Bonus Chapter: Don't Mess Around with Kanigara

35 3 0
                                    

Kanigara

"De bloem der Indische bergsteden."

Aku terperangah dengan dahi yang mengernyit ketika sadar kalimat itu keluar dari mulut Papi. Aneh. Bukan kata-kata yang pantas diucapkan di tengah siang bolong yang sama sekali nggak menggairahkan ini. Lagipula, aku baru berumur enam belas dan aku nggak mengerti artinya apa.

"Apa?"

"Itu, kan?" Ujar Papi. "Bunganya kota pegunungan di Hindia."

Papi menunjuk papan di atas kepala kami yang bertuliskan 'Kota Kembang'. Oh, benar! Aku menunjukkan ekspresi kebingungan ketika aku membaca papan tersebut untuk pertama kali (dan mungkin Papi menyadarinya). Kenapa banyak banget julukan untuk kota ini, 'sih? Yang mengejutkan, Papi selalu mengetahui sejarahnya, dan yang lebih mengejutkan lagi, Papi fasih melafalkan kalimat Bahasa Belanda tadi — aku lupa kalimatnya — tapi aku curiga salah satu alasannya adalah karena salah satu lagu Naif yang berjudul Voor Moeder itu; lirik lagunya berbahasa Belanda dan Papi memutarnya lima belas... mungkin tujuh belas kali sehari. Aku nggak bercanda!

"Oh ya? Kok Papi tahu?"

"Papi tempe."

Aku memutarkan bola mata, ia terkekeh.

Ngomong-ngomong, kami sedang beristirahat sambil berdiri (YA, SAMBIL BERDIRI), dengan es krim cokelat yang sudah setengah meleleh di tangan masing-masing. Heran, di akhir pekan, Papi nggak pernah betah untuk diam saja di rumah padahal sehari-harinya dia udah sangat sibuk, dan aku, dengan iming-iming sejumlah uang, menyetujui bahwa aku akan pergi kemanapun Papi pergi hari ini.

"Versi lainnya, De Bloem van Kebon Kalapa."

"Wow." Balasku. "Keren."

Aku menjilat es krimku lagi. "Habis ini kita kemana, Pi?"

"Ke florist, buat ganti bunga matahari di vas yang ada di rumah, habis itu kita jemput Mami terus makan malam. Gas?"

Aku tersenyum sembari mengangguk semangat.

Ngomong-ngomong, namaku Gemintang Kanigara. Kata Papi, 'Kanigara' berarti bunga matahari sedang 'Gemintang' adalah nama depan adik kesayangan papi yang juga disematkan pada namaku.

Ajaib adalah kata yang terlintas di kepalaku ketika Papi pertama kali menceritakan bagaimana awal mula pertemuannya dengan Mami. Aneh, luar biasa aneh. Bisa-bisanya Mami termakan omongan laki-laki super sinting yang sebagian besar isi otaknya hanya pikiran nggak jelas dan herannya pertemuan keduanya sukses membuatku terlahir ke dunia yang ujar mereka sangat keji ini. Maka ketika umurku menginjak lima belas, keduanya kompak menceritakan tentang masa lalu mereka berpuluh-puluh tahun silam. Tentang si ketua divisi logistik, atau apalah itu, pun tentang seorang lelaki bernama Arsenio — kuakui yang satu itu cukup membuat lidahku kelu, dan sayangnya aku sudah nggak bisa melihat eksistensinya lagi.

Aku punya ribuan cerita tentang bagaimana aku tumbuh bersama hangatnya kedua orang tua yang hingga berbelas-belas tahun pernikahannya masih saling mencintai dengan segala kemegahan hati yang ada, namun satu yang nggak pernah aku temukan di tempat lain adalah seseorang yang selalu menyambutku dengan senyum lebar ketika aku pulang ke rumah. Selarut apapun aku membuka kunci pintu, Papi selalu muncul di hadapanku walau hanya sekadar bertanya aku baru pulang dari mana. Terkadang, Mami juga ada di sana dengan laptop dan semua tenggat pekerjaannya yang tak pernah berakhir itu. Memelukku, menyambutku dengan hangat.

Ada dua hal yang nggak pernah absen di setiap sudut rumah kami; bunga matahari dan juga lembaran-lembaran sticky notes. Papi dan Mami memiliki ikatan emosional yang kuat tentang kedua benda tersebut, hingga kini aku mempunyai banyak jepitan berbentuk bunga matahari, dan juga setumpuk sticky notes yang selalu ada di dalam tasku. Di pagi hari — apabila ia tak buru-buru harus pergi bekerja — Papi selalu menyempatkan menulis sesuatu di selembar kertas berwarna kuning lalu menempelkannya di kulkas; kadang hanya kata-kata singkat berupa penyemangat, kadang juga kalimat-kalimat romantis yang menggelitiki perut Mami dan membuatnya tersenyum ceria satu hari penuh. Sungguh lucu!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 31 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sticky Notes: Past Midnight CupcakesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang