♥︎⓿❾ Pagi itu Bersamanya

515 41 3
                                    

Antara selamat datang dan selamat tinggal
keduanya sama-sama memiliki makna paling serius dalam kehidupan manusia....
✧༺༻✧

"AZKAN SINI KAMU!"

"Enggak mau! Ampun, Ma ampun...."

Rumah tanpa teriakan seorang ibu di pagi hari jelas rasanya tidak akan lengkap. Sudah persis seperti kebun binatang, Azrea dengan sapu ijuk di tangan berlari menuruni anak tangga yang mana hal tersebut berhasil membuat Alleska jantungan.

Alleska sangat takut istrinya jatuh.

"Papa tolong!" rengek Azkan bersembunyi di balik punggung tegap sang Papa. Menjadikan punggung Alleska sebagai tameng adalah satu-satunya solusi terbaik menghindari amukan sang Mama.

Mamanya itu mana tega memukul papanya. Azkan berani jamin, bahkan melihat Alleska menangis saja Azrea sudah kalang kabut.

"Loh, apa-apaan ini?" Alleska yang sedang enak-enak makan biskuit di pagi hari lantas jadi merasa terganggu sekaligus kaget di waktu bersamaan.

Bagaimana tidak kaget jika di pagi buta begini sudah disuguhi oleh pemandangan sang istri yang berlari sambil membawa sapu ijuk. Mana masih pake daster lagi. Itu berarti wanita itu belum mandi!

"Papa tolong selamatkan anakmu yang tampan ini, Pa," rengek Azkan mendramatisir.

"Sini kamu anak nakal!" Azrea tidak peduli dengan Alleska yang sarapannya terganggu, karena yang ia inginkan adalah memberi pelajaran pada putra nakalnya.

"Papa-AARRGGHH SAKIT MAMA!" Habis sudah riwayat Azkan. Telinganya sudah merah terkena jeweran dari sang Mama. Ternyata meminta perlindungan dari Alleska tidak ada gunanya. Yang ada lelaki itu lebih memilih memunguti biskuit yang berserakan di meja.

"Enggak usah lebay!" sergah Azrea. "Pelan gitu."

Pelan katanya?

Azkana langsung melotot bersiap melayangkan protes, tetapi suara sang ayah berhasil menghentikan.

"Kalian berdua itu kenapa sih? Kamu juga, Ze! Kenapa bawa-bawa sapu gitu? Pasti belum mandi 'kan?"

Bibir Azrea seketika terkatup rapat. Sementara Azkan sudah tertawa kencang.

Lalu Kara? Gadis cantik itu sudah duduk anggun sambil mengoleskan selai cokelat pada roti. Ia sama sekali tidak tertarik dengan drama pagi ini.

"Kamu juga!" Alleska menatap putranya tajam. "Kamu bikin ulah apalagi sampe mama kamu ngamuk?"

Mampus!

Tidak mungkin baginya untuk menjawab pertanyaan itu, karena bisa-bisa ia akan menjadi samsak kedua orang tuanya.

"Jawab Azkana ...."

Remaja dengan headband hitam melingkar di kepala itu tidak kunjung menjawab. Hanya diam sembari menggaruk tengkuk yang sama sekali tidak gatal.

"Aku-"

"Dia dapet nilai ceban lagi, All," sambar Azrea geram sendiri karena Azkan tidak lekas menjawab.

Ceban yang biasa diartikan dengan 10 ribu, tapi karena Azrea tidak mau ribet maka setiap ada yang mendapat nilai 10 ia akan menyebutnya dengan kata ceban.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 30 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

A Z K A N A R A  [lolipop cokelat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang