171. Adrenalin Rush (2)

388 54 3
                                    

Karina

Ia belum pernah mengalami situasi yang serumit ini. Hampir seluruh perasaan negatif berkumpul dan campur aduk menjadi satu. Meski jauh di dasar hati, sejujurnya ia merasa sangat senang bisa bertatap muka dengan Jefan.

Ingin segera menghambur ke dalam pelukan, tapi situasi sangat tak memungkinkan. Ingin marah, karena Jefan (lagi-lagi) memberinya kejutan dengan tiba-tiba muncul tanpa memberi kabar terlebih dahulu.

Namun urung demi melihat kilatan api di mata Jefan. Yang ternyata jauh lebih dahsyat dibanding kekesalannya sendiri.

"Kita perlu bahas ini?"

Suara berat Jefan terdengar memecah kesunyian. Belum pernah sekalipun ia mendengar Jefan berbicara dengan suara sekaku ini.

Tanpa menunggu jawaban keluar dari mulutnya, Jefan telah membelokkan kemudi ke sebuah bangunan bergaya Eropa bertuliskan 'Alegria' yang kebetulan mereka lewati.

Bangunan yang terselip di antara deretan ruko bergaya semi minimalis ini terlihat cukup mencolok berkat keunikan desainnya. Dengan jendela besar hingga mencapai langit-langit. Dilengkapi kaca bening transparan, jelas memperlihatkan aktivitas orang-orang yang sedang berada di dalamnya.

Ia menelan ludah yang terasa pahit, lalu bergumam pelan, "Aku cape. Mau pulang."

Telinganya bisa menangkap dengan jelas suara hembusan napas panjang yang berasal dari mulut Jefan. Disusul dengan suara halus pintu mobil yang terbuka.

"Aku haus banget," ucap Jefan dengan nada suara yang masih sangat kaku. 

"Dari Bandung nggak sempat bawa minum."

Ia kembali menelan ludah yang semakin terasa pahit. Tak berminat untuk memberi komentar apapun. Bahkan sampai Jefan menutup pintu dan melangkah panjang-panjang menuju 'Alegria'. 

Dari jarak sekian meter ia tahu, jika Jefan mengambil duduk di salah satu sisi jendela besar berkaca transparan. Ia bahkan bisa melihat dengan jelas, punggung berbalut kemeja flanel yang dikenakan Jefan.

Dddrrrttttttt

Getaran ponsel tanda notifikasi masuk membuatnya beralih sejenak, dari kegiatan menyenangkan memandangi punggung lebar dan besar, yang telah menjadi favoritnya sejak lama itu.

Erzal : 'Sori, Karina. Kamu baik-baik aja kan?' 

Ia menghembuskan napas panjang dan berat melalui mulut. Lalu sambil memejamkan mata menyentuh icon block number untuk nomor Erzal.

***

Jefan

"Menu of the day nya apa Mba?" tanyanya pada pegawai berseragam yang menghampiri.

"Kami menyediakan empenadas, churros con chocolate, patatas bravas, dan cream catallina."

"Hari ini juga ada special offer untuk menu of the day, free fruity juice dan fan merchandise."

"Selain itu ada juga potongan setengah harga untuk seluruh coffee series."

"Bisa untuk dine in ataupun take away."

Ia mengangguk, lalu memesan satu menu of the day, yaitu churros con chocolate. Untuk free nya ia memilih avocado creamy juice. Ditambah sebotol air mineral.

***

Karina

Ia sedang terkantuk-kantuk dengan hati bergemuruh demi mengingat apa yang baru saja terjadi. Ketika pintu di bagian kanan terbuka. Disusul masuknya Jefan dengan wajah datar.

Senja dan Pagi | Na JaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang