***Jerome belum keluar dari kamar mandi, dan Jovanka rupanya tak perlu merasa tak nyaman saat menghabiskan makanan diatas piringnya tanpa sisa. Hanya Romeo yang memperhatikan gadis itu makan, dan setelah makanan tandas baru pria itu mencibir. "Kayak orang kelaparan."
"Aku 'kan emang kelaparan, Om."
"Salah siapa tidak makan?"
Jovanka mengerucutkan bibirnya. "Om jadi galak sekarang." Lalu gadis itu mengambil tangan Romeo yang bisa dijangkaunya. Pria itu sekarang sering mengunjungi Jovanka saat Jerome sedang mandi atau keluar. Lalu mengajak Jovanka bicara seakan menghibur gadis itu.
Tangan Romeo yang Jovanka pegang, gadis itu gerakkan. "Om?" rengeknya seperti anak kecil.
"Apa!" Romeo malah melotot, tapi Jovanka tidak takut karena sudah terbiasa. "Tidak usah merengek, bilang mau apa?"
"Itu, yang menabrak mobil Ayah bukan Pak Rome? Pak Rome bilang bukan dia?"
"Makanya jangan suka mengambil kesimpulan sendiri. Usahakan untuk bertanya terlebih dulu, dan mencari kebenarannya baru mengambil keputusan. Bukan malah menghilang dan menjauhi tuan."
Astaga! Romeo lupa jati diri saat berhadapan dengan Jovanka. Lihat saja bagaimana mulutnya begitu lancar saat berujar. Jovanka sampai tidak berkedip menyimak penuturannya. Berdehem singkat, Romeo berusaha kembali seperti sedia kala.
"Jadi emang bukan Pak Rome?"
"Kami masih menyelidikinya. Kepolisian memang mencantumkan dua orang nama. Ada dua pria di dalam mobil itu, salah satunya Henry Alfian Delano. Tuan Henry adalah sepupu tuan Rome, yang kabarnya ada dibagian jok penumpang dalam keadaan tidak sadarkan diri karena alkohol. Menurut cerita Sedan hitam itu sendiri merupakan pemberian tuan Abian, yang beliau berikan sebagai hadiah ulangtahun ketujuh belas yang masih beberapa bulan lagi. Berhubung tuan Rome tidak tinggal di negara ini makanya hadiahnya pun diberikan di hari kunjungannya kemari."
Henry Alfian Delano. Jovanka bahkan baru mengetahui nama panjangnya sekarang. Di internet Jovanka tidak menemukan apapun terkait kecelakaan yang disebabkan keturunan keluarga Delano, dan pasti karena pengaruh keluarga itu yang mungkin sanggup membungkam mulut mulut para pencari berita di luar sana. Yang Jovanka dapatkan hanyalah keterangan bahwa seorang musisi sekaligus pencipta lagu terlibat kecelakaan parah bersama supir pribadi, manager artis, dan satu lagi seorang presenter sekaligus model wanita yang kebetulan ikut berada dalam mobil yang sama.
Jovanka ingat malam itu sedang menemani ayahnya bekerja. Pulangnya beliau memberi tumpangan pada teman artisnya.
Jovanka juga hanya tahu bahwa selain inisial JAD ada pula HAD yang ia ketahui sebagai Henry. Pria bernama Henry juga merupakan korban, jadi Jovanka tidak terlalu mencari tahu tentangnya.
"Berarti memang benar hanya ada dua orang di dalam mobil itu 'kan, Om?"
"Iya benar. Mobil itu sendiri ada di kediaman tuan Abian, tuan Henry yang membawanya keluar dari garasi sekaligus mengajak tuan Rome pergi. Di negara kita, anak dibawah umur dilarang keras mengemudikan mobil. Apalagi bagi mereka yang belum memiliki SIM. Tuan Rome sendiri sudah sangat mahir mengemudikan mobil selama berada di Jerman, jadi tidak mungkin tuan bisa menyetir mobilnya dalam kecepatan tak terkontrol apa lagi sampai menerobos jalan."
"Lalu jika bukan Pak Rome, lantas siapa?"
Romeo berniat membuka mulut namun urung ia lakukan saat didapatinya pintu kamar mandi terbuka. Lantas pria itupun bergumam pelan. "Percayalah padanya sampai semua bukti kami dapatkan."
Jerome keluar, kali ini dengan bawahan piyama dan tubuh atasnya dibiarkan telanjang. Rambut masih tampak membasah dan diusap pakai handuk sekedarnya.
Dalam keadaan normal pasti Jovanka akan marah marah melihat Jerome tidak memakai bajunya, tapi untuk malam ini Jovanka memilih membaringkan diri. Lalu menutupi seluruh badannya beserta kepala dengan selimut. Menghindar dari pria itu sepertinya memang diperlukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Belenggu ✔️
Художественная проза18+ "Jadilah pelacurku!" Mungkin Jovanka tuli, sebab ia menangkap kata asing dari suara berat Jerome. Juga bagaimana tatapan pria itu yang semakin mendingin. "Ya? M-maksud, Ba-," "Jadilah pelacurku apa kamu tuli!" Kini Jerome membentak nyaring. Jova...