168. How Its Going

248 46 6
                                    

Karina

Ia tersenyum memandangi Jefan yang sedang menciumi Aran. Mulai dari kedua pipi, hidung, kening, hingga mata.

"Baik-baik sama Bunda ya," bisik Jefan di telinga Aran. Namun masih bisa terdengar olehnya dengan baik.

Jefan kembali melanjutkan sesi bonding dengan menyentuh ujung hidung Aran. Kemudian menciumi pipi bulat Aran berkali-kali. Lalu menyerahkan Aran padanya dengan wajah tak rela.

"Baik-baik ya," gumam Jefan seraya tersenyum dan mengusap pipinya.

Ia mengira Jefan akan mencium kening atau memeluknya. Seperti yang Jefan lakukan sebelum ia naik ke atas mobil. Tapi rupanya Jefan masih malu-malu. Sebab ada Mama dan Teh Cucun di dalam mobil.

"Kita pulang dulu ya Jefan," Mama melambaikan tangan bersamaan dengan pintu yang tertutup.

Jefan masih sempat berbincang dengan Papa yang duduk di kursi depan. Sebelum Pak Cipto benar-benar melajukan kemudi meninggalkan halaman rumah.

Ia dan Jefan saling melambaikan tangan melalui kaca pintu yang terbuka lebar. Ia bahkan masih bisa melihat sosok Jefan melalui kaca spion. Namun semakin lama tubuh jangkung itu terlihat kian mengecil. Hingga tak terlihat lagi ketika Pak Cipto membelokkan kemudi mengikuti jalan.

"See you soon, Ayah," bisiknya dalam hati sambil memandangi Aran yang sedang mepermainkan lidah sendiri.

***

Jefan

Ia memperhatikan mobil yang ditumpangi dua pemilik hatinya hingga menghilang di balik tikungan. Lalu ikut membantu Mang Ujang mendorong pintu gerbang agar tertutup.

Ia juga sempat mengobrol sebentar dengan Mang Ujang. Membantu membereskan sampah bekas kardus pembungkus belanjaan Papa dan Mama Karina selama di Bandung. Lalu membuangnya ke tempat sampah.

"Saya ke dalam dulu, Mang," pamitnya pada Mang Ujang yang masih asyik membereskan taman di samping rumah.

"Mangga, Den."

Sama sekali tak pernah menyangka jika Karina akan meninggalkan kejutan untuknya.

Ia sempat tertegun ketika melihat kotak berwarna merah yang baru kan ini dilihatnya. Tersimpan di atas meja belajar dengan secarik kertas di atasnya.

💕💕💕

Happy birthday my dearest husband,

Wish every single dream of yours will come true

We love you so much

With love,

The luckiest wife and son : Karina & Aran

💕💕💕

Ia tersenyum sembari menggelengkan kepala. Lalu membuka kotak dengan penuh rasa ingin tahu.

"Ah, Karina....," desahnya tak percaya ketika melihat isi kotak. Dimana terdapat dua box yang lebih kecil lagi di dalamnya.

Satu box cukup besar berwarna putih dengan tulisan pro. Kemudian box kecil berwarna hitam. Dan selembar lukisan wajah mereka bertiga. Karina, Aran, juga dirinya.

"Icad...," gumamnya seraya tersenyum dan menggelengkan kepala. Tahu betul jika ini lukisan hasil karya Icad.

Ia masih memegang lukisan dan memandangi isi kotak dengan perasaan gamang. Ketika ponsel yang kebetulan tersimpan di atas meja menggelepar-gelepar tanda ada panggilan masuk.

Dddrrrttttttt! Dddrttttttt!

Karina calling

"Dipakai yaa....," seru Karina dengan suara riang begitu ia mengangkat panggilan.

Senja dan Pagi | Na JaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang