Pagi itu gerimis dengan riang membasahi Kota Pelajar. Di dalam sebuah ruangan dengan banyak massa itu aura kebahagiaan menguar di berbagai sudut. Senyum kebahagiaan terlukis jelas di raut milik gadis rantau itu. Dia tidak menyangka bahwasanya karyanya berhasil menjadi primadona, bahkan mereka ingin dirinya menulis sekuel untuk itu.Gadis tersebut kemudian melanjutkan lamgkahnya menuju ke Gramedia Yogyakarta. Di sana dia menemukan bukunya terpampang manis di atas rak. Dirinya pun kemudian menjadi artis dadakan karena banyak buku yang harus dia beri tanda tangan. Sungguh, rasanya tangisan haru tak terpungkirkan.
Dia berencana kembali pulang ke asrama setelah Asar menyapa.
Shenina cukup senang untuk hari ini, tetapi di dalam hatinya yang terdalam, ada sedikit penyusup berupa kecewa. Entah itu perasaan apa. Apakah karena perkara dirinya yang hanya tinggal satu bulan lagi berada di Yogyakarta? Atau karena ada hal lain?Shenina kini tengah berada di depan Gramedia Yogyakarta bersama Ahana. Mereka menunggu Syafiq menjemput. Tetapi tiba-tiba saja motor yang sangat mereka kenal melaju menuju ke arah mereka. Shenina menatap Ahana dengan tatapan tidak percayanya. Sedangkan Ahana sudah memasang wajah terheran-heran kepada sang pengendara motor tersebut.
"Sejak kapan Mas Syafiq ngojek, Han?" tanya Shenina kepada Ahana.
"Kemarin katanya mau izin beli jaket, eh gak tahunya jaket ojek online." Ahana mendumel tanpa mengindahkan perkataan Shenina.
"Assalamu'alaikum," ucap pengendara motor tersebut dengan senyuman khasnya. Sedangkan Ahana sudah memasang pose walang kekek."Ayo," lanjut laki-laki tersebut sembari memberikan satu helm kepada Ahana.
"Jadi, ini?" Ahana langsung melemparkan pertanyaan kepada Syafiq. Sedangkan Syafiq langsung menatap ke jaketnya, lalu memberikan cengiran kepada Ahana. Istrinya itu kemudian hanya bisa mengembuskan napas lelah.
"Oke. Sebenarnya aku mau kasih komentar tentang jaket kamu, Mas. Tapi ada masalah yang lebih urgent lagi. Ini terus aku sama siapa, dong?" tanya Shenina meninta penjelasan lebih lanjut. Syafiq kemudian menoleh ke arah sumber suara dan memasang wajah kagetnya.
"Loh. Eh, aku kira cuma Ahana aja. Loh kamu gak bilang, Shen," jawab Syafiq sembari menggaruk tengkuk lehernya yang tiba-tiba saja gatal.
"Kan aku udah chat tadi, Mas. Kebiasaan nih gak dilihat pasti," sahut Ahana.Syafiq pun langsung membuka ponselnya, lalu setelah itu dia memberikan cengiran kembali kepada Ahana dan Shenina.
"Sorry banget Shenina yang baik. Off dari tadi, terus gimana dong sekarang?" tanya Syafiq. Shenina menghela napas pasrah. Bukannya memberi solusi, Syafiq malah bertanya balik kepadanya.
"Ya udah lah mau bagaimana lagi kan? Gak apa-apa aku pesan ojek online aja," balas Shenina dengan tersenyum memaklumi.
"Shen, beneran? Aku gak enak sama kamu," sahut Ahana memegang tangan kiri Shenina.
"Aman," balas Shenina sembari memberi jempol kepada Ahana, meyakinkan.
Ahana pun akhirnya luluh dengan bujukan Shenina, diapun pergi bersama Syafiq meninggalkan Shenina seorang diri di sana. Shenina kemudian mengambil ponselnya, dia berusaha mencari ojek online yang sedang aktif. Di tengah aktivitasnya, tiba-tiba saja mobil putih berhenti di depannya.Shenina sedikit terkejut, jendela belakang mobil tersebut lantas terbuka, menampakkan sesosok wanita paruh baya dengan kerudung yang terpasang rapi di kepalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sunflowers
Fiksi RemajaDia menyukai buku, dia menyukai kata selamat, dan dia menyukai sunflower. Perjalanan hidupnya mungkin terlihat 'beruntung', namun, coba tanyakan kepada Tuhan, apa yang diambil dari hidupnya di balik itu semua? Dia yang takut akan dunia luar, sampai...