Di tengah malam yang sunyi, Alex sedang menyelesaikan desain di ruang kerjanya. Tiba-tiba, ia mendengar suara tangisan bayi yang kencang dari kamar sebelah. Alex mengenali suara itu, Kai, putra Ria, menangis dengan keras. Dengan rasa khawatir, ia segera bangkit dari kursinya dan berjalan menuju kamar Ria.
Alex mengetuk pintu dengan lembut. "Mbak Ria, semuanya baik-baik saja?" tanyanya dengan suara rendah, mencoba untuk tidak membuat Ria merasa lebih tertekan.
Ria membuka pintu dengan mata yang tampak lelah dan sedikit bengkak. "Kai... dia terus menangis," katanya dengan suara yang hampir patah. "Aku rasa asiku tidak cukup untuknya lagi."
Alex melihat ke dalam kamar dan melihat Kai yang masih menangis dengan keras di tempat tidurnya. "Boleh aku masuk Mbak?" tanyanya dengan lembut.
Ria mengangguk, membuka pintu lebih lebar untuk mempersilakan Alex masuk. Alex berjalan ke tempat tidur dan melihat Kai yang menggeliat tidak nyaman.
"Apa Mbak Ria sudah mencoba teknik pijatan laktasi lagi?" tanya Alex, mengingat bagaimana mereka pernah melakukannya bersama sebelumnya.
Ria menggeleng. "Aku terlalu khawatir dan panik, aku tidak tahu harus mulai dari mana kali ini."
Alex berlutut di samping tempat tidur, mencoba menenangkan Kai dengan menyentuh lembut lengan kecilnya. "Kita bisa lakukan ini bersama lagi, kalau Mbak tidak keberatan," tawar Alex, matanya menunjukkan keseriusan dan kepedulian.
Ria menarik napas dalam-dalam, merasa sedikit lega dengan kehadiran Alex. "Oke, aku akan coba," katanya sambil duduk di kursi dekat tempat tidur dan mulai menurunkan tali gaun tidurnya mempersiapkan dirinya untuk mencoba pijatan.
Dengan hati-hati, Alex membantu Ria memposisikan tangannya di payudara Ria sesuai dengan petunjuk yang mereka terima sebelumnya. "Tarik napas dalam-dalam dan coba rileks, Mbak" kata Alex dengan suara lembut.
Perlahan, Alex mulai memijat sesuai instruksi memutar tangannya di payudara Ria seperti sebelumnya. Alex lihat Ria memejamkan mata menikmati pijatan di Payudaranya, sesekali Alex sengaja menyenggol pentil Ria, melihat Ria tidak ada protes dengan perbuatannya. Alex menambahkan gerakannya dengan menekan dan menarik pentil besar Ria
"Ahh.. Lex apa yang kamu lakukan?" Ria membuka matanya saat merasakan tarikan di putingnya
"Tenang aja Mbak,ini biar susunya cepat keluar"Jawab Alex sambil tetap menarik puting Ria
"Tapi Lex.."protes Ria
"Lihatkan Mbak susunya keluar" air susu itu mulai menetes mengenai jari-jari Alex. "Sekarang Mbak bisa menyusui Kai"
Ria beranjak dari kursi dan menghampiri bayinya, setelah beberapa saat, Kai mulai tenang dan isapan kecilnya di dada Ria mulai terdengar lebih konsisten. Ria tersenyum lelah tapi lega.
Sementara Ria sedang sibuk dengan bayinya, Alex menjilat jarinya yang terkena lelehan air susu Ria tadi "Manis" Bisiknya.
Setelah Kai mulai tenang, Alex berdiri dan tersenyum tipis. "Nah, aku senang bisa membantu lagi," katanya dengan nada santai.
Ria menghela napas lega melihat Kai susah tertidur lelap. Ia meletakan Kai di box bayinya. "Terima kasih, Alex. Aku benar-benar tidak tahu apa yang akan aku lakukan tanpa bantuanmu."
Alex mengangguk. "Sama-sama, Mbak. Tapi ada satu hal yang ingin aku bicarakan."
Ria menatap Alex dengan bingung. "Apa itu?"
Alex tersenyum, sedikit nakal. "Setiap bantuan butuh bayaran, dan aku berpikir mungkin Mbak bisa memberikan sesuatu yang lebih... dewasa."
Ria terkejut mendengar itu. "Apa maksudmu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Love & Lies : Affair With Brother-in-Law 21+
Fiksi Remaja21+ Ria, seorang ibu tunggal, berjuang mengasuh bayinya dan menghadapi trauma masa lalu. Alex, adik iparnya, jatuh hati padanya, tetapi Sheila, adik tiri yang ambisius dan penuh rahasia, berusaha menghancurkan hidupnya. Dalam intrik cinta dan keboh...