Secara tiba-tiba, Shereena Ruelle dikejutkan oleh kematian mendadak kedua orang tuanya. Tidak lama kemudian, seorang pria bernama River Hartley muncul, mengklaim dirinya sebagai wali yang ditunjuk keluarga Shereena.
Awalnya, Shereena menolak keras...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Paman Dirk sudah pergi setelah Shereena memintanya. Sebelum berpisah, Shereena menitipkan segala halnya kepada pria paruh baya itu. Termasuk dengan rumah peninggalan kedua orang tuanya.
Shereena akan tinggal di sana sampai pada waktu yang ditentukan. Sampai ia benar-benar menemukan pembunuh kedua orang tuanya. Entah mengapa, Shereena mendadak yakin jika River akan menemukan pembunuh itu dengan cepat.
"Selamat datang di tempat tinggal kami, Nona Shereena." Marcellius membuka lebar pintu utama yang menjulang tinggi.
Rumah bak mansion dengan luas sekitar lebih dari 500 meter persegi itu nampak begitu luas dan megah. Shereena bahkan terlihat begitu terpukau saat tubuhnya baru saja masuk ke dalam tempat tinggal River.
"Kau tidak bisa berkata-kata apa pun, kan setelah melihat bagaimana mempesonanya tempat tinggalku? Rumahmu bahkan tidak sebanding dengan rumah ini," celetuk River sembari berjalan melewati tubuh Shereena.
Shereena mendecak. Perkataan River tentu membuat dirinya sangat tersinggung. Dia sudah bersikap sangat angkuh, tetapi kenyataan justru River lah yang memiliki kekayaan lebih tinggi dibanding dengannya.
"Rumah ini megah, tetapi sangat sunyi dan hampa. Aku sama sekali tidak bisa mencium bau kehangatan di rumah ini."
River menghentikkan langkahnya ketika Shereena berhasil memancing amarah pria itu. Lantas, ia berbalik. Menatap ke arah Shereena berdiri sekarang dengan raut wajah seperti menantang.
"Apa yang kau tahu tentang rumah ini, perempuan angkuh?"
"Kenapa? Kau tersinggung dengan perkataanku? Padahal, orang yang kali pertama menyinggungku adalah dirimu. Kau tidak sadar dengan kesalahanmu?"
River menautkan alis. Sementara itu, Shereena berjalan melewati tubuh pria itu seakan ia tak peduli jika River bisa aja membunuhnya dalam hitungan detik saja.
"Eh, siapa namamu tadi? Kau akan menjadi pelayanku selama di sini, bukan?"
"Tentu, Nona. Panggil saya Marcellius. Saya tidak memiliki nama panjang. Jadi, panggil saya dengan panggilan itu saja."
"Baiklah, Marcellius. Tolong tunjukkan kepadaku, di mana kamar yang akan aku tempati selama aku tinggal di sini."
Marcellius mengangguk patuh. "Baik, Nona. Saya akan mengantarkan, Anda."
Marcellius membawa Shereena berjalan menaiki anak tangga. Sementara itu, River hanya bisa berdiri di posisinya dengan kedua tangan bertolak pinggang. Menatap punggung Shereena dan Marcellius dengan lekat. Dalam hitungan detik, Marcellius tertawa cukup keras.
"Sialan! Dia bersikap seakan ini rumahnya? Benar-benar perempuan menyebalkan."
••••
Kamar bernuansa merah pekat. Shereena terdiam di ambang pintu ketika Marcellius sudah menggeret kopernya masuk ke dalam kamar yang akan perempuan itu tempati.