Jefan
Matanya mengikuti arah yang ditunjukan Sarip, Theo, dan juga Sidik. Ketika tiba-tiba seseorang memanggil namanya.
"Jefan!"
"Iya, Mas," jawabnya begitu mengetahui yang memanggil adalah Mas Sada.
"Dipanggil Papa."
Ia mengangguk.
"Sori, gua ke sana sebentar," pamitnya pada mereka bertiga. Yang masih terus terbengong-bengong. Memperhatikan seorang pria yang kini tengah berbincang dengan Papa Karina dan Pak Puguh.
"Ini dia, menantu saya," ujar Papa Karina ketika ia dan Mas Sada datang menghampiri.
"Namanya Jefan."
"Jefan, perkenalkan... Beliau ini..."
"Wah, semua juga sudah tahu siapa beliau," seloroh Pak Puguh seraya tersenyum lebar.
Ia pun tersenyum mengangguk sambil mengulurkan tangan pada pria berpakaian dinas lengkap itu.
Beliau adalah Kapolri saat ini, Jenderal Wardana Bima Muktabar. Yang oleh media sering dipanggil dengan julukan WBM. Sebutan yang berasal dari inisial huruf pertama tiga suku kata nama beliau.
"Kuliah di mana? Nggak kepingin masuk Akpol nih?" tanya Pak WBM ke arah Papa Karina sembari terus menepuk bahunya. "Melanjutkan estafet keluarga."
"Penampilan udah taruna banget ini, Mas," seloroh Pak WBM ke arah Papa Karina sembari terus menepuk bahunya. "Keren."
Papa Karina, Pak Puguh, dan Mas Sada sontak tertawa mendengar kalimat yang diucapkan oleh Pak WBM. Sementara ia hanya tersenyum malu.
"Sudah masuk Ganapati, Pak," jawab Mas Sada mewakili dirinya.
"Oya?" mata Pak WBM membulat. "Lebih milih jadi scientist, nih?"
"Sama kayak Kasyapi (putra sulung Pak WBM. Disuruh masuk Akpol malah milih ke NTU (Nanyang Technological University, Singapura)," lanjut Pak WBM sambil menggelengkan kepala.
"Wes bubrah kabeh (sudah, kacau semua)," seloroh Pak WBM yang lagi-lagi memancing tawa para bapak-bapak di sekelilingnya.
"Masih ada Birawa (putra bungsu Pak WBM), Pak," Mas Sada tersenyum.
"Ya... tinggal dia harapannya. Kalau dia juga nggak tertarik jadi seperti bapaknya, ya sudah. Wassalam."
"Mas Setyo nih hebat, dua-duanya jadi," sambung Pak WBM seraya menepuk bahu Mas Sada.
Pria yang kerap kali muncul di layar televisi bersama Panglima TNI dan Presiden ini, menurutnya selalu terlihat tegas dan penuh wibawa.
Tapi ternyata, dalam suasana informal seperti sekarang ini, sosok dan pembawaan beliau tak jauh berbeda dengan pria paruh baya lainnya. Yang suka berkelakar, sama sekali tak ada kesan kaku.
Pak WBM bahkan beberapa kali melempar jokes yang berhasil memancing tawa mereka semua.
Namun karena harus segera pergi ke Istana, guna menghadiri rapat evaluasi terbatas dengan Presiden dan Mentri Perhubungan terkait pengamanan arus mudik dan balik lebaran. Pak WBM tak bisa berlama-lama dan pamit undur diri.
"Berhubung Pak Menteri sudah on the way," ujar pak WBM. "Saya juga harus segera menyusul."
"Nanti agak siangan ibu akan ke sini, sekalian mau temu kangen sama Mba Niar katanya," lanjut Pak WBM ke arah Papa Karina.
"Jadi, kadonya nanti saja ya sekalian dibawa sama istri saya," kali ini Pak WBM mengerling ke arahnya.
Ia hanya mengangguk malu, "Terima kasih, Pak."
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja dan Pagi | Na Jaemin
RomanceSometimes someone comes into your life so unexpectedly, takes your heart by surprise.