Dikantor Badan Intelijen Jakarta pusat, tepatnya diruangan Vino, ia sedang memperhatikan foto - foto korban beserta lokasi Tempat Kejadian Perkara sembari menghisap rokok yang entah sudah berapa batang rokok ia habiskan, Febri sendiri sedang menulis laporan yang terjadi hari ini.
Febri yang sedang mengetik laporan di komputernya teralihkan perhatiannya oleh Vino yang terus memperhatikan foto - foto tersebut.
"bang, udah sejam, loh, lu ngeliatin foto - foto itu" ucap Febri.
Vino mematikan rokoknya itu di dalam asbak, lalu menaruh foto - foto korban pagi ini dan membandingkannya dengan foto - foto korban pembantaian di Tangerang yang terjadi 3 minggu lalu.
"coba sini deh"
Ia mengambil foto - foto korban yang di Tangerang dan menaruhnya di tempat yang sama dengan foto - foto korban yang di Jakarta Barat.
"lu perhatiin, ada yang aneh ngga di foto - foto korban yang beda daerah ini ?" tanya Vino
Febri segera bangkit dari meja komputernya menuju meja yang di atasnya di penuhi foto - foto korban. Ia langsung memperhatikan kedua foto itu dengan serius, namun ia merasa tidak ada yang aneh diantara kedua foto itu.
"ngga ada yang aneh, kok"
Vino pun duduk disamping Febri dan mengambil dua lembar foto korban yang berbeda daerah.
"korban - korban ini punya satu kesamaan, luka yang mereka terima hampir mirip, dan kalo lu perhatiin lagi, ukuran sayatan lukanya itu juga sama. Artinya, senjata yang di pake pelaku itu juga sama. Dan kemungkinan pelaku dari semua tragedi ini juga sama." ucap Vino
"yang bener aja lu, bang. Lu kira dari Tangerang ke sini deket? " tanya Febri yang masih sulit percaya.
"itu cuma opini gua, emang belum tentu pelakunya juga sama"
"tapi gua masih percaya kalo pelakunya itu satu orang" ucap Vino dengan percaya diri.
"kenapa sih, lu kekeh banget kalo pelakunya sendirian? "
"oke, gua ngerti lu tadi bilang luka sayatan korban itu bertolak belakang dengan korban yang lain, tapi itu bisa jadi cuma kebetulan, kan?" tanya Febri.
Vino mengangguk - anggukan kepalanya. "firasat gua bilang pelakunya satu orang" ucap Vino sembari tersenyum.
"alah..." mendengar hal itu Febri langsung memutar bola mata malasnya. Vino pun tertawa melihatnya.
RINGG!!
Tiba - tiba saja, handphone Vino berdering ada panggilan masuk dari kepala pembantu dirumah Maudy, yaitu bu Sari. Vino pun segera mengangkatnya.
"halo. Kenapa, bu?"
"mas Vino! Tadi ibu dapet telefon dari rumah sakit Medika, katanya non Maudy di rawat!" ucap Bu Sari dengan panik
Vino seketika terkejut mendengar kabar itu. "loh!? Maudy kenapa, bu!? Emang dia sakit apa??" tanya Vino yang terkejut.
"ibu juga kurang tau, Mas. Kemarin Mas Chris datang kerumah, terus non Maudy tiba - tiba pergi naik mobil sendiri ngga tau kemana"
"aishh... Yaudah bu, Vino kesana" ucap Vino lalu ia segera menutup telefonnya.
"Maudy kenapa, bang? " tanya Febri.
"dirawat. Gua juga kurang tau kenapa" ucap Vino sembari memakai jaketnya dan mengambil kunci mobil.
"waduh, gws deh. Gua lanjutin laporan dulu, kalo sempet nanti gua kesana" ucap Febri
"oke" Vino pun segera bergegas menuju mobilnya lalu berangkat kerumah sakit Medika.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
My Strong Guard
ActionMaudy Gabriela Abigail, seorang CEO perusahaan besar yang sepi akan kasih sayang keluarga bertemu dengan Valiant Adithya, seorang pria tampan, dingin dan misterius yang selalu membuat wanita terpikat sekaligus takut dengannya. Apakah Valiant dapat m...