Lima🍁

6.2K 338 0
                                    

••

Profesi Barra bukan hanya menjadi CEO di perusahaan BB Corp saja. Ia merupakan seorang ketua mafia dari aliansi turun temurun keluarganya sehingga sedari kecil ia sudah menjadi sosok yang begitu kejam karena ajaran ayah dan kakeknya.

Dark Devils nama aliansi mafia yang ia pimpin saat ini menggantikan ayahnya yang sudah pensiun. Barra memiliki satu adik perempuan yang bernama Abila Bamantara dan mereka terpaut dua tahun saja.

Profesinya sebagai seorang CEO hanya untuk samaran supaya orang-orang awam tidak tahu kalau ia adalah pemimpin dari sindikat yang paling di takuti di Indonesia. Sebagai CEO ia dikenal dengan nama aslinya yaitu Barra Bamantara sedangkan didunia bawah ia dikenal dengan nama Barra saja—yaitu panggilannya sendiri. Karena bukan hanya dirinya saja, semua orang yang menjadi ketua mafia pasti memiliki profesi samaran.

Setelah pulang dari perusahaan, Barra tadinya hendak pergi ke markas sebentar. Hanya saja hormonnya tiba-tiba saja bergejolak dan Barra butuh Dylan untuk melampiaskannya.

Pintu besar mansion terbuka, Barra berjalan dengan angkuhnya ke depan. Pandangan dan postur tubuhnya memperlihatkan betapa arogannya dirinya.

"Dimana Dylan?" Tanya Barra pada Arvin yang menyambutnya.

"D-dia ada di gudang tuan." Barra mengernyit dengan jawaban Arvin. Sedikit bingung kenapa Dylan bisa ada di gudang.

"Kenapa dia bisa ada disana?" Ujar Barra dengan suara yang begitu dalam membuat tubuh Arvin meremang saat mendengarnya.

Arvin menunduk, sepertinya ia terlalu gegabah dalam bertindak sekarang. Tuannya itu masih membutuhkan Dylan dan ia dengan lancang ikut andil dalam menyakiti mainan tuannya tersebut.

"Jawab!"

"A-aku hanya memberinya sedikit pelajaran tuan." Jawab Arvin dengan begitu cepat.

"Sialan! Tanpa seizinku kau jangan pernah berani menyentuhnya!" Barra tanpa perasaan melayangkan pukulannya pada perut Arvin membuat Arvin langsung terduduk karena rasa sakit diperutnya yang begitu kentara.

Pria tampan itu lantas segera pergi ke arah gudang untuk melihat keadaan Dylan.

Dylan miliknya, ia yang membeli pemuda itu dengan mahal. Tidak ada yang boleh menyentuh atau menyakiti bonekanya tanpa seizin dirinya.

••

Dilain tempat, yakni di kediaman utama keluarga Bamantara. Abila tengah melakukan hobinya yaitu merajut, ia kini sedang merajut sebuah syal untuk ia berikan pada Dylan nanti.

Karena sebentar lagi musim hujan akan tiba, Abila ingin teman barunya itu memakai syal rajut buatannya.

"Sedang apa hm?" Tiba-tiba saja Nathan memeluk Abila yang tengah duduk di kursi dari belakang.

Abila memang masih tinggal di mansion keluarga Bamantara. Karena orangtua dan kakeknya tidak mengijinkan Abila ataupun Nathan tinggal di mansion yang berbeda, cukup Barra saja yang tidak tinggal di mansion utama sedangkan Abila tidak diizinkan.

Nathan maupun Abila tidak masalah sama sekali karena pada dasarnya orangtua Abila dan kakek neneknya begitu menyayangi dirinya. Sehingga ia terima saja larangan tersebut.

"Membuat syal untuk kak Dylan." Jawab Abila tanpa mengalihkan fokusnya dari rajutan tersebut.

Nathan berjalan memutar dan kini ia sudah berada di hadapan istri cantiknya itu.

"Siapa Dylan? Teman barumu?" Ujarnya sambil merapihkan anak rambut Abila yang menutupi wajah cantiknya.

"Mas tidak tahu? Kak Barra membeli seorang pemuda dari acara lelang kemarin. Sepertinya si bantet Adrian yang mengajaknya. Mas tahu sendiri kalau kak Barra tidak terlalu tertarik dengan hal seperti itu."

