132. Hari Spesial untuk Aran Tersayang (2)

221 56 12
                                    

Jefan

Rangkaian acara aqiqah dimulai dengan Aran yang di peusijuek (tepung tawari) oleh Papa Karina, Mas Tama, juga Mas Sada.

Teknisnya sama seperti peusijuek yang dilakukan terhadap mereka usai akad nikah ulang kemarin. Hanya untuk Aran, tidak disuapkan pulot kuning.

Selanjutnya Aran di peucicap (dicicipi) aneka rasa ke lidah. Dan karena Aran adalah seorang anak laki-laki, maka yang melakukan peucicap hanyalah para pria

Untuk kesempatan pertama seharusnya dilakukan oleh Papa Karina. Namun mendelegasikan pada Mas Tama sebagai anak tertua.

Dengan didampingi Kak Fatma yang selalu membisiki step by step. Mas Tama mulai mengumandangkan adzan di telinga kanan Aran. Kemudian ditutup dengan iqomah di telinga kiri.

Mas Tama bahkan harus selalu bertanya ke arah Kak Fatma terlebih dahulu sebelum melanjutkan. Kali ini Mas Tama mencelupkan jari ke dalam mangkok yang berisi madu. Lalu disuapkan ke dalam mulut Aran sampai ke langit-langit, sambil mendoakan kebaikan.

Dan filosofi madu sebagai menu peucicap yang pertama mengandung harapan, saat Aran dewasa kelak, selalu menjaga lisan, bertutur kata manis dan sopan, juga memiliki akhlak yang baik. Seperti manisnya madu.

Kemudian peucicap dilanjutkan oleh Papa, Mas Sada, Pakde Suryo (kakak Papa Karina) dan Uwa Effendi (kakak Mama Karina) sebagai perwakilan sesepuh di keluarga besar, juga Pak Puguh yang dianggap sebagai orang terpandang.

Setelah selesai, dengan diiringi shalawat Nabi, ia menggendong Aran ke luar rumah melalui pintu ruang tamu.

Berjalan menuju rerumputan di taman halaman depan. Dimana telah digelar kain yang menutupi sebuah payung.

Ia pun masuk ke bawah kain tersebut. Lalu memposisikan Aran seperti sedang berdiri dengan kaki menyentuh tanah.

PRAK!

Air kelapa mengucur membasahi kain. Hingga menembus payung yang berfungsi sebagai pelindung.

Lalu Mas Tama menyerahkan kelapa yang telah dibelah kepada Karina dan juga dirinya. Sebagai simbol bahwa ikatan batin antara anak dan kedua orangtua, tetap kekal terjaga selamanya.

Ia pun kembali menggendong Aran masuk ke dalam rumah.

Dengan masih diiringi lantunan shalawat Nabi, kini ia memutarkan Aran pada para orangtua dan sesepuh. Termasuk Pak Puguh dan Pak Hartadi. Untuk dicukur rambutnya. Sembari mengucapkan doa mencukur rambut bayi saat aqiqah sekaligus meniup ubun-ubun Aran.

***

Sarip

Acara inti aqiqah yang kental dengan nuansa tradisi khas Aceh, baru saja usai. Kini seluruh tamu dipersilahkan untuk menikmati jamuan yang melimpah.

Tapi ia justru gelisah. Karena Jefan belum juga mengirim hasil foto mereka bersama dengan Kapolri tadi.

Sambil sesekali memanjangkan leher, ia berusaha mencari sosok Jefan diantara puluhan tamu yang sedang menikmati hidangan.

Namun tingkahnya ini justru membuat konsentrasi terpecah. Sama sekali tak memperhatikan langkah kaki dan arah berjalan. Membuatnya tak sengaja menabrak seseorang.

BRUK!

"Aduh!"

Piring yang baru diisi penuh dengan makanan lezat mendadak tumpah mengenai dada orang lain.

"Sori... sori...," ujarnya refleks mengulurkan tangan. Berniat untuk membersihkan noda rendang yang mengotori dada orang tersebut.

Tapi yang diterima justru,

Senja dan Pagi | Na JaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang