Tujuh🍁 [M]

7.1K 315 8
                                    

••

Setelah menyetujui pertemuannya, Barra dan Nathan malam ini tengah berada di dermaga selatan dan tentu ditemani dengan bawahannya untuk berjaga-jaga.

"Ah, tidak kusangka aku bisa melihat secara langsung bagaimana sosok mafia yang selama ini ditakuti oleh semua orang. Aku tidak menyangka kalau kau setampan ini Barra."

Nathan mengernyit jijik saat melihat pria yang hendak melakukan transaksi itu mengedip nakal pada Barra.

"Kurasa dia seorang submissive." Bisik Nathan pada kakak iparnya itu. Sedangkan Barra hanya diam karena ia sudah tahu sejak awal.

"Dimana barangnya Radinka?" Ucap Barra pada Radinka Rocco yang selalu bertransaksi dengan dirinya.

Radinka, seorang ketua mafia asal tiongkok blasteran indonesia yang selalu menjadi partner Barra dalam menjual organ manusia, narkoba dan senjata ilegal. Barra tahu wajah Radinka sedangkan Radinka tidak tahu seperti apa Barra karena biasanya Adrian lah yang akan melakukan transaksi tersebut.

Radinka berjalan ke arah Barra, setelah berada dihadapan ketua mafia itu Radinka mengelus dada bidang Barra sambil berbisik lirih.

"Bagaimana kalau kita melakukan malam yang panas terlebih dahulu? Lubangku berkedut gatal saat melihat wajah tampanmu." Radinka menggigit cuping telinga Barra membuat Barra menyeringai.

Tangan kanannya menarik pinggang Radinka sedangkan tangan kirinya meremas pantat Radinka membuat pria berwajah manhwa itu melenguh pelan.

"Buktikan seberapa jalangnya dirimu Radinka."

"Yeah~ akan aku perlihatkan padamu." Radinka mendekatkan wajahnya pada Barra lalu melumat bibir menggoda itu dengan sensual.

Barra mengangkat tubuh Radinka ala koala lalu membawanya ke dalam mobil miliknya tanpa melepaskan pergelutan lidah mereka.

Dan transaksi ini diawali dengan persetubuhan Barra dan Radinka didalam mobil membuat para pengawal dari kedua belah pihak merasa canggung saat mendengar desahan Radinka yang begitu keras.

"Aish, seharusnya aku tidak ikut!" Nathan meremas surainya frustasi, Nathan pria normal yang menyukai buah dada wanita sehingga ia merasa geli dan merinding saat mendengar desahan dan jeritan Radinka saat Barra tengah menggagahi pria chindo itu.

••

Jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam, tapi Barra belum kembali ke mansion. Dylan masih setia menunggu kepulangan tuannya diruang bawah dekat pintu mansion.

"Apa dia sedang sibuk?" Gumam Dylan sambil memainkan ujung bajunya. Keadaan mansion benar-benar sudah sepi karena para maid lain sudah tertidur.

Sedangkan ia masih terjaga karena ia harus menyambut kepulangan Barra jika tidak maka hukumanlah yang akan ia dapatkan dari pria perfeksionis itu. Tadi siang saat kedatangan Niko, Dylan sempat memikirkan perkataan pria yang berwajah cantik itu jujur saja Dylan merasa tidak nyaman setiap kali Niko datang ke mansion ini karena tatapan tajam yang selalu dilayangkan padanya membuat Dylan sedikit tidak leluasa dalam membersihkan mansion jika ada Niko.

Untung saja tadi Niko langsung pulang karena Barra tidak ada dimansion.

Dylan menyandarkan tubuhnya disofa, matanya semakin memberat hingga akhirnya ia tertidur karena tidak kuat menahan kantuknya.

Beberapa menit Dylan tertidur akhirnya pintu mansion terbuka menampilkan Barra yang berjalan ke dalam mansion dengan angkuhnya diikuti beberapa pengawal dari belakang.

Barra melihat Dylan yang meringkuk disofa, pipinya sedikit memerah karena tekanan kepalanya, bibir ranumnya sedikit terbuka membuat Barra menegug ludahnya susah payah.

"Apa perlu saya bangunkan dia tuan?" Ujar salah satu bawahan Barra.

"Tidak usah. Kalian beristirahatlah." Perintah Barra yang mendapati anggukan dari para bawahannya.

Mereka pun lantas keluar dari mansion dan tak lupa menutup pintunya juga, meninggalkan Barra dan Dylan disana.

Barra berjalan mendekat pada sosok yang tengah terlelap itu. Memandangi wajah Dylan yang benar-benar terlihat cantik dimatanya.

Tanpa mengatakan apapun, Barra menggendong Dylan ala bridal. Dylan yang merasa tubuhnya seperti melayang pun segera membuka matanya secara perlahan.

Dan bisa ia lihat bagaimana tegasnya wajah Barra jika dilihat dari dekat seperti ini. Mata Dylan sedikit melotot terkejut karena Barra menggendongnya, membawanya ke kamar tempat Barra selalu memperkosanya.

"Tuan——"

"Diamlah. Aku tidak akan menyentuhmu malam ini." Ujar Barra membuat Dylan tersenyum tipis.

Malam ini ia tidak perlu merasakan rasa sakit lagi, karena setiap mereka bercinta Barra hanya mementingkan kenikmatan sendiri tanpa memperdulikan Dylan yang menangis kesakitan.

Barra membuka pintu kamar tersebut, masuk ke dalam lalu membaringkan tubuh Dylan diatas king size tersebut.

"Tidur." Perintah Barra membuat Dylan buru-buru menutup matanya. Barra berdecih melihat tingkah Dylan, menyelimuti tubuh pemuda itu setelahnya ia keluar dari kamar tersebut.

Setelah Barra keluar kamar, Dylan kembali membuka matanya. Tangannya menyentuh dadanya yang berdetak dua kali lebih cepat dari biasanya.

"Tuan seperti orang yang berbeda." Gumam Dylan lalu memejamkan matanya kembali untuk melanjutkan mimpinya.

••

"Anghh——" Kepala Dylan mendongak saat Barra menarik surainya kebelakang. Gempuran dibelakangnya semakin cepat dan begitu konstan membuat Dylan ingin menjerit karena rasa sakitnya.

Semalam, Barra memang tidak menyentuhnya tapi pagi harinya Barra datang ke kamar tempat Dylan tidur dan tanpa berkata lagi langsung menyetubuhi Dylan dengan bringas dan begitu brutal.

"Menangislah. Aku menyukai tangisanmu.... Argh——fuck! Sempit sekali!" Barra menghentakan miliknya begitu dalam membuat tubuh Dylan menggelinjang hebat.

"Emhh ahhh. i-ini sakit sekali. Angh!!" Dylan mendesah tertahan saat pinggulnya dibuat menungging oleh Barra sehingga membuat anaconda pria itu melesat begitu dalam menusuk lubang analnya.

Penis kecilnya menggantung terhentak-hentak sesuai ritme tusukan Barra dibelakang sana.

"Angh! Ahh! Nghh——"

"Mendesahlah dengan keras baby." Barra mengecupi punggung mulus Dylan tanpa menghentikan hentakannya.

Dylab memejamkan matanya begitu erat, rasanya benar-benar menyakitkan setiap tusukan yang Barra berikan padanya.

Apa hubungan sesama pria seperti ini yang mendapatkan kenikmatan hanya pihak dominan saja? Karena setiap Barra menyetubuhinya rasa sakitlah yang selalu Dylan dapatkan.

••

TBC

Cinta Seorang Mafia✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang