Chapter 1

1K 171 11
                                    

Happu reading:)

⊞⊞⊞⊞
.
.
Chapter 1
.
.
1 Agustus 2024
.
.
⊞⊞⊞⊞

Lisa mengencangkan tali helmnya, mata mengamati dengan sungguh-sungguh ke lokasi konstruksi yang sibuk. Hari ini adalah hari sibuk seperti biasanya di proyek, mengawasi pembangunan kompleks vila baru di dekat pantai. Sebagai manajer konstruksi, hari-harinya dipenuhi dengan rapat dan suara mesin yang terus berdengung. Lamun, meski kepalanya sering kacau oleh banyak hal, pikiran Lisa senantiasa melayang ke rumah, di mana Jennie, istri cantik tercintanya, menunggunya pulang dengan kue-kue hangat yang beraroma menggoda.

Kisah cinta mereka membuat beberapa orang iri. Jennie dan Lisa bertemu ketika Lisa bertugas mengawasi pembangunan proyek di Seongnam dan membeli kue di bakeri Jennie untuk mengganjal perut di siang hari, itu sekitar tiga tahun lalu. Mereka perlahan menjadi dekat karena Lisa sering mampir, muncul rasa suka, dan akhirnya memutuskan berpacaran selama enam bulan sebelum akhirnya menikah di kota kelahiran Lisa, Bangkok. Sekarang, Jennie sudah tinggal bersama Lisa di sebuah apartemen di Seoul dan membuka bakeri baru, meninggalkan bakeri pertamanya di Seongnam untuk diurus pegawai.

Sikap ramah dan senyum hangatnya adalah dua hal yang langsung berhasil menarik perhatian Lisa ketika mereka pertama kali bertemu. Namun, yang paling Lisa sukai adalah pipi tembam Jennie. Pipi itu lembut dan menggemaskan, ia suka mencubit dan menciumnya. Bagi Lisa, pipi tembam Jennie adalah harta karun yang tidak ternilai harganya.

Memasuki usia dua tahun pernikahan, ikatan mereka semakin kuat. Apartemen tempat mereka tinggal adalah tempat paling nyaman di dunia, dipenuhi dengan aroma roti hangat, dan ketulusan cinta. Lisa sangat menghargai setiap momen bersama Jennie, dari pagi yang tenang sambil menyeruput cokelat hangat hingga malam berpelukan di kasur, berbagi cerita tentang hari masing-masing.

Malam ini, Lisa sangat ingin segera menyelesaikan pekerjaannya dan pulang. Lisa menghabiskan hari dengan merampungkan rencana dan memastikan proyek berjalan sesuai jadwal. Saat matahari mulai terbenam, memberikan semburat kemerahan di lokasi konstruksi, ia bergegas menyelesaikan tugasnya dan menuju mobil. Pikirannya melayang kepada sang istri tercinta. Sslama di jalan ia tidak henti memikirkan Jennie dan selalu menyempatkan diri memandang foto Jennie setiap kali berhenti di lampu merah, sekadar mengisi tenaga yang nyaris habis.

Perjalanan pulang terasa begitu lama, tetapi saat akhirnya berhasil berbelok masuk ke rubanah apartemen, rasa lega memenuhi dirinya. Lisa memarkir mobil dan bergegas menuju apartemen mereka, tidak sabar untuk bertemu Jennie.

Lovey, I’m home!”

Saat membuka pintu, aroma kayu manis dan vanila menyambutnya. Jennie sedang di dapur, mengeluarkan baki kue dari oven. Pipinya memerah karena panas dan dia tersenyum cerah saat melihat Lisa.

Welcome home, baby!” seru Jennie, meletakkan baki dan bergegas memeluk Lisa.

Lisa menangkap pelukan Jennie, mencium keningnya sebelum mencubit pipinya dengan lembut. “I missed this,” katanya dengan senyum jahil.

“Kamu nggak kangen aku?” tanya Jennie balik menggoda, mengerucutkan bibir pura-pura merajuk.

“Kangen semua. Kangen bau apek rambut kamu, kangen kentut kamu yang bisa bikin dinosaurus punah, dan tentu aja kangen kamu yang selalu ngupil pagi-pagi.”

“Hei, setop merundung!”

Lisa terkekeh, memainkan jari-jarinya di pinggang sang istri sambil menggesekkan puncak hidung mereka dari jarak dekat, Lisa bahkan bisa merasakan hangatnya embusan napas Jennie.

The Missing Chubby Cheeks ➳ JENLISA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang