[F A Z Z A : Untukmu, Amaiya]

41 7 5
                                    

"Kalau terik begini, biasanya sebentar lagi turun hujan."

Nenek berceletuk ringan, di sampingnya Amaiya melirik sekilas lalu kembali mengipasi dirinya dengan kipas yang baru saja dibeli.

"Iya, sudah lama tidak hujan, ya, nek." Timpal Amaiya seadanya. Matanya mengernyit ke atas. Langit begitu biru tanpa awan. Dari mana mau turun hujan?

Mereka ada di pinggir jalan perjalanan pulang ke kota. Berangkat pagi tadi dari Jogja.

Mobil yang dikendarai Pak Tris mogok dan harus diperbaiki, alhasil, mereka menunggu di pinggir sebuah jalan sementara mobil sedang diperbaiki di bengkel.

Amaiya dan nenek (yang menggendong peliharaan baru mereka, si kucing kecil) duduk di teras bengkel. Kendaraan lalu lalang, suara dentingan alat-alat bengkel dan deru mesin mobil atau apalah membuat suasana siang ini semakin... sumpek dan membosankan.

"Nenek mau kubelikan air dingin? Ada minimarket di seberang jalan. Biar aku belikan." tawar Amaiya. Daripada duduk bosan sambil kipas-kipas lebih baik dia menuju toko ber-AC seberang sana.

Nenek mengangguk cepat, "kalau ada makanan kucing belikan sekalian."

Selantas mengiyakan Amaiya bergegas berdiri dan menyebrang jalan menuju toko.

'Kebab Turki 100% Asli!'

Ada outlet kecil di halaman toko ritel yang tertulis menjual kebab di sana. Mereka memasang iklan kecil berwarna kuning untuk menarik perhatian dengan gambar kebab menggiurkan nafsu makan.

Tetapi semenarik apapun iklan kebab yang sering Amaiya jumpai, tidak ada satupun yang menurut Amaiya mirip dengan kebab di Turki.

Gadis itu menghela napas, teringat Turki. Teringat Fazza dan Konya.

Sayang sekali Fazza sudah harus kembali ke Turki setelah kejadian di Malioboro waktu itu, tentu Amaiya kesal. Baru saja bergandengan tangan berjalan menikmati sore di Jogja, gadis itu padahal sudah menyusun rencana menghabiskan waktu di banyak tempat dengan Fazza.

Namun takdir berkata lain.

Fazza harus kembali ke Turki secepatnya.

Yang paling mengesalkan bagi Amaiya adalah: Fazza masih menolak memberikan nomor ponselnya!

Astaga, apa dia Presiden Erdogan hingga menolak menyebarkan nomor ponsel ke orang lain?! Jual mahal sekali pria itu!

Dia tetap kekeuh memilih mempertahankan tradisi surat menyurat daripada berbalas pesan lewat aplikasi bernama WhatsApp?!

"Ini, nek." Amaiya menyerahkan sebotol air dingin dengan malas. Mengingat Fazza itu seperti perasaan kesal dan rindu jadi satu.

"Kenapa monyong gitu mukanya?" Nenek melipat dahi menyadari.

Amaiya duduk lagi di samping nenek, mendengus malas.

"Apa perjalanan masih lama, nek? Aku sudah ingin ambruk di kasur."

•~•~•

Sore hari Amaiya dan nenek akhirnya tiba di rumah, dengan wajah lesu Amaiya begitu saja membuka pintu dan berjalan hendak ambruk ke kasur seperti yang dikatakan tadi.

Berbeda dengan nenek yang langsung menyuruh Pak Tris membuatkan kandang sehabis istirahat nanti. Nenek senang sekali dengan anak kucing itu, seperti punya cucu baru.

"Nduk," nenek memanggil dari luar. Amaiya yang menenggelamkan wajah di ranjang menoleh malas.

"Apa, nek?"

F A Z Z A: Sekata (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang