Dua🍁

8K 374 1
                                    


••

"Katakan padaku dimana kak Dylan! Kemana kau membawanya brengsek!" Hendak memukul wajah pamannya namun tubuhnya ditahan oleh sahabat baiknya.

"Tenangkan dirimu, Abyan." Tahan Andra.

Abyan Edelsteen adik kandung dari Dylan menatap pamannya Jarwo dengan begitu tajam.

"Kenapa? Aku sudah mengurus kalian, memberi tempat tinggal untuk kalian, memberi makan kau dan Dylan. Bukankah sudah sepantasnya kakakmu itu membalas semua kebaikanku?" Jarwo menatap remeh Abyan yang tampak begitu marah.

"Bajingan! Rumah yang kau tinggali itu milik ayahku! Kau yang menumpang dasar tidak tahu malu!!"

Abyan begitu kesal melihat wajah Jarwo sekarang. Semalaman ia begitu mengkhawatirkan kakaknya, karena saat makan Jarwo menaruh obat bius di makanan mereka sehingga ia dan Dylan tidak sadarkan diri. Saat dirinya terbangun Dylan dan Jarwo sudah tidak ada di rumah.

"Aku adik ayahmu! Jadi akulah yang lebih pantas mendapatkan rumah ini! Kau ingin tahu kemana kakakmu itu? AKU MENJUALNYA!! Ahahaha~ dia memang harus berguna untukku!"

Abyan dan Andra melototkan matanya tidak percaya, "K-Kau benar-benar melakukannya?" Lirih Abyan.

"Ya, seharusnya sudah sejak dulu aku melakukannya! Sekarang kau pergi dari rumahku! Aku tidak ingin berurusan dengan anak sial sepertimu! Karena jika bukan karena kau orangtuamu tidak akan meninggal!"

Tubuh Abyan menegang setelah apa yang Jarwo katakan. Tidak, orangtuanya meninggal bukan karenanya! Kak Dylan bilang itu semua takdir yang sudah di tentukan dan itu bukan salahnya.

"Anak gangguan jiwa sepertimu memang tidak pantas untuk hidup. Sekarang kau pergi sebelum aku menyeretmu keluar." Jarwo dengan begitu tega mendorong tubuh Abyan hingga pemuda tampan itu terjatuh.

"Abyan!" Andra mencoba membangunkan Abyan tapi pemuda itu tampak linglung, pandangannya begitu kosong dengan air mata yang dengan perlahan mengaliri pipinya.

Jarwo berdecih, ia dengan cepat menutup pintu rumahnya—tidak memperdulikan Abyan sama sekali.

••

Sorot matanya begitu tajam, ia berjalan menyusuri lorong dengan begitu angkuhnya.

"Bagaimana?" Tanyanya pada Nicander Nathan, adik iparnya yang juga menjadi tangan kanan kepercayaannya.

"Aku sudah mengurusnya. Kau bisa menemuinya sekarang." Ujar Nathan mempersilahkan Barra untuk masuk ke dalam ruangan yang memiliki pintu bercat hitam itu.

Salah satu pengawal membukakan pintu untuk tuannya tersebut. Hingga bau amis darah menyeruak keluar dari ruangan itu, mungkin bagi yang baru pertama kali ke ruangan ini mereka akan merasa mual saat mencium aroma darah yang begitu menusuk hidung.

Ruangan dimana Barra mengeksekusi tahanannya.

Barra dan Nathan masuk ke dalam ruangan tersebut. Cahaya yang masuk hanya melalui ventilasi udara membuat suasana di dalam ruangan itu menjadi tamaram.

Barra menatap seorang pria yang terikat disebuah kursi dengan pandangan menghunusnya.

"Aku senang kau masih bisa hidup, Lucky." Ujar Barra membuat pria yang terikat itu mendongak dengan perlahan.

Tubuh Lucky benar-benar babak belur, area matanya yang membiru. Bibirnya yang sobek, bekas darah yang keluar dari hidung dan telingannya, juga perutnya yang di penuhi oleh sayatan karya dari tangan Nathan.

"B-Bunuh a.. aku sekarang!"

Barra terkekeh pelan, ia menarik surai Lucky membuat wajah pria itu mendongak. Barra meludahi wajah Lucky dengan begitu hinanya.

"Harusnya kau sadar dengan siapa kau berurusan bastard! Aku tidak akan membuat kematianmu begitu mudah. Setidaknya, kau harus merasakan neraka dunia yang aku buat." Nathan menyerahkan sebuah pisau kecil pada Barra membuat kakak iparnya itu menyeringai puas.

Lucky adalah mantan anggota aliansi Barra yang melakukan pengkhianatan pada pria tampan itu. Lucky menjual informasi anggota keluarga Barra pada musuh-musuhnya. Untung saja ia bisa segera mengetahui semuanya dan itu karena kinerja Nathan yang berhasil menangkap Lucky dengan cepat.

"ARGHH!" Lucky berteriak kesakitan saat telinganya di potong begitu saja.

"Nathan, sumpal mulutnya pakai kain." Perintah Barra yang mendapatkan anggukan patuh dari Nathan.

Pria bermata rubah itu menyumpal mulut Lucky dengan kain.

"Teriakanmu begitu mengganggu." Barra menyeringai, ia mulai memotong telinga Lucky yang satunya membuat pria itu memekik tertahan.

"Emm!!" Suaranya teredam gara-gara kain yang menyumpal mulutnya.

Barra yang melihat itu tersenyum lebar layaknya seorang iblis.

"Aku ingin meledakan tubuhnya. Bawa dia kelapangan."

"Baik."

Dan sekarang, kematian yang benar-benar menyakitkan akan menghampiri Lucky.

••

Matanya terbuka dengan perlahan, bibirnya mendesis saat seluruh tubuhnya terasa begitu remuk apalagi area bawahnya yang benar-benar terasa begitu menyakitkan.

Dylan mencoba untuk bangun, "Akhh..." Ia meringis, tubuhnya benar-benar seperti dihancurkan.

Ceklek

Pintu kamar itu terbuka menampilkan seorang maid yang menghampirinya.

"Tuan, membawa seorang jalang lagi?" Ujar maid tersebut yang tampak tidak suka saat melihat Dylan.

Dylan hanya menatap pemuda yang ada dihadapannya lalu ia menunduk karena tidak tahu harus bereaksi seperti apa atas perkataan maid itu yang mengatakannya seorang jalang.

Ingin menepis, tapi itu memang benar. Sekarang ia sudah menjadi pelacur bagi Barra—sangat menjijikan, terlebih lagi, ia adalah seorang pria walaupun tidak bisa dipungkiri kalau ia memang seorang submissive.

"Cepat bersihkan tubuhmu. Dan pakai baju ini." Ujar maid itu sambil melemparkan baju pelayan mansion pada Dyla.

Pemuda tampan bercampur manis itu menggangguk mengerti walaupun akan sedikit aneh karena ini baju pelayan wanita. Sekarang apa yang ia harapkan dari hidupnya ini? Kehidupan baik yang ia damba-dambakan sejak dulu sirna begitu saja.

Takdir seolah menampar Dylan dengan telak, seperti memberitahunya kalau ia sama sekali tidak pantas untuk merasakan kebahagiaan walau sedikit saja.

Setelah maid tadi pergi, ia lantas segera bangkit dari kasur king size tersebut dengan begitu perlahan. Berjalan ke arah kamar mandi yang sudah ditunjukan tadi oleh maid itu dengan pelan.

Karena setiap langkah yang ia ambil benar-benar terasa sangat menyakitkan.

••

TBC

Vomentnyaa❤️

Cinta Seorang Mafia✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang