"Waktu lusa Kak Sherly cerita sama gue, katanya doi lagi deket sama cowok. Teruskan gue tanya siapa, terus dia bilang anak band terus gue nangis soalnya gue bukan anak band"
Niel cuma bisa ngela nafas denger curahan hati Gavin. Ternyata hanya gara-gara putus cinta. Memang anak muda alay yang satu ini, bikin semua orang khawatir aja.
Lelaki itu menepuk-nepuk pundak Gavin "Suka sama orang boleh tapi jangan tolol, kalau kelakuan lu begini terus lu gak bakal laku-laku vin." Ucap Niel prihatin.
"TAPI TETEP AJA NIL DIKIRA GUE GAK SAKIT HATI APA" Seruan Gavin terdengar penuh emosi kali ini.
"Yaudah sih, lagian kak Sherly kan punya perasaannya sendiri. Bukan berarti karena dia tau lo suka sama dia, dia harus suka lo balik kan." Petuah yang Niel berikan kini hanya bisa membuat Gavin termenung. Karena ucapannya bener semua.
".. Iya lagi" gumam Gavin.
Gavin being silenced (real)
Sepertinya tatapan naas Gavin saat ini pun tak akan pernah bisa menggerakan hati Kak Sherly, begitu pikir Niel. (Bener)
Disela percakapan singkat diantara keduanya, bibi kantin 4 mulai datang menghampiri dengan piring berisikan 7 buah pisang goreng yang mengepul-ngepul. Netra bulat dengan mata yang sendu itu melirik ke arah nakas, bahkan pisang goreng yang jelas terlihat sangat menggoda, sama sekali tidak membangkitkan semangat Gavin.
Ditaruhnya sajian hangat itu, bibi kantin 4 pun ikut berkomentar "Aduh si akang, da lamun resep mah hese atuh. Iya kan A Gavin. (Aduh bang, kalau udah suka ya bakal susah, iya kan bang Gavin)" Ternyata seluruh isi percakapan mereka telah bocor ditelinga bibi kantin, lagian heboh amat sih.
Mendengar hal ini Gavin jadi terharu. Bibi kantin yang kodratnya bukan siapa-siapa itu, ternyata lebih peduli padanya daripada TEMANNYA SENDIRI.
"BENER BI—"
"Udah ah lu pin alay bener"
Malesin emang si Niel nih, bisa-bisanya seorang Gavin dicuekin??? dikatain alay??? cowok se effort se cakep se green forest ini dikatain alay??? Emang tai lu semua.
Setelah dipikir-pikir, satu-satunya pemberi solusi dalam kehidupan Gavin itu hanya Niel, seluruh curahan hati ia ungkapkan pada Niel. Tidak heran, kalau-kalau hidup Gavin jadi tersesat begini. Sudah tahu begini, Gavin harus curhat kemana lagi dong??????
.
.
.
Oh iya,
Mengingat kejadian beberapa hari kebelakang, Gavin jadi ingat dia baru saja dapat nomor telfon dari seorang perempuan. Perempuan loh perempuan. Duh orang seganteng ini emang gak perlu diragukan lagi pesonanya, lagi duduk di pinggir jalan kaya gitu aja langsung di pdkt-in cewek. (Kepedean)
Terkadang ide konyol memang tidak membawa kabar baik, tapi tak apalah, sekali-kali coba tak ada salahnya kan?
Ia buru-buru merogoh saku celana nya,
Welcome to Cicada's Book store
Call us on this number: 000-000-000
We're searching for new employees!
Tak ada yang cukup menarik dari isi kartu tersebut. Benar-benar toko buku toh... Kalau di chat ada yang marah gak ya?
Memang sesempurna apapun manusia tak akan luput dari kemaslahatan yah, salah satu contohnya si Gavin ini.
Ia mulai mengetikkan sesuatu di roomchatnya.
| haloo, ini toko beneran bukan?
Ting!
Satu suara nontifikasi yang sedang dinanti-nanti oleh Haura, akhirnya nampak juga. Ia melihat pop up chat dari akun bisnisnya, seketika mata kucingnya kembali membulat sekarang. Apakah Haura perlu sujud syukur sekarang karena rezeki pemberian Tuhan ini?
Setelah melihat isi dari pesan itu alis Haura seketika menukik, "udah jelas whatsapp bussiness juga" gumam Haura heran.
+62895xxxxxxxx ~vinyaa
| haloo, ini toko beneran bukan?
Halo juga, iya benar ini Cicada's Book store. Ada yang bisa dibantu?
"Wah cepet juga jawabnya" gumaman Gavin terus menginterupsi aktivitas Niel. Terkadang ada baiknya untuk tidak penasaran, namun prinsip Niel lebih baik menghilangkan penasaran daripada penasaran seumur hidup.
Padahal sedari tadi, ia masih terlihat sendu, saat ini justru Gavin yang terlihat paling semangat.
"Asik banget tuh handphone, sampe temen sendiri di anggurin,"
Tak ada tanggapan dari Gavin, netranya masih fokus pada benda canggih digenggamannya itu.
Niel berusaha memancing Gavin, tapi tak ada satupun jawaban yang ia curahkan secara pasti.
Dipikir Niel bakal nyerah?
"Lu ngechat siapa pin?" Mulai lebih berani, Niel malah mengintip seluruh isi percakapan Gavin dengan mendekatkan kepalanya ke arah ponsel.
Jari lengan Gavin menempeleng beban berat disebelahnya, saking besarnya kepala Niel, lengan Gavin hampir saja jatuh kelantai.
"Orang, udah ah kepo lu" Jawab Gavin, sudah jelas wajahnya terlihat risih.
"Wadow, tadi curhatin cewek sekarang udah pdkt-in cewek buaya bener lu" Ucap Niel dengan seringai kecilnya itu, Gavin seolah bingung dengan ungkapannya yang terkesan tiba-tiba itu.
Wah,
Gavin tak habis pikir.
"Fitnah lebih kejam daripada pembunuhan kids, ngapain gue pdkt-in admin toko buku?"
"Lu pdkt-in gue aja, kita—"
Gavin buru-buru menyumpal mulut Niel dengan pisang goreng,
bahaya kalau dilanjutin.
"Lu ngomong lagi gue qurbanin, si monti"
"Goblok"
Ting!
Nontifikasi itu berbunyi lagi untuk yang kesekian kalinya, entah sudah denting yang keberapa, yang jelas... ini orang gak jelas. Tetapi sebagai pemilih ia harus bersikap profesional. Haura harus tetap tabah demi kesejahteraan bersama,
harapan Haura semoga orang ini benar-benar pelanggan di toko miliknya dan Hani.
| hmmm
| disini bisa buat curhat gak?
EMANG ANAK ANJ[sebagian teks terhapus]
Harapan Haura ketinggian, memang salah, seharusnya dari awal kita tidak boleh berharap kepada manusia.
Mikir kids
KAMU SEDANG MEMBACA
'Pathetic
Fanfiction"i've met you in such a pathetic reason" "apa iyh banh" ©norrvenge 2024