125. Titik Balik

337 62 29
                                    

Flashback

Mamak Jefan

"Sudah kuperkirakan jarak tembak dan kecepatan peluru."

"Seharusnya hanya menyerempet."

"Tak sampai masuk ke dalam," pungkas Cutbang yang kini memejamkan mata. Sembari menghirup napas dalam-dalam. Lalu menghembuskannya secara perlahan.

Dan sebelum berkemas lalu bersiap untuk pergi, Cutbang lebih dulu mengutus Yusya. Anggota kelompok yang termuda. Baru berusia sekitar 16 tahun. Memiliki ciri khas postur tubuh kecil seperti anak usia SD.

Tapi jangan ditanya tentang keberanian Yusya. Tak usah diragukan lagi. Yusya bahkan sering menawarkan diri untuk berada di garis terdepan setiap kali kelompok Cutbang melakukan operasi penyerangan.

Alasannya tentu saja karena ingin membalas dendam pada para tentara. Sebab dua tahun silam, ayah dan ibunya tewas terkena peluru nyasar para tentara. Saat terjadi kontak senjata antara tentara dan pasukan GNM di perbukitan Sudan, Matang Kumbang, Bireuen.

Cutbang meminta secara khusus kepada Yusya untuk turun ke kota. Guna mencari informasi tentang keadaan Kapten Polisi Setyo.

Dan usai Subuh, mereka mulai bergerak meninggalkan markas yang terletak di tengah hutan. Tempat persembunyian mereka selama dua minggu terakhir ini.

Cutbang memerintahkan mereka semua untuk terus berjalan ke arah Utara. Menelusuri jalan setapak licin yang kanan kirinya diapit jurang.

"Hati-hati Cut Da!" begitu Latif seringkali memperingatinya. Ketika ia secara tak sengaja terantuk batu atau mulai berjalan terhuyung-huyung akibat pencahayaan yang terbatas.

Membuat Cutbang yang berjalan persis di depannya sembari menggendong Is. Senantiasa menyiagakan punggung agar menjadi tumpuan baginya. Supaya jangan sampai tergelincir ketika terpeleset.

Ia pun terus berjalan mengikuti langkah kaki Cutbang. Menembus rerimbunan pohon yang pucuk-pucuk daun dan batangnya mulai basah oleh embun.

Sementara langit yang awalnya gelap. Kini mulai menampakkan semburat warna merah, oranye, juga biru. Disusul munculnya sinar berwarna kuning kemerahan di atas horizon sebelah Timur. Tanda bahwa sebentar lagi matahari akan terbit.

- - - - - - -

Kurang lebih sekitar seminggu kemudian, barulah Yusya kembali bergabung dengan mereka di sebuah pulau kecil. Dan membawa berita gembira untuk Cutbang.

"Kapten polisi itu selamat."

"Hanya terserempet."

"Terakhir kudengar kabar dia dipindahtugaskan ke Padang."

Sejak saat itu ia tak pernah mendengar kabar Kapten Polisi Setyo lagi.

Sampai berpuluh-puluh tahun kemudian.

Tanpa pernah menyangka sekalipun.

Ketika perbuatan tercela yang dilakukan oleh Nana, mengharuskannya mendatangi sebuah Rumah Sakit. Karena Ayah sang gadis tengah dirawat di sana.

Dan jantungnya hampir berhenti berdetak, tatkala melihat sosok yang terbaring lemah di ruangan ICU adalah... Kapten Polisi Setyo.

- - - - - - -

Flashback off

Ia segera mengambil barang yang dimaksud. Kemudian membungkusnya dengan kertas payung warna cokelat pemberian Fatma. Sepertinya sisa membuat sampul buku anak-anak.

Setelah membungkus rapi, disimpannya barang tersebut di atas meja. Lalu ia buru-buru menutup kotak kaleng. Dan menyimpannya kembali di lemari bagian paling bawah.

Senja dan Pagi | Na JaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang