"Maafkan aku hyung, aku ada keperluan mendadak. Apakah aku bisa mengambil izin untuk latihan vokal?"
Soobin menahan napasnya selama beberapa detik sebelum menyiapkan suaranya dengan baik agar Taehyun tak mengira dirinya kesal, "Tentu saja, tapi bisakah kau mengatakan alasannya?"
Bukankah wajar Soobin menanyakan alasannya? Sekarang sudah jam lima dan Taehyun tak memberinya kabar jika tidak mengikuti latihan hari ini. Jika bukan dirinya yang menghubungi Taehyun, mungkin pemuda itu tak akan memberinya kabar atau konfirmasi sama sekali.
Namun sayangnya pemuda itu tak memberinya alasan yang cukup memuaskan, "Pinggangku kram hyung, tadi aku melompat terlalu tinggi," Dan entah mengapa alasan yang tak masuk akal itu menyakiti hatinya. Mengapa ia selalu mendengar tentang lompatan akhir akhir ini?
"Baiklah, kau tau dimana obat kan? Kau bisa mengoleskan salep, atau mungkin jika terlalu menyakitkan, kau bisa memakai koyo Taehyunie," Pemuda itu tersenyum menertawakan dirinya yang mencoba memaklumi Taehyun. Bahkan meski itu kebohongan, Soobin juga mengikutinya dan memberinya saran untuk kramnya.
"Tapi koyo kita habis hyung," Tunggu, apa mungkin perut Taehyun benar benar kram? Mengapa pemuda itu mencarinya dengan serius? Padahal ia bisa mengabaikan sarannya jika itu sebuah kebohongan. Seketika rasa bersalah merayapi pundak Soobin.
"Maafkan aku Taehyunie," Itu permintaan maaf sungguh sungguh, "Aku akan membawakanmu koyo ketika pulang nanti," Soobin mengusap tengkuknya pelan lalu mematikan ponsel. Rasa curiga sekaligus bersalah melanda hatinya. Mungkin ia harus memeriksa keadaan pemuda itu nanti.
"Soobin-ssi," Itu pelatih vokal mereka yang sedari tadi menghentakkan kakinya yang kesal karena menunggu Taehyun. Padahal pelatih itu terlambat 50 menit, dan ia baru menunggu Taehyun selama 10 menit. Bukankah berlebihan jika ia kesal? Seharusnya mereka yang kesal karena pelatih itu terlambat 50 menit.
"Maaf ssem, Taehyun tak bisa hadir karena sakit. Bisakah kita melanjutkannya bertiga-"
"Tidak! Latihan hari ini dibatalkan. Bagaimana kita bisa mengadakan latihan vokal jika dua anggota tak ada? Kau menghabiskan waktuku hanya untuk menunggu ketidakpastian. Katakan pada anggotamu untuk hadir tepat waktu lain kali," Bukan hanya ucapannya yang terpotong, pelatih itu bahkan tak mengizinkannya memberikan tanggapan lebih lanjut mengenai pembatalan latihan. Kesabaran Soobin terlalu banyak diuji hari ini.
Pintu ditutup dengan cukup keras. Berbeda dengan Malibu-ssem, sepertinya suasana hati pelatih vokal mereka sedang buruk. Tentu saja keterlambatan dan ketidakhadiran anggotanya membuat suasana hati pria itu semakin buruk.
"Bahkan dia juga terlambat 50 menit," Itu Yeonjun yang mengomel, "Bukankah kita harus mendiskusikannya pada manajer agar pelatih vokal lama kita dikembalikan?" Terimakasih pada Yeonjun yang membantu Soobin menyadarkan sesuatu. Hampir saja ia memaklumi pelatih itu dengan alasan suasana hatinya yang buruk.
"Yak paboya! Kau tidak tau kalau Woori-ssem habis melahirkan?" Sayangnya kesabaran Soobin kembali teruji ketika suara menyebalkan itu berdengung di telinganya. Baiklah, ia harus meninggalkan dua manusia ini agar tidak merusak telinganya dengan beradu mulut.
Yeonjun melipat lengan bajunya seakan mengambil ancang ancang, "Bilang pabo sekali lagi, tangan kau kupelintir,"
"Pabo-ya," Beomgyu menggelengkan kepalanya dan dengan ringan hatinya kini berdiri di belakang Soobin. Lihatlah bagaimana anak ini memanfaatkannya.
"Yak Choi Beomgyu!" Yeonjun berusaha menggapai pemuda itu. Namun lagi lagi pemuda itu memeluk pinggang Soobin hingga badannya terus berputar mengiringi cengkraman Yeonjun. Beomgyu benar benar menjadikannya sebagai tameng.
KAMU SEDANG MEMBACA
One Dream
Fanfiction"One Dream! Annyeong haseyo, Tomorrow by Together imnida!" Ucapan serempak itu diucapkan dengan raut kesungguhan dan penuh senyum sumringah pada awal debut mereka. Kamera flash menangkap setiap kelima wajah tampan itu. Tak tampak celah pada masing...