Jefan
Suasana di dalam rumah semakin ramai dengan kedatangan para tamu baru. Ada sekitar tiga keluarga sekaligus yang berkunjung.
Dua diantaranya baru pernah ia temui kali ini. Sementara yang satu lagi adalah Om Raka. Yang juga menjabat sebagai Direktur Utama Selera Persada, perusahaan kuliner milik Mama Karina.
Mereka semua saling menyapa, bertukar kabar, berbincang, tertawa, dan bercanda.
"Maune arep teko sesuk, tapi mesti uakeh tamu. Saiki wae meh sisan (tadinya mau datang besok, tapi pasti banyak tamu. Jadi sekarang saja sekalian)," seloroh Lek Priyo, adik bungsu Papa Karina.
Sementara anak-anak kecil berlarian ke sana kemari dengan riangnya. Mereka terlihat berkali-kali mencomot kue favorit yang terhidang di atas meja. Bermain petak umpet. Atau duduk di kursi sembari mengobrolkan banyak hal seru.
Ia masih mengobrol dengan Lek Priyo, Pak Poh (Pakde) Harjo, dan Mas Tama ketika Karina memberi kode padanya agar mendekat.
"Kenapa?"
"Aku mau nen in di kamar aja deh, di sini rame banget," ujar Karina sambil menunjuk Aran yang mulai merengek di atas bouncer.
Ia mengangguk dan segera mengangkat bouncer yang berisi Aran ke dalam kamar. Sementara Karina mengikutinya di belakang.
"Lhoo, cah ngganteng mau kemana ini?" seloroh istri Lek Priyo ketika mereka berpapasan di ruang makan.
"Mau nen di kamar, Bi," jawab Karina.
"Oh, iyo, nang njobo rame yo le (oh iya, di luar ramai ya nak)," istri Lek Priyo mengangguk setuju. "Bobok nang kamar wae (tidurnya di kamar saja)."
Begitu ia meletakkan bouncer di dalam kamar, Karina langsung meraih Aran yang telah menangis kencang. Lalu segera mengasihinya.
Ia pun duduk di sebelah Karina. Memperhatikan Aran yang tengah mencecap dengan rakus.
"Lapar, bos?" ia tak kuasa menahan tawa demi melihat kerakusan Aran.
"Hampir...," Karina melihat ke arah jam dinding Mickey Mouse. "Tiga jam lebih nggak nen."
"Tadi terakhir sebelum aku di touch up kan?" gumam Karina seraya mengusap pipi bulat Aran.
"Kasian... Aran lapar ya sayang?"
"Nen yang banyak."
"Biar cepet besar."
Senyumnya makin terkembang demi melihat interaksi alamiah yang sangat manis antara Karina dan Aran.
We'll never know, batinnya sambil menghela napas panjang. Cewek berisik yang hobinya membentak dan memukuli orang lain itu, kini telah berubah menjadi begitu lembut dan menyenangkan.
Such a miracle.
Hampir 15 menit lamanya Aran mengisi ulang energi. Selama itu pula ia hanya diam memperhatikan. Sembari sesekali mengusap pipi, paha, atau jemari mungil Aran.
"Kamu harus banyak makan," gumamnya serius demi melihat Aran nen bolak balik dari sebelah kanan ke sebelah kiri tak kunjung selesai.
"Ini juga udah lapar lagi," Karina tertawa.
"Mau makan apa?" ia menatap Karina. "Aku ambilin."
Tapi Karina menggeleng, "Nunggu Aran bobo deh."
"Tadi Mamak sengaja bawain makanan spesial buat aku," lanjut Karina seraya mengarahkan dagu ke atas meja belajar. Dimana terdapat rantang alumunium empat susun yang sangat dikenalnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Senja dan Pagi | Na Jaemin
RomanceSometimes someone comes into your life so unexpectedly, takes your heart by surprise.