Sampai di taman, Prince menarik tangan Livia dan Alaric, mengajak mereka menuju ke arah ayunan. Wajahnya bersemangat, matanya bersinar karena kegembiraan.
"Bunda, Ayah, ayo kita main ayunan!" serunya sambil melompat-lompat kecil menuju ayunan yang ada di taman.
Livia dan Alaric saling bertatapan sejenak, tersenyum melihat keceriaan yang jarang terlihat pada Prince. Mereka mengikuti langkah kecilnya dengan hati yang hangat.
Livia tersenyum lembut melihat antusiasme Prince. Senyumnya semakin melebar saat ia menyaksikan betapa cerianya anak itu. Kegembiraan Prince tampak tulus dan menular, seolah matahari pagi yang menyinari hari mereka.
Alaric mengangguk setuju, "Tentu, Prince. Ayo, kita main bersama!"
Mereka berjalan bersama menuju ayunan, Alaric dengan lembut mendorong ayunan untuk memulai permainan. Prince duduk dengan antusias di ayunan, bergelantungan dengan gembira. Livia sesekali ikut mendorong ayunan, berbagi momen kebahagiaan dengan Prince dan Alaric. Saat ayunan mencapai ketinggian tertinggi, Prince terbahak-bahak, menikmati setiap detiknya di udara. Livia dan Alaric tersenyum bahagia melihat keceriaan anak itu. Sesaat, beban kehilangan yang selama ini dirasakan Prince seakan menghilang, tergantikan oleh kebahagiaan sederhana yang tercipta di taman itu.
Setelah lelah bermain di taman, Alaric mengajak Prince dan Livia untuk makan siang di sebuah restoran yang mewah. Mereka duduk di meja yang disiapkan pelayan, menikmati suasana tenang dan hangat dari restoran tersebut.
"Dokter Livia, mau pesan makanan apa?" tanya Alaric dengan ramah.
"Samakan saja dengan pesanan Anda, Tuan," jawab Livia dengan senyum lembut.
Alaric mengangguk mengerti dan segera memesan hidangan seafood sama seperti yang ia pesan, untuk Livia. Ketika pelayan pergi untuk mengatur pesanan, mereka berdua menatap Prince yang duduk di antara mereka dengan kegembiraan yang masih terpancar di wajahnya.
Tak lama kemudian, saat hidangan tiba, Prince dengan lugu berkata, "Bunda, aku mau disuapin sama bunda."
Alaric menggelengkan kepala. "Prince, Dokter Livia juga mau makan, sayang."
Prince memanyunkan bibirnya, Livia merasa tidak tega melihat ekspresi sedih Prince. Ia meraih tangan kecil Prince dengan lembut.
"Tidak apa-apa, Tuan," kata Livia dengan senyum lembut. "Biarkan saya yang menyuapi Prince."
Alaric mengangguk mengalah dengan keinginan ponakan kecilnya itu, Ia memutuskan untuk membiarkan saja Livia menyuapi Prince. Meskipun merasa tidak enak dengan Livia.
Livia dengan lembut mengambil sendok dan mulai menyodorkan makanan ke mulut Prince. Ekspresi sedih Prince perlahan berubah menjadi senyum kecil saat ia menerima setiap suapan dengan penuh kebahagiaan.
Alaric duduk di seberang mereka, tersenyum bahagia melihat kedekatan dan kehangatan di antara mereka berdua. Melihat bagaimana Livia dengan lembut memperlakukan Prince, Alaric tanpa sadar mulai membayangkan masa depan.
KAMU SEDANG MEMBACA
MALAIKAT DI TENGAH KITA (END)
Storie d'amoreAlaric Malvin Karta adalah seorang CEO sukses yang merawat keponakannya, Arkana Prince Karta, yang berusia lima tahun setelah kecelakaan tragis merenggut nyawa kedua orang tuanya. Kecelakaan tersebut membuat Prince yang ceria menjadi murung dan pend...