"Sepertinya, nasib tragis Nadindra akan terulang lagi." Ucap Nathan sambil menghela nafas pelan saat mengingat sosok Nadindra.

Pria yang menjadi pelacur Barra satu tahun silam. Nadindra meninggal karena bunuh diri akibat depresi.

Saat itu, Barra sudah tidak berminat dengan tubuh Nadindra, dan Barra dengan begitu tega meminta para bawahannya untuk memperkosa Nadindra setiap harinya. Bahkan, Adrian pun ikut andil dalam melakukannya.

Bukan hanya itu, para maid pun salah satunya Arvin begitu kejam dalam memperlakukan Nadindra. Sehingga, pria itu memutuskan untuk bunuh diri karena merasa tidak kuat dengan apa yang dirinya alami.

Abila menghentikan kegiatannya, sosok Nadindra selalu membekas dalam ingatannya. Pria itu lebih muda darinya masa depannya masih begitu panjang tapi kakaknya Barra dengan begitu tega menghancurkan hidup pria itu sampai akhir hayatnya.

"Aku pasti akan melindungi Kak Dylan. Aku tidak akan membiarkannya terluka, aku akan melindunginya semampuku—dia pria yang sangat cantik dan baik hati. Aku sangat tidak rela jika hal itu sampai terulang pada Kak Dylan."

Nathan tersenyum tipis mendengar ujaran istri manisnya. Ia pun berjongkok di depan kursi tersebut lalu membawa Abila ke dalam pelukan hangatnya.

"Aku yakin kau pasti bisa melakukannya. Karena kau, wanita cantik yang baik hati~"

••

Matanya terbuka dengan perlahan, bibirnya mengeluarkan lirihan kecil saat ia mencoba untuk bangun. Dylan mengedarkan pandangannya, sepertinya ia sudah ada di kamar terakhir kali ia tempati.

Kamar dimana Barra memperkosanya semalaman. Seprei dan selimutnya pun sudah di ganti dengan yang baru.

"Tidurmu nyenyak?" Dylan terperanjat saat suara Barra mengintrupsinya.

Astaga, ia tidak sadar kalau sosok pria kejam itu tengah duduk di sofa sambil menatapnya. Matanya yang tajam menatapnya tanpa ekspresi, kakinya yang disilangkan sambil di ketuk-ketuk ke lentai membuat tubuh Dylan bergetar karena ketakutan.

"T-tuan."

"Puaskan aku sekarang." Ujar Barra membuat Dylan menatapnya dengan mata lirih.

Lagi? Tubuhnya baru saja beristirahat sejenak dan Barra hendak menyetubuhinya kembali?

Barra bangkit dari duduknya, pria tampan itu berjalan mendekati Dylan membuat pemuda cantik itu sedikit memundurkan tubuhnya.

"T-tuan... Tu.. tubuhku masih sangat sakit. Bisakah kita melakukannya besok? Aku janji akan membiarkan tuan melakukan apa saja besok pagi." Ujar Dylan, karena jujur saja malam ini ia benar-benar tidak mampu untuk melakukannya.

Bisa-bisa ia mati jika sampai Barra melakukannya sekarang.

Barra menyeringai mendengar penuturan Dylan. Ia lantas segera naik ke atas king size.

"Kalau begitu, cepat tidur. Aku tidak sabar menunggu besok." Barra menarik tubuh Dylan untuk dirinya peluk.

Dylan yang tidak bisa melawan pun hanya pasrah saat pria itu menarik tubuhnya hingga kini ia berada di dalam dekapan sosok pria yang begitu kejam tersebut.

"T-tuan." Lirih Dylan saat tangan kekar pria itu mengelus perutnya.

"Tidur. Aku tidak akan melakukannya sekarang." Jawab Barra sambil memejamkan matanya, namun tangan pria itu masih mengelus-elus perut Dylan.

Dylan mengangguk kaku, ia pun segera mengatupkan kelopak matanya walaupun sedikit tidak nyaman karena ulah Barra disana tapi ia harus segera tidur supaya bisa mengistirahatkan tubuhnya.

Karena besok pagi, Barra akan kembali melakukannya.

••

TBC

Double update nih.

Cinta Seorang Mafia✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang