Bab 9- Memulai

56 11 3
                                    

Jangan lupa tinggalkan vote dan komentar, untuk menghargai author.

•••

"Lo bisa janji gak sama gue?" tanya Jordan setelah ia meletakkan tas berisi perlengkapan Senan selama di rumah sakit kemarin, menatap Senan serius.

Senan yang sedang memeriksa meja belajarnya yang biasanya terdapat cutter kecil di laci itu pun menoleh menatap Jordan, Senan duduk di kasur dan menatap Jordan yang juga duduk setelah menggeser kursi belajarnya mendekat ke Senan.

"Enggak, gue gak suka janji-janji sih, kenapa emang?" tanya balik Senan.

"Serius dulu bisa gak?"

"Gue gak bisa serius kalo sama lo." balas Senan cepat membuat Jordan menghela nafas.

"Senan?"

"Oke fine, janji apa yang lo maksud?" tanya Senan mengalah.

"Lo bisa janji sama gue untuk gak ngelakuin hal kemaren lagi?" tanya Jordan serius.

"Atas dasar apa ya, lo nyuruh gue janji kayak gitu? Udah gue bilang, urus urusan lo sendiri jangan ngurusin gue, bisa kan? Gampang kok." sela Senan cepat.

"Gue cuma gak mau lo mati muda dan nyia-nyiain hidup lo, jalan lo masih panjang Nan." ucap Jordan menggenggam tangan Senan membuatnya mengernyit.

"Lo kenapa sih kak? Lo kasian sama gue? Gue gak perlu di kasianin, gue juga gak butuh itu kak, serius deh." Senan tersenyum menatap Jordan.

"Nan, lo kenapa sih seenggak mau itu untuk percaya sama gue? Tembok yang lo bangun terlalu tinggi untuk gue panjat dan tembus." ucap Jordan membuat Senan melepaskan genggaman tangan Jordan di tangannya.

"Gak perlu lo panjat, gak perlu lo tembus, urus urusan lo sendiri ya kak? Jangan ngurusin gue, gue gak papa." Gue cuma gak mau bergantung sama orang lain.

"Oke kalo lo masih belum mau cerita, gak papa gue gak maksa. Kalo lo udah siap buat cerita, ke gue aja, gue pengen kita beneran deket kayak harapan bokap nyokap kita." kata Jordan membuat Senan tersenyum getir dan mengangguk kemudian.

"Gue mau istirahat, lo bisa pulang sekarang, hati-hati dijalan." Senan memundurkan tubuhnya lalu menarik selimut dan berbaring kemudian.

"Gue tunggu diluar aja, selamat istirahat kalo butuh gue panggil aja." ucap Jordan membungkuk mencium kening Senan dan mengusap surai nya membuat Senan terdiam tidak berkutik, ia menatap punggung Jordan yang perlahan menghilang di balik pintu kamarnya. Senan merasakan kehangatan itu lagi saat Jordan mencium keningnya tadi.

Perasaan apa ini?

Apakah ia harus memulai semuanya bersama Jordan? Tapi Senan takut! Ia sangat takut sekarang. Bagaimana jika Senan mulai menyukai Jordan? Ia tidak ingin hidupnya bergantung pada siapapun, termasuk juga kedua orang tuanya dan Jordan sekalipun.

🍂

"Ahh.. s-sakit kak, pelan-pelan." cicit Senan pelan sembari menggigit selimut yang sedari tadi ia remat untuk menyalurkan rasa sakitnya saat ini.

"Iya-iya maaf ya, tapi ini harus di basahin dulu biar gak lengket." ucap Jordan lembut, ia sesekali menatap wajah Senan yang saat ini memerah menahan sakit.

"Sakit tapi, udah deh gak usah di ganti hari ini sakitnya menjalar ke itu." ucap Senan menunjuk selangkangannya sendiri tanpa malu.

"Sabar bentar lagi ini, tahan dulu sakitnya sebentar lagi kok, trust me." ucapnya tersenyum geli dan kembali menunduk.

"trusting you is the same as polytheists." seru Senan mendongak memejamkan mata menahan sakit.

Suddenly; Bl.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang