangeran atau bangsawan di kerajaan tetangga?" Cheera justru semakin bersemangat. "Kau bisa bahasa lima kerajaan, jadi pasti akan mudah beradaptasi jika nanti kau memilih menikah dengan orang dari kerajaan lain."

"Berhenti bicara omong kosong. Aku bilang tidak tertarik karena aku memang belum memiliki keinginan untuk bertunangan." Kening Anaryssa berkerut. Dia sedikit merasa kesal dengan pembahasan ini. "Lagi pula kenapa kau harus memedulikan ini? Kau bahkan belum bertunangan."

"Ah, aku kan bukan seorang putri." Cheera menjawab lempeng. "Menikah kapan pun tinggal terserah padaku."

Anaryssa mendelik. Ingin membalas lebih tapi pintu yang diketuk membuatnya harus menelan kata-kata yang ingin dikeluarkan.

Begitu Anaryssa memberikan izinnya, seorang wanita berusia tiga puluhan tahun masuk dan segera memberi salam. Namanya Brisa, kepala pelayan istana putri.

"Ada apa?" Anaryssa bertanya.

"Beberapa barang yang akan digunakan untuk perayaan nanti sudah tiba, Yang Mulia." Brisa langsung menyampaikan laporannya. "Marquess Isarc juga meninggalkan pesan untuk Anda. Beliau bilang, jika Anda sudah menentukan tema warna yang akan digunakan nanti, maka Tuan Marquess akan segera memerintahkan para pedagangnya untuk mengirimkan barang lainnya sesuai dengan tema yang Anda sampaikan."

The Twin StarsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang