151. The Luckiest Guy

271 46 9
                                    

Jefan

"Jadi... mau jalan ke mana nih kita?" selorohnya sambil melajukan kemudi keluar dari tempat parkir gedung РМТ.

Tapi Karina tak menjawab. Sebab mulutnya sedang penuh mengunyah roti bakar yang dibawakan oleh Bi Enok.

"Kamu lagi pingin makan di mana? Mall?" tanyanya lagi sambil memperhatikan jalan di depan yang telah mengular dipenuhi oleh antrean panjang kendaraan.

Namun Karina tetap tak menjawab. Masih terus mengunyah roti bakar dalam potongan besar.

"Kamu lapar banget?" ia tertawa demi melihat ekspresi makan Karina yang terlalu rakus.

Lalu kembali memperhatikan jalanan di depan. Penasaran mengapa gerak kendaraan hanya bisa melaju sepanjang dua sampai tiga meter. Lalu berhenti. Begitu seterusnya.

"Ka...," ia ingin bertanya lagi pada Karina namun kalimatnya terpotong di udara. Sebab Karina telah lebih dulu menjejalkan sepotong roti bakar rasa cokelat keju ke dalam mulutnya.

Ia tersenyum sambil menggelengkan kepala. Lalu mengunyah roti bakar yang baru saja disuapkan oleh Karina.

"Makan!" sungut Karina dengan mulut yang masih dipenuhi oleh potongan besar roti bakar. "Jangan ngomong melulu."

Ia hanya tersenyum seraya mengerling ke arah Karina.

"Lagi?" tawar Karina begitu melihatnya selesai menelan roti bakar suapan pertama. Sembari menyuapkan sepotong roti bakar lagi ke depan mulutnya.

Ia pun segera menyambut suapan Karina. Seraya kembali melajukan kemudi. Sebab kendaraan di depan mulai bergerak maju.

Karina masih terus menyantap roti bakar sekaligus menyuapinya. Sampai seluruh isi box licin tandas berpindah ke perut mereka berdua.

"Minum nih," Karina mengangsurkan sebotol air mineral yang tinggal tersisa setengahnya. Sebab sudah lebih dulu diminum oleh Karina.

Ia tersenyum sambil menerima uluran air mineral. Meminum sampai habis. Lalu menyimpan botol yang telah kosong di samping pintu.

"Mau ke mana Neng?" selorohnya seraya mengerling ke arah Karina. "Nanti Abang antar."

Karina tertawa, "Pulang aja deh, Bang."

Ia mengernyit, "Nggak mau jalan dulu?"

"Hari terakhir aku di Jakarta nih," selorohnya sambil mengedipkan sebelah mata.

Sontak berhasil membuat tawa Karina semakin meledak.

"Maaf, Bang," Karina menggelengkan kepala. "Neng lagi nggak mau jalan."

"Mau langsung pulang," lanjut Karina kali ini dengan sungguh-sungguh. "Udah kangen sama anak."

Ia langsung tersenyum bangga begitu mendengar jawaban yang dilontarkan oleh Karina, "Oh.... so sweet..."

Tapi Karina justru memukul lengannya sambil bersungut-sungut, "Gaje, ih, kamu!"

Ia hanya terkekeh mendapati reaksi Karina. Lalu mengulurkan tangan untuk mengusap puncak kepala yang dihiasi rambut tebal dan halus itu.

"Mampir juga enggak?" tanyanya sekedar untuk memastikan. "Kamu pingin jajan mungkin? Kita bisa ambil yang take away."

Tapi Karina menggelengkan kepala, "Pulang, Abaaaang."

Ia kembali tertawa mendengar jawaban Karina dengan nada yang dibuat-buat.

"Aku udah nggak nyaman banget nih," lanjut Karina sambil mengendikkan bahu.

"Breast pad ku udah basah banget kena ASI."

Ia menepuk dahi karena lupa, "Oiya, kamu kan mesti mompa ASI tiap dua jam sekali."

Senja dan Pagi | Na JaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang