Episode 7 : Budak?

450 52 5
                                    

Yudishtira menyuapi Duryodhana, Duryodhana mengangkat 1 alisnya dan tersenyum mengerikan. Ia kemudian menerima itu dan memakannya, yang lain mengikuti Yudishtira.

Bhisma dan Vidura tersnyum melihat keharmonisan ini, kemudian pelayan datang dan menyuruh mereka berdua untuk kumpul di ruang makan keluarga kerajaan.

Bhisma yang Agung dan Perdana Menteri Vidura, meningalkan ruang makan karena mereka tau bahwa ini akan baik-baik saja. Mungkin. Mereka menatap kepergian Mahamahim Bhisma yang Agung.

Anak-anak Raja Destrarasta tersenyum penuh kemenangan. Para Pandawa terus menyuapi Kurawa sementara mereka tidak makan satupun makanan.

Anjani menatap Saudara-saudaranya dengan sedih, ini bukan yang ia harapkan. Seharusnya Duryodhana dan saudara-saudaranya bersikap adil untuk mereka.

Duryodhana tersenyum kemudian menatap Anjani yang hanya terdiam melihat mereka makan. Kemudian ia tersenyum mengerikan.

"Hei pelayan ambilkan aku Air!" Ucap
Duryodhana dengan lantang

Bingung karena ucapan Duryodhana, Anjani melihat ke kanan dan kekiri. Tidak ada pelayan di sana, mereka sedang bersama dengan keluarga kerajaan.

"Disini tidak ada pelayan kakak" Jelas Anjani

Duryodhana tertawa licik, senyumannya berubah menjadi senyuman yang jahat. Sahadev merasakan firasat buruk yang akan menimpa kakak perempuan nya.

Duryodhana berdiri dan menghampiri Anjani, Indra Putri kemudian mundur beberapa langkah ketika putra tertua Destrarasta mendekat.

"Yang ku maksud bukan mereka...tapi kau!" Kata Duryodhana membuat saudara nya melebarkan matanya tidak percaya. Anjani menatapnya tidak percaya, bagaimana bisa sepupunya mengatakan hal yang seharusnya tidak dikatakan.

Bagaimana bisa sepupu tertuanya menganggap Anjani sebagai seorang budak bukan sebagai anggota kerjaan dinasti Kuru dan adiknya.

Anjani tidak marah, ia juga tidak bisa berbuat apa-apa. Anjani masih diam di tempat, putra tertua Maharani Gandari menyentuh tangannya dan mendorongnya hingga membuat nya menunduk di hadapan Duryodhana.

Anjani mengerang kesakitan, ia tidak percaya kakaknya entah itu Sah ataupun tidak, melakukan tindakan seperti ini.
Duryodhana seharusnya bilang jika Anjani harus menghormatinya dan menyentuh kakinya. Putra Destrarasta mulai tertawa. Tawaan itu sungguh membuat Anjani merasa terhina.

"Sebagai budak, kau harus menuruti perintah putra Mahkota!" Ucapan yang begitu menyakitkan membuat Anjani menatapnya

Anjani berdiri dan mengangguk, hatinya penuh dengan kemarahan sekarang, ia berjalan mengambilkan Duryodhana minuman.

Kembali dengan minuman, ia memberikannya kepada Duryodhana, putra tertua Maharani Gandari mengambil minuman itu dan meminumnya.

Ia kemudian menatap air itu, rasanya begitu menyengat. Duryodhana melemparkan minuman bersoda itu kemuka indah Anjani.

Air soda itu membasahi Saree, rambut dan wajahnya. Ia menatap sang kakak dengan tatapan yang sulit di artikan.

"Sudah ku bilang air! Bukan soda!" Duryodhana menghardik adik perempuan nya

Anjani terkejut. Bagaimana mungkin ada minuman ber akohol di tempat makan anak-anak Raja. Itu sangat ilegal.

"Bagaimana mungkin di sini ada minuman seperti itu kakak" Bantah Anjani ia tidak peduli dengan sesuatu yang membasahi wajahnya

"Jika tidak ada, kenapa kau memberi ku minuman seperti hah!!" Bentak Duryodhana

Selama hidupnya di hutan, ia tidak pernah mendapatkan bentakan bahkan amarah sekalipun dari keluarganya. Bahkan jika mereka marah dan ada Anjani disana, mereka mengurungkan niat untuk marah.

Mahabarata FanficTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang