15

10 3 0
                                    

"Maksud lo apa buat udahan?"

Haris menatap tajam pacarnya yang hanya pura-pura itu dan Erin juga menatap sama tajamnya pada laki-laki tersebut. Mereka sekarang berada di lapangan sekolah karena tidak sengaja bertemu dan Erin memutuskan untuk membicarakan niatnya tentang kemarin.

"Kita udahan tentang rencana gue dan balik lagi kayak biasanya, sebatas kakak dan adek kelas. Gue udah berubah pikiran semenjak lo sama dia debat kemarin dan gue ngerasa bodoh tentang hal ini. Jadi kita udahan aja."

"Lo kira semudah itu lo bisa akhiri semua ini? Gue nggak terima dengan ini semua dan seharusnya lo lakuin syarat perjanjian kita di awal karna dia nggak menunjukkan perasaan yang sama dengan lo!" Haris menaikkan nada bicaranya, membuat Erin tersentak kaget. Ini pertama kalinya ia dibentak oleh orang lain selain orang-orang terdekatnya.

"Siapa bilang? Dia suka sama gue! Liat kemarin, dia tiba-tiba datang ke pasar malam dan cegah lo biar nggak sentuh gue sembarangan! Asal lo tau, dia nggak suka sama tempat ramai begitu, apalagi sendiri. Itu artinya dia peduli sama gue!" Gadis itu juga membalas perkataan Haris dengan nada tinggi juga.

"Dan dia masih anggap lo cuma sahabatnya doang! Itu yang lo bilang dia suka sama lo?" Ia tertawa remeh sambil memutar bola matanya, membuat Erin naik darah saat melihat nya.

"Diam lo! Kenapa lo nggak lakuin peran lo? Gue ulangi kalau lo cuma gue jadiin pacar pura-pura gue dan buat dia cemburu. Walaupun kita udah sepakat kalau dia nggak menunjukkan perasaan yang sama ke gue dan gue jadi pacar sungguhan lo, tapi lo udah melanggar 3 syarat dari gue."

"Yang pertama, dilarang suka ke gue di saat lo udah setuju sama kerja sama ini. Yang kedua, obrolan lo melewati batas wajar. Yang ketiga, lo berani sentuh gue tanpa izin dari gue dan itu juga menjadi salah satu alasan gue buat udahan dan memutuskan hubungan pura-pura ini. Jadi, lo nggak ada timbal balik karna udah melanggar syarat gue lebih dari 1. Kita selesai."

Erin pergi dari hadapan mantan pacar pura-pura nya itu, membuat Haris meraung marah sambil menjambak rambutnya karena stress tentang masalah ini. Ia menatap sangat tajam pada punggung Erin yang belum terlalu jauh dari pandangan nya.

"Lo tunggu aja pembalasan dari gue, Eriana Maheswari. Gue bakal buat orang tersayang lo itu nggak ada di dunia lagi dan lo bakal jadi milik gue sepenuhnya," ucapnya sambil menyeringai.

Sekarang Baim berada di kamarnya, sedang belajar untuk ulangan fisika yang akan di adakan lusa, yaitu hari Kamis. Namun, saat ia sedang fokus, tiba-tiba notifikasi chat dari Erin muncul dan membuat layar depan ponsel Baim menyala.

Pemuda itu mengangkat sebelah alisnya, mengambil ponselnya dan menekan notifikasi tersebut. "Tumben banget dia mau curhat?" Dia bergumam, kemudian mengangkat kedua bahunya dan menekan tombol berbentuk telepon, menunggu balasan dari seberang.

"Aim!" Suara cempreng dari Erin terdengar, membuat ia menjauhkan telinga nya dari ponselnya.

"Biasakan salam dulu." Gadis itu hanya tertawa kecil, membuat Baim mendengus. Kemudian ia berdeham dan mengulang sapaannya, "Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam. Kenapa? Mau curhat apa hm?" Pemuda itu mengaktifkan loud speaker, meletakkan ponselnya dan melanjutkan acara belajarnya.

"Itu, sebenarnya aku putus sama pacar aku karna kita berdua ternyata nggak cocok. Agak sakit sih sebenernya, cuma ya mau gimana lagi." Terdengar helaan nafas di seberang sana, membuat Baim tersenyum hingga matanya juga ikut tersenyum.

"Gapapa. Justru kalau kamu terusin, kamu bakal sakit sendiri dan hubungan kalian bisa aja jadi toxic." Erin yang mendengar jawaban Baim menganggukkan kepalanya.

"Kamu benar. Untung aja aku udah putus sama dia."

"Iya." Baim menganggukkan kepalanya, kembali fokus pada buku catatan fisika dan latihan soal yang dibuatnya.

"Kamu lagi ngapain? Biasanya kamu terus yang cari topik pembicaraan biar aku nggak matiin telepon nya terlalu cepat." Di seberang sana, Erin mengerucutkan bibirnya dan mengernyitkan dahinya.

"Aku lagi belajar, cantik. Aku bukan kamu yang nggak suka belajar." Dengan cepat hal itu dibantah oleh Erin yang membuat Baim terkekeh karena ia berhasil menjahili gadis itu.

"Apa-apaan?! Aku rajin belajar ya!" Dari ujung sana, terdengar suara dengusan kesal dan yang pasti itu berasal dari Erin.

Baim bahkan tertawa tanpa suara karena ia berhasil menjahili Erin. Setelah merasa tenang, dia kembali berbicara, "Gimana kalau besok malam kita jalan-jalan cari makan? Itung-itung, hadiah karena kamu udah berhasil putus dari pacarmu itu."

"Bener ya? Nggak bohong kan?" Erin berusaha memastikan apa yang barusan ia dengar.

"Aku nggak bohong, cantik. Ini hadiah dari aku." Baim menatap ponselnya dengan tatapan lembut, menganggap Erin bisa melihatnya bersikap seperti itu.

"Oke! Kamu udah janji ya. Jangan diingkari!"

"Iya-iya." Pemuda itu terkekeh dengan suara yang lembut yang bahkan terdengar oleh Erin dan membuat jantungnya berdebar.

"Kamu balik belajar aja, aku mau siap-siap tidur karna ada rapat OSIS besok."

Baim menganggukkan kepalanya, kemudian berkata, "Oke, good night. Tidur yang nyenyak ya cantik."

"Kamu juga." Erin memutuskan panggilan dan selesai.

Baim menggelengkan kepalanya, tidak habis pikir dengan tingkah Erin sebelumnya. Dia kemudian melanjutkan kegiatan belajarnya.


Tbc~

Just Friend Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang