Selamat datang, terimakasih sudah meluangkan waktu untuk membaca. 🥀
Bolehkan saya mendapatkan emot : 🥀 ?
Enjoy, turn on your fantasy music!
*
*
*
Minerva selalu menjadi wanita gigih dan keras kepala.
Aku telah melepaskannya, merelakannya, dan hidup dalam kesendirian lagi.
Kembalinya dia padaku membuat jiwaku tenang, namun apakah dia tahu. Bila dia tetap di kastil ini, dia akan tertelan habis?
Ketika aku melihatnya untuk yang pertama kali, kurasa aku hendak bermain-main dengannya. Mempermainkan hidupnya sehingga aku puas menatap wajahnya itu yang sangat mirip denganmu. Hanya demi memuaskan rasa kesalku yang di tinggal sendiri.
Dan ketika dia menemukan permata delima itu, kurasa takdir telah memihakku kali ini. Namun, semakin lama aku di sisinya. Semakin enggan aku menghendakinya untuk menemukan permata-permata itu, sialnya batu-batu terkutuk itu selalu menemukan Minerva. Kemanapun aku menyembunyikannya.
Dan dia berbeda sepertimu, dia bukan wanita angkuh yang semena-mena. Dia penyabar, dia lembut, walau begitu dia juga pemberani. Dia banyak belajar dan dia selalu ingin tahu, bahkan senang menyimpan setiap detil memori-memori kecil sepele yang akan dia ceritakan lagi. Namun dia memiliki sifat keras kepala yang tidak kalah merepotkannya sama sepertimu.
Kurasa aku akan melupakanmu sekarang, aku akan mencoba untuk mencintainya sekalipun wajahnya mirip denganmu. Aku tidak mencarimu pada setiap wanita yang kutemui, namun aku selalu menemukanmu pada setiap wanita yang kutemui. Itu kutukan yang kau beri untukku.
"Putri." Selimut itu tergeletak begitu saja ketika aku menoleh. "Minerva?" Mataku melebar, aku menggenggam erat selimut itu. "Bajingan! Beri tahu aku dimana dia sekarang, penyihir."
"Jangan sampai aku menghancurkan seisi kastil ini." Aku menatap langit-langit aula. Berteriak sekeras-kerasnya, menarik paksa tirai merah itu pada lukisan sang ratu.
"BERHENTI MEMPERMAINKAN HIDUPKU!"
Aku berlari ke setiap sisi, mencoba menemukannya di dalam kastil ini. "Tidak mungkin.."
Dia pasti menuju tempat rahasia yang kubalut sihir penyegel terkuat. Seharusnya penyihir yang harus selalu mati itu tidak akan pernah bisa masuk kesana.
Aku menemui pintu rahasia yang hanya aku dapat temukan. Pintu yang memiliki lengkungan-lengkungan rumit dan hanya darahku yang dapat membukanya. Setetes saja darahku mengalir di antara paruh lancip elang emas itu dapat membuka pintu ini. Namun kemarahan menguasaiku dan aku meremas keras ujung paruh runcingnya hingga menusuk dalam. Membuka pintu sihir itu hingga telapak tanganku robek.
"Sial." Aku melihatnya, di depanku saat ini. Duduk menggenggam ke empat permata terkutuk itu, sebelah tali pakaian pada kain tipis merah itu turun dari bahunya. Dan aku menghampirinya. 'Permata-permata itu memiliki energi lebih kuat dari penjagaan pintu sihir ini.'
"Kau berhasil." Aku berada tepat di depannya. 'Minerva, kembalilah.'
Dia memancarkan senyuman anggunnya, selalu ada bisa di balik senyuman itu. "Kau membangunkanku terlalu lama, Rajaku." Matanya merah, mata delima darah dengan tatapan menusuk. "Aku kembali."
"Aku senang kau kembali." Aku bersumpah tidak akan pernah tersenyum melihatnya, aku kalah. Sekarang aku harus menyusun rencana itu sebelum jiwa minerva benar-benar pergi. Strategi yang kubuat ketika aku melihat masa lalu melalui batu obsidian.
Yang sebenarnya membutuhkan Minerva sebagai sarananya, harusnya aku tetap teguh untuk mengusirnya dari kastil ini.
"Benarkah?" Rautnya menunjukkan senyuman lebar. "Kau memberiku wadah indah, persis mirip sepertiku dan malahan, dia masih perawan."
Dengan cepat dia memelukku, merangkul tangannya pada pundakku. "Aku sangat merindukanmu. Tapi kau lihat, batunya masih ada." Dia mengernyitkan dahi, namun juga menyeringai. Melihat telapak tanganku yang meneteskan cukup banyak darah