155. When You're Not Around (2)

200 42 6
                                    

Jefan

Ia baru masuk ke kamar. Usai menyantap makan siang bersama Mang Ujang. Sambil mengobrolkan rute jalan di sekitaran kota Bandung. Ketika mendapati notifikasi 3 panggilan video tak terjawab di ponselnya.

Karina.

Ia pun langsung menelepon balik.

Satu kali tak diangkat.

Dua kali masih sama.

Akhirnya memutuskan untuk mengetik pesan chat.

Jefan : 'Maaf Rin, tadi lagi ngobrol sama Mang Ujang.'

Jefan : 'Aran lagi apa?'

Jefan : 'Kamu udah makan belum?'

Lalu membuka laptop. Berniat mulai mengerjakan essay untuk memenuhi tugas Ospek.

Ia masih berselancar di dunia maya. Mencari referensi paling faktual berkaitan dengan tema essay. Ketika ponsel yang tersimpan di atas meja menggelepar tanda ada panggilan masuk.

Karina Calling

"Rin?"

"Udah di rumah?" dari seberang telepon terdengar suara serak Karina seperti orang baru bangun tidur.

"Udah."

Dalam sekejap panggilan telepon berubah menjadi panggilan video.

Ia tersenyum melihat layar ponsel kini telah menampilkan wajah cantik Karina. Membuatnya menyandarkan ponsel pada layar laptop. Agar lebih leluasa menatapi Karina.

"Regis beres?"

Ia mengangguk. Sembari terus memandangi wajah Karina yang jelas-jelas menampakkan orang baru bangun tidur.

"Baru bangun, Neng?"

Karina tertawa, "Ngenenin Aran... eh, malah ikut ketiduran."

Mereka pun tertawa bersama.

Namun sedetik kemudian sama-sama berhenti tertawa. Hanya saling bertautan pandang melalui layar ponsel.

"Ini baru sehari," Karina lebih dulu bersuara.

Ia mengangguk.

"Kayak udah seminggu," kini Karina mencibir.

Ia tersenyum, "Aran mana?"

Karina sengaja mengarahkan layar ponsel pada Aran yang sedang bermain-main sendiri di atas bouncer. Tangan montok Aran terlihat memukul-mukul udara. Sementara kaki bulat Aran menendang-nendang tanpa henti.

"Tolong bilang ke Aran kalau aku kangen."

"Coba bilang sendiri," ujar Karina sambil memposisikan ponsel agar ia bisa melihat Aran dengan lebih jelas.

"Aran, loen rindu ngon kah neuk (aku rindu sama kamu nak)," gumamnya dengan sepenuh hati.

Tapi layar ponsel tiba-tiba berubah memperlihatkan wajah Karina.

"Artinya?" wajah Karina mengernyit ingin tahu.

"Aku rindu sama kamu nak," jawabnya sambil terkekeh.

Karina mengangguk-angguk tanda mengerti. Lalu kembali mengarahkan layar ponsel pada Aran.

Selama beberapa menit ia hanya diam tak mengatakan apapun. Terus saja memandangi Aran yang tangan dan kakinya bergerak aktif.

Ternyata seperti ini rasanya rindu, batinnya sambil menghela napas panjang.

Kini layar ponsel kembali memperlihatkan wajah Karina.

Senja dan Pagi | Na JaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang