•Selamat Membaca•
-
-
-Zean lama yang selama itu untuk menunggu Freya di depan pintu. Hh...si tukang ngaret itu menyebalkan banget. Aduh...dinginnya oy...
KRING!
KRING!
Akhirnya anak gadis itu muncul juga di ujung jalan dengan sepedanya yang seperti baru karena sudah di cuci. Wajahnya kemerah-merahan tampak segar dan di bibirnya tersungging cengiran iseng.
"Eh! Unta jelek! Lama banget datengnya...! Kaki gue udah kedinginan nih..."
Freya tidak membalas hanya cengengesan saja, gadis itu turun dari sepedanya dan memberi isyarat agar Zean memboncenginya.
"Ayo, Zeannn! Ngebut dong...bisa-bisa kita terlambat lagi ke sekolah..." Seru Freya sambil menepuk punggung Zean keras sekali. Zean menganggu mantap.
"Yuhuuu! Pegangan yang kuat, Fre! Kita terbang woy...!"
Benar-benar ngebut si Zean ini. Tapi Freya tidak takut. Sejak dulu dia sudah terbiasa menikmati perjalanan kilat bersama Zean karena keduanya sering sekali terlambat pergi ke sekolah.
Sejak masih kecil sekali Freya dan Zean telah berteman, apalagi dulu rumah mereka bersebelahan.
Ayah Freya adalah seorang konsultan bisnis di perusahaan dan beliau menikah dengan seorang perempuan yang bisa di bilang 'kembang desa' dan sudah memiliki dua orang anak perempuan.
Putri pertamanya, Alveria. Kini Alveria kuliah di fakultas kedokteran di sebuah universitas bandung, sedangkan putri keduanya, Freya. Saat ini masih duduk di kelas tiga SMP Bersama Zean.
Dulu rumah yang mereka tempati adalah sewaan karena pemiliknya berimigrasi ke luar negeri. Tetapi, kemudian anggota keluarga pemilik rumah membeli rumah itu, dan keluarganya terpaksa mencari rumah baru.
Gara-gara kepindahan itu Freya dan Zean kesulitan untuk berangkat sekolah bersama-sama. Freya nekat menjemput Zean setiap hari dan hasilnya mereka lebih sering dimarahi karena terlambat.
"Uh, Freya...coba tahun kemarin keluarga lo gak pindah, pasti gak akan susah begini..." Ujar Zean saat mereka duduk-duduk di depan perpustakaan, siswa yang terlambat tidak boleh masuk di jam pelajaran pertama.
"Bu Siska marah-marah mulu, dia bahkan mau ngancam kita gak akan dibiarin lulus kalo masih terlambat lagi." Ujar Zean.
"Halah...itu paling cuma gertakan aja, lagian si Siska gak usah di percaya." Freya melihat ke arah langit lalu tersenyum lebar. Dia bangkit berdiri dan menarik tangan Zean.
"Cuacanya bagus buat di lihat cuy...ayo!"
Zean ikut saja ketika Freya berlari-lari ke bukit kecil di belakang sekolah. Mereka lalu duduk santai di atas rumput dan memandang awan-awan indah yang terlukis di langit.
"Aku...ingin...terbang...!" Teriak Freya.
Zean tidak berkomentar. Dia tau cita-cita Freya sejak dulu, dia ingin sekali terbang mengarungi angkasa. Di kamarnya banyak sekali terdapat buku-buku aeronautika dan berbagai model pesawat.
Zean sendiri tidak tau apa mimpinya. Dia menyukai semua mata pelajaran tapi tidak mempunyai minat khusus pada satu hal apapun. Kecuali...Basket.
"Lihat, Zean! Awannya kayak cewek..." Cetus Freya tiba-tiba,
"Itu lihat deh...kayak cewek ada rambutnya panjang." Zean melihat awan yang dimaksud Freya. Ah, ya...Freya pandai menghayal, demikian pula dirinya.
"Iya, cewek rambut panjang...mungkin putri yang diculik sama naga."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kaca, Kamu, Langit
Teen Fiction15+ㅣCerita ringan Freya dan Zean yang bersahabat sejak kecil. SD hingga SMA pun keduanya selalu bersama. Freya dan Zean memiliki sifat dan kesukaan yang sama. Zean tinggal bersama kakek dan neneknya. Dia ditinggal kedua orangtuanya pindah ke Inggris...