"Tunggu. Kalian sudah saling kenal?" tanya kakek Freen dengan nada kaget dan heran.
"Kami dulu teman satu sekolah," sahut Freen. Tangannya masih tetap terulur dan tidak dijabat.
Rebecca melirik tangan Freen yg terulur, lalu kembali menatap wajah Freen. Freen tahu gadis itu mengertakkan gigi, melhat betapa kakunya wajah gadis itu. Setelah menunggu beberapa detik, Rebecca akhirnya menjabat tangan Freen dengan cepat dan berkata.
"Kami hanya bersekolah di SMA yg sama. Tidak bisa dibilang berteman."
"Astaga. Coba lihat ini, Thomas. Kita berusaha memperkenalkan mereka berdua, tetapi ternyata mereka sudah saling kenal. Bukankah ini kejutan yg menyenangkan?" lanjut Gordon sambil tertawa gembira. Sepertinya dia tidak mendengar kata-kata Becca yg terakhir. Atau dia sengaja mengabaikannya.
"Duduklah, Becca. Duduklah."
Becca tidak langsung duduk. Dia menatap kakek Freen dengan ragu, lalu menoleh ke arah kakeknya sendiri. Freen melihat Thomas menepuk kursi kosong di sampingnya dengan pelan, dan Becca pun duduk. Setelah gadis itu duduk, Freen baru duduk kembali.
Kakek Freen mulai berbicara, tetapi Freen tidak terlalu mendengarkan. Pikirannya dipenuhi satu pertanyaan : Apakah Rebecca masih membencinya?
"Jadi, Freen yg bertanggung jawab mengurus Ramses di New York, sementara Ayahnya mengurus Ramses di Chicago," jelas Gordon dengan nada bangga.
"Oh, Ramses?" kata kakek Becca.
"Kita juga pernah mencoba memesan meja di sana, bukan Becca? Tapi tidak berhasil."
Becca memaksakan seulas senyum kecil untuk berbasa-basi. Mereka memang pernah ingin memesan meja di Ramses, tetapi itu sebelum Becca tahu siapa kokinya. Sekarang setelah dia tahu? Ha! dia tidak sudi pergi ke sana lagi.
"Benarkah? Aku minta maaf." ujar Freen.
"Beritahu aku kapan kalian ingim datang, dan akan kupastikan kalian mendapat meja."
Becca ingin mendengus, tetapi dia menahan diri. Sebagai gantinya dia menyesap anggur merahnya dan memandang ke sekeliling ruangan. Di mana Richie ketika aku membutuhkan dirinya?
Saat itu seorang pelayan menghampiri meja mereka dan menawarkan potongan-potongan kue pengantin.
"Omong-omong, Freen, kau belum mencicipi kue pengantinnya, bukan?" lanjut Gordon.
"Kuenya enak sekali. Becca yg membuatnya. Dia membuka toko kue di... Di mana, Thomas? Apakah di Madison Aveneu?"
"Ya, benar. Dan kue ini benar-benar enak." kakek Becca membenarkan.
Becca menoleh dan mendapati Freen menatapnya sambil tersenyum kecil.
"Aku ingat dari dulu kue buatanmu memang enak."
Tiba-tiba saja kekesalan Becca memuncak. Cengkeramannya di gelas anggurnya semakin kencang. Dia yakin apabila ditambah sedikit tekanan lagi gelas itu pasti hancur berkeping-keping. Dia sama sekali tidak suka melihat Freen duduk di sana dan berbicara kepadanya seolah-olah mereka adalah teman lama. Mereka bukan teman. Mereka tidak pernah berteman. Mereka...
Tepat pada saat itu seseorang menyentuh pundak Becca dan sentuhan yg tidak asing itu dengan cepat meredakan ketegangannya. Dia mendongak dan tersenyum.
"Halo, Adik Kecil," kata Richie ketika Becca mendongak menatapnya.
"Ah, ini cucuku, Richie." kata kakek Becca.