03. Macet di Persimpangan

535 135 4
                                    

Noted; author nya galak, ga usah ada kepikiran buat jiplak😾🫵🏻


Noted; author nya galak, ga usah ada kepikiran buat jiplak😾🫵🏻☆☆☆

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




☆☆☆☆☆

Sepulangnya rena dari batalyon arhanud, entah kenapa gadis itu tiada henti tersenyum. Ayahnya bahkan sempat beberapa kali menanyakan tentang alasan mengapa sang putri terlihat begitu senang malam ini. Tapi begitulah seorang gadis kala sedang jatuh hati.

”rena duluan yah” ujarnya sesaat setelah turun dari mobil ayahnya.

Gadis itu sedikit berlari masuk kedalam rumah, sampai didalampun gadis itu acuh tak acuh akan beberapa pertanyaan yang dilontarkan oleh kakak-kakanya maupun sang ibunda sendiri.

Disisi lain, sama halnya seperti si gadis. Arsam sudah cukup lama kiranya menatap jalanan yang sebelumnya dilewati oleh mobil hitam milik jenderal haidar malam itu. Tak sampai disana, bahkan teguran sapa dari beberapa temannya hampir tak sebentar saja arsam gubris.

”sam-!” bayu datang, mendorong lawan bicaranya sampai benar-benar jatuh tepat disisi kanan dekat tong sampah jalanan.

“aduhh, ish bay. Salam dulu kek-!” protes arsam sembari berusaha berdiri lalu membersihkan dirinya dari debu-debu sampah disana.

“eitsss, santai bay” cegat dikta yang melihat bayu tengah berancang-ancang memukul arsam karna perkataan terakhirnya.

“kenapa si-?” lanjut arsam yang masih kebingungan dengan kedua temannya.

“situ yang kenapa-? Dari tadi dipanggil, bukannya nyaut malah asik ngelamun” timpal bayu dengan kesabaran setipis tisunya.

Arsam kembali tersenyum, pria itu lalu merangkul bayu sampai membawa nya jalan menuju kamar istirahat mereka, sementara dikta? Pria asal Bandung dengan ketampanan bak orang eropa itu hanya bisa menggelengkan kepalanya.

Malam itu sembari jalan, arsam mulai bercerita. Ia menceritakan pada bayu tentang gadis yang baru saja ia temui. Gadis yang berbeda, tetapi mampu membuatnya seperti pria yang tengah mabuk anggur.

"Situ suka sama putrinya jenderal haidar-?" Tanya bayu yang kini menyadari jika lawan bicaranya tengah membicarakan seorang gadis yang dikenal dengan putri mantan panglima tempur pada zamannya.

"Kaget ya?" Dengan polos tanpa sadar arsam bertanya

"Gak, shokk nih. Lagian emang kamu yakin sam bisa deketin anaknya orang pertama di kemiliteran Indonesia?" Lanjut bayu yang masih tak percaya.

Arsam pun sebenarnya masih dalam keraguan besar, mana mungkin seorang jenderal mau memberikan anaknya begitu saja pada anggotanya yang pendidikan saja belum selsai.

Tapi itulah takdir, tak ada yang tau bagaimana kedepannya. Semua jalan sudah ditentukan dan hanya perlu sedikit perjuangan untuk melewatinya secara bertahap.

Before ExpulsionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang