TP - 23

2.4K 372 25
                                    


Author pov.

Melihat semua orang lahap memakan sarapan pagi mereka, Lili terlihat lesu dan kurang nafsu melihat menu makanan di atas meja.

Lili hanya mengaduk-aduk makanannya sambil mempoutkan bibirnya.

Jennie meletakkan sumpit nya lalu menatap Lili yang masih menanduk makanannya.

"Lili kenapa hemm, apa makanannya tidak enak?" Jennie memegang pundak Lili yang berada di antaranya dan Lisa.

"Lili ndak nafsu makan" cicit Lili.

"Lili mau makan apa biar Mommy buatkan. Anak Mommy harus makan agar tidak sakit" lembut Jennie.

Lisa ikut meletakkan sumpitnya dan menatap Lili.

"Ndak mau apa-apa" Lili menggeleng.

"Bagiamana kalau Dadda suapi?"

Lili tetap menggeleng dan Jennie menghela nafas samar.

"Makan ya, tiga suap saja agar perut Lili terisi" bujuk Jennie mengambil alih piring Lili.

"Ndak mau" Lili menutup mulutnya.

Jennie menatap Lili dengan lirih, hatinya sakit mendapatkan penolakan putrinya.

"Eomma Lili tidak mau makan, tolong bujuk Lili aku tidak ingin anakku sakit" lirih Jennie dan mengigit pipi dalam menahan tangis.

Lisa merangkul pinggang Jennie, menenangkannya istrinya itu agar tidak menangis.

"Lili, kenapa tidak mau makan sayang?" Tanya Eomma Kim.

Lili hanya menggeleng, merosotkan bahunya menatap kedua kaki kecilnya.

"Mau grandma suapi? Atau aunty Chu dan aunty Sé? Atau mungkin Lili ingin menu lain saja? Katakan saja grandma akan menyuruh maid untuk membuat-"

"Huweek" Lili seketika muntah.

Semuanya panik terutama Jennie dan Lisa.

"Ada apa ini, Lili sakit nak? Katakan pada Mommy sayang" panik Jennie mengusap-usap punggung Lili.

"Ukhuk ukhuk huweek.." Lili memuntahkan mie yang dia makan semalam.

Lisa membulatkan matanya.

"Kapan Lili maka mie? Kita tidak pernah memberikannya sebelumnya, kan Jennie?" Lisa mengigit bibirnya cemas.

Rosé dan Jisoo gugup.

"Tidak, Lili tidak pernah makan mie, itu seingat ku Lisa hikss" Jennie menangis tidak tega melihat wajah pucat Lili.

"Bawa Lili ke kamar, bersihkan tubuhnya terlebih dahulu, Eomma akan memanggil dokter pribadi Eomma"

Lisa langsung menggendong Lili kemudian menarik tangan Jennie menuju kamar. Sedangkan Jisoo dan Rosé sudah berpegangan tangan takut di amuk Jennie dan Lisa.

"A-aku akan memasak bubur untuk Lili" Jisoo bergegas pergi ke dapur.

"A-aku ikut eonnie" Rosé mengikuti Jisoo.

Eomma Kim sibuk menelpon dokter pribadinya kemudian menyuruh maid membersihkan meja makan.

Sementara di kamar Lili tidak henti-hentinya merengek, mengeluh kalau perutnya sangat tidak enak.

Badan Lili sudah di lap dan bajunya juga sudah di ganti dengan yang baru.

"Lili mual Mommy, lasanya ndak enak hik hik" Lili memegangi perutnya.

Yang Jennie lakukan terus menenangkan Lili sambil mengelus-elus perutnya.

"Sabar ya nak, dokter nya sebenar lagi sampai" Jennie mencium pelipis Lili.

Lisa menggenggam tangan mungil Lili, sangat cemas karena dokter belum juga datang.

"Lama sekali dokter sialan itu" Lisa menggertak kan giginya.

"Dadda kasal"

Lisa menghela nafas sebisa mungkin mengontrol emosi nya.

"Maaf princess" Lisa mencium tangan Lili.

"Lili, jawab Mommy jujur ya, Lili kan anak baik calon dokter jadi harus jujur oke"

Lili mengangguk.

"Siapa yang memberikan mie pada Lili?"

"Aunty Chu dan aunty Sé, Mommy. Semalam kami makan dua dan itu sangat enak" jawab Lili dengan suara pelannya.

Lisa memejamkan mata sambil mengepalkan tangannya.

Jennie juga mengeraskan rahangnya.

"Beraninya mereka!" Kompak Jennie dan Lisa berteriak.

Lili kaget.

"Jangan teliak teliak, pelut Lili tambah sakit.." rengek Lili

"Mommy akan mencekik keduanya!"

"Dadda juga akan mematahkan tangan Jisoo dan Rosé! Lihat saja"

"Ini yang membuat Lili takut dan menjauh, Mommy dan Dadda kasal sulit mengontlol emosi. Lagian aunty ndak salah, Lili yang salah kalena minta mie nya banyak banyak" lirih Lili melengkungkan bibirnya kebawah.

Lisa dan Jennie seketika terdiam, mencerna semua yang telah terjadi selama ini.

"Mommy Dadda, bialkan Lili disini belsama glandma. Bialkan Lili sendili sampai Lili benal-benal bisa melupakan semuanya. Mommy dan Dadda bisa pulang"

Deg

Jennie dan Lisa benar-benar tidak menyangka Lili bisa berkata seperti ini, hati mereka sungguh sangat sakit dan rasanya ingin menangis saat ini juga.

"Sakit sekali" batin Jennie meremas dadanya.

"Ini menyakitkan daripada tertusuk pisau, sekalipun" batin Lisa menundukkan kepala.

"Mungkin ini yang telbaik" batin Lili.

•••

Tbc

28/07/24

Nah kan, bakalan di ingat terus sama Lili.

Vote komen lanjut.

Toxic parents✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang