"Apakah kamu yang sempurna, dapat di takdirkan dengan gadis seperti ku?"
.
.
.
.
.
~>>>•<<<~"Ini kapan ke ponpes nya astaghfirullah?! Aku gak sabar banget! Kali aja kan ketemu sama Aa santri yang aku salfok-in!" Ujar Windia semangat empat lima. Bahkan Linda pun ikut bersemangat, mengingat bahwa Wahid pun berada di ponpes Darunnajah.
"Res, Bu Eni mana? Katanya jam tujuh harus udah ada di sekolah, tapi Bu Eni sendiri belum datang." Tanya Siti menatap Resa.
Resa yang sadar dengan tatapan bertanya dari keenam sahabatnya hanya memutar kedua bola matanya malas. "Sut, jangan bawel kaya si Windia." Jawab res acuh tak acuh.
Atensi Windia langsung tertuju ke arah Resa sesaat gadis itu menyebutkan namanya. "Hah? Kok jadi aku?"
"Lo emang bawel, Win. Ada yang salah sama ucapan gue?"
"Gak ada yang salah, aku emang bawel. Tapi, cuma ke kalian doang kok bawelnya. Eh tapi Res, aku juga mau nanya. Itu Bu Eni dimana? Ini aku udah gak sabar loh, dari tadi jantung aku gak bisa detak normal. Aarrrggghhhh! Aku jadi pengen terbang!" Cerocos Windia dengan satu tarikan nafas, serta ritme berbicaranya yang tergolong cepat.
Sedangkan semua sahabat Windia menatap Windia dengan tatapan aneh. Bisa bisanya Windia berbicara secepat itu. Namun, itu lah ciri khas Windia.
"Lama-lama gue bisa gila denger cerocosan dari mulut Lo!" Ujar Resa yang mendapatkan cengiran dari Windia.
"Win?" Suara seorang laki-laki memanggil Windia yang berhasil membuat Windia menoleh ke asal suara. Bukan hanya Windia, tetapi keenam sahabatnya pun serempak menoleh ke asal suara.
Mereka dapat melihat dengan jelas sosok Eky yang berdiri dengan jarak beberapa meter dari posisi mereka. Jangan lupakan dengan penampilan Eky yang berhasil mendapatkan pujian dari semua orang. Layaknya seorang santri pada umumnya, Eky mengenakan kemeja polos berwarna hitam, di padukan dengan sarung berwarna hitam pula.
"Kamu tipe aku banget, Ky. Tapi sayang. Kamu selalu ngajak aku pacaran." Batin Linda menatap Eky dengan tatapan kagum.
"Iya, Ky? Kenapa?" Tanya Windia. Eky mengisyaratkan Windia untuk mendekat. Tanpa penolakan atau drama apapun, Windia berjalan mendekati posisi Eky berdiri, disertai dengan tatapan bingung.
"Coklat." Satu kata yang keluar dari mulut Eky sesaat Windia telah berada di hadapannya. Awalnya Windia tidak faham dengan maksud Eky, namun saat Eky menyodorkan satu bungkus coklat di hadapannya, barulah Windia mengerti.
"Buat Linda, ya?" Tanya Windia yang seharusnya tidak usah di tanyakan. Karena tanpa ditanyakan pun, semua orang sudah tau jawabannya.
"Bukan." Jawaban dari Eky mampu membuat Windia tertawa kecil.
"Kamu gak usah malu kali."
"Gue serius." Melihat keseriusan di wajah Eky, tawaan kecil Windia terhenti begitu saja. Tergantikan dengan wajah bingung.
"Seriusan?" Eky mengangguk yakin. "Kalo bukan buat Linda, terus buat siapa?"
"Lo."
"Hah?! Gimana, gimana? Aku gak salah denger kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Garis Cinta (On Going)
RomanceWARNING⚠️❗❗❗CERITA INI MURNI DARI PEMIKIRAN AKU SENDIRI! YANG SUKA PLAGIAT JANGAN COBA COBA UNTUK MENDEKAT! Pantas kah seorang gadis seperti Khalisa Windia Azzahra mengagumi sosok santri paham agama? Muhammad Raihan Alfathan, laki laki yang nyaris s...