148. Day by Day

222 52 7
                                    

Jefan

Pagi ini ia mendapati Karina tiba-tiba meringis kesakitan.

"Kenapa?" tanyanya gugup.

"Sakit," jawab Karina yang sedang mengASIhi Aran.

"Keras banget nih," lanjut Karina seraya menunjuk miliknya yang tengah di nen oleh Aran.

"Mana pedih lagi. Adududuh.... ssshhhh...."

Ia hanya bisa memperhatikan Karina dengan bingung. Tak tahu harus melakukan apa untuk membantu meringankan rasa sakit.

Tapi ketika Karina terus mendesis kesakitan. Bahkan hampir menangis selama Aran menyusu. Ia segera meminta Karina untuk memindahkan Aran.

"Jangan dipaksa," ujarnya semakin bingung. "Coba nen nya pindah ke sebelah."

Dengan terpaksa Karina menghentikan kegiatan Aran. Membuat bayi berpipi bulat itu protes keras dengan mengeluarkan suara tangis yang cukup kencang. Sebab merasa keasyikannya terganggu.

Ia pun segera membantu mengangkat Aran. Lalu memposisikannya untuk menghadap sumber kehidupan yang satu lagi. Sementara Karina masih terus menggigit bibir menahan rasa sakit.

"Masih sakit?" tanyanya harap-harap cemas. Ketika Aran mulai menyambut sumber kehidupannya lagi dengan teramat rakus.

Karina menggeleng, "Kalau yang ini nggak sakit."

Ia mengangguk dengan perasaan lega.

Namun selama Aran mengisap sumber kehidupan. Bagian tubuh Karina yang tadi sempat dikeluhkan sakit dan mengeras, ternyata juga turut mengeluarkan ASI. Bahkan terus menetes hingga merembes membasahi kain baju bagian luar yang dikenakan oleh Karina.

"Kok keluar ASI dua-duanya, Rin?" tanyanya benar-benar tak mengerti campur keheranan.

"Panggilin Mama dong," pinta Karina. "Terasa sakit lagi nih."

Ia pun buru-buru beranjak keluar kamar. Dan mendapati Mama Karina tengah mengupas apel di meja makan. Sepertinya tengah mempersiapkan sarapan untuk Papa Karina.

"Ma... ini Karina sakit," dengan gugup ia menunjuk bagian dadanya sendiri.

Mama Karina segera menghentikan kupasan apelnya.

"Meradang?" tanya Mama Karina. "Atau bengkak?"

Ia menggeleng tak mengerti.

"Tolong kupasin satu apel lagi sama jeruk," ujar Mama Karina sambil mencuci tangan di wastafel.

"Nanti langsung kasih ke Papa di teras samping ya," lanjut Mama sembari berjalan menuju ke kamar Karina.

Ia pun mengangguk tanda mengerti. Segera mencuci tangan dan mulai mengerjakan permintaan Mama.

"Sudah libur kerja?" tanya Papa Karina ketika ia meletakkan sepiring potongan apel dan jeruk ke atas meja.

"Sudah, Pa," ia tersenyum. "Sudah bukan pekerja pabrik lagi."

"Kapan ke Bandung?"

Ia mendudukkan diri di seberang Papa Karina sebelum menjawab pertanyaan.

"Antara tanggal 28 malam atau 29 pagi."

Papa Karina yang mulai menyantap potongan apel mengernyit, "Daftar ulang kapan?"

"Tanggal 29."

"Nggak mepet waktunya?"

Ia tertawa, "Masih mau menemani Karina sama Aran di sini, Pa."

"Masih mau mengantar Karina registrasi di tanggal 28 nya."

Senja dan Pagi | Na JaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang