2.Ferrel

261 48 3
                                    

Pagi sudah menyingsing, anak-anak sekolah mulai berangkat untuk menimba ilmu. Fiony, Marsha pun berjalan bersama, tapi tampak Ferrel sudah menunggu mereka di depan gerbang. Jelas hal ini menganggu Fiony sekali, mengingat teleponnya tadi malam cukup menganggunya dalam mengerjakan tugas.

"Mau apa kamu?" Tanya Fiony.

"Ya... Menyambut nona Fiony di pagi hari yang cerah!" Jawab Ferrel dengan begitu santainya.

"Marsha, kamu duluan!" Marsha pun segera pergi meninggalkan mereka berdua.

"Jadi gimana? Ada kabar acara yang bisa aku lakukan?" Tanya Ferrel.

"Bisa tidak? Kamu berhenti godain aku?" Kesal Fiony.

"Memang kenapa? Apakah tidak pantas seorang laki-laki tampan sepertiku, menggoda gadis manis seperti mu?" Fiony menggeleng kepalanya sambil tersenyum sinis.

"Masih banyak yang tampan, dan pastinya lebih baik dari kamu!" Fiony pun segera meninggalkan Ferrel.

Percobaan pertama yang gagal, untuk mendapatkan hati Fiony yang kini sudah menjadi kembang sekolahan. Bukan Ferrel namanya kalo tidak berusaha.

"Hey... Kita aja belum selesai mengobrol." Terang Ferrel.

"Oke... Usahanya keras juga, mau apa?" Tanya Fiony jutek.

"Bagaimana dengan tawaranku? Mengobrol di kantin?" Tanya Ferrel.

"Sebelum aku memberikan jawabannya, kenapa kamu bisa tau rumah Marsha?" Tanya Fiony.

"Mmm... Ya anggap aja aku ini ajaib!" Berbicara dengan Ferrel ini harus memiliki kesabaran tingkat dewa, bayangkan saja meminta jawaban yang benar malah diberi jawaban yang mengada-ada.

Fiony pun dengan senyumnya menghadiahkan sebuah tendangan ke tulang kering Ferrel. Ferrel langsung memegangi tulang kering kakinya, lebih tepatnya sebelah kiri sambil menahan sakit yang lumayan untuk tendangan gadis.

"Auuu.... Wei!!" Ferrel mencoba untuk memanggil Fiony, namun Fiony acuh.

"Kalo minta tanggung jawab, urus aja di UKS, aku kan bukan dokter!" Ucap Fiony.

"Gimana penawaranku kemarin??" Tanya Ferrel.

"Cari tahu aja sendiri, kamu kan ajaib." Fiony berjalan menjauh dari Ferrel yang tengah sibuk memastikan kakinya tak apa-apa.

Pelajaran di mulai dengan pelajaran bahasa Indonesia sebagai pembuka. Seperti biasanya, Bu Kinal selaku guru Bahasa Indonesia meminta tugas yang berupa surat pernyataan di bacakan oleh masing-masing siswa.

"Terimakasih Herman, selanjutnya Jess..."

"Nanti Bu!" Potong Nolan yang tampak panik memasuki kelas A2.

"Sialan, anak Gento itu lagi!" Kesal Jessi.

"Ada Nolan?" Tanya Kinal.

"Ada surat darurat, dan saya harus membacakannya!" Kinal pun mempersilahkan Nolan untuk membaca surat darurat tersebut.

"Surat darurat ini berisi sebuah maklumat dan pemberitahuan yang mendesak yang harus dibicarakan dari hati ke hati. Teruntuk Jessica Chandra, seorang gadis dari kelas A2, anda memiliki maklumat penting yang belum disampaikan sejak awal. Bahwasanya saya Nolan Sinambela, menyukai dirimu, secara lahir dan batin, oleh kerana itu sudikah kiranya engkau setelah pulang sekolah ini aku antarkan pulang dan sudikah engkau untuk jalan-jalan bersama malam Minggu nanti di alun-alun kota Yogyakarta. Sebagai bentuk wujud cinta ku padamu."

Langsung saja sorakan dan siulan menggema di kelas tersebut yang membuat ricuh suasana, membuat Jessi marah tapi tertutup rasa malu, sampai-sampai wajahnya memerah. Mau marah tapi ada guru.

How To Say Love You (FreFio)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang