07. Getting Closer Before The Storm

152 24 13
                                    

Sasuke tersenyum penuh kemenangan. Ia berselebrasi atas status barunya sebagai kekasih Hinata dengan mempertemukan bibirnya dengan bibir Hinata.

🕊️🕊️🕊️

Disclaimer

Naruto belongs Masashi Kishimoto's

La Belle et La Bête belongs sooyaaachi's

Warning: typos, Out of Character, M for language and sensitive issue, bahasa baku, alur lambat, alur loncat-loncat, getting darker etc.

Happy reading, dear. Baca ketika waktu senggang, ya! 🤍

🕊️🕊️🕊️

Hinata Hyuuga sudah tidak memiliki muka lagi di depan Sasuke Uchiha.

Itu yang Hinata pikirkan semalaman. Setelah dicium oleh sang kekasih, Hinata langsung berlari meninggalkan Sasuke di dapur. Perasaannya campur aduk. Otaknya seperti lamban mencerna. Ia telanjur menerima tawaran Sasuke untuk menjadi kekasih. Apa itu? Tawaran? Yang benar saja... bukankah hal tersebut bukan disebut tawaran? Terlebih... mari berlatih bersama. Astaga! Apa yang perlu dilatih?

Hinata malu sendiri. Namun, ia harus tetap bertemu dengan Sasuke. Mereka satu sekolah, satu kelas, bahkan satu atap. Lari dari Sasuke seolah lari dari bayangannya sendiri.

"Hai, pacar," sapa Sasuke pelan ketika mereka bertemu di dapur. Sasuke tersenyum jahil. Hinata memerah. Panggilan Sasuke sungguh memalukan.

"Mana bekal untuk pacarmu ini?" goda Sasuke lagi.

Hinata tidak tahan. Ia mencubit lengan Sasuke pelan.

"H-hentikan panggilan konyol itu, S-sasuke-san!" rengek Hinata.

Sasuke tertawa kecil. Pemandangan yang sangat memanjakan mata. Di pagi hari yang bahagia, perut yang tidak kelaparan, ia memiliki Hinata yang cantik dan baik sebagai kekasihnya.

Sasuke rela dibenci semua orang asal memiliki Hinata.

"Betul, bukan? Itu status kita," balas Sasuke.

"Status apa?" sahut Shion yang baru saja tiba. Gadis pirang itu mengambil kotak bekalnya dengan tatapan penuh selidik.

"Bukan urusanmu," tampik Sasuke ketus.

Shion menggeleng tak percaya dengan respons Sasuke.

Astaga, jutek sekali...

"Hinata, kutunggu di luar, ya," ujar Sasuke. Hinata mengangguk.

Sasuke melewati kedua adik-beradik beda darah. Shion mengawasi Sasuke yang menjauh dengan tatapan penuh arti. Setelah Sasuke hilang dari pandangan, Shion menyenggol lengan adiknya.

"Aduh, aduh, judes sekali calon adik iparku. Apa aku merusak suasana hatinya, ya?" goda Shion.

Godaan Shion tak ayal membuat Hinata malu. Namun, ia segera mengendalikan raut dan menyanggah. Hinata mengatakan bahwa Shion sangat konyol karena tiba-tiba menyebut Sasuke sebagai calon adik ipar.

"Eh, konyol? Kurasa tidak. Jika konyol, ciuman semalam itu apa, ya?" bisik Shion.

Hinata panik. Astaga, ia bahkan tidak pernah mengintip ketika Shion berpacaran!

"A-aku... itu..." Hinata tidak bisa berkata-kata.

Shion yang semula menggoda Hinata, kini tersenyum kecil. Ia mengusap lengan adiknya, membawanya ke dalam pelukan hangat.

La Belle et La BêteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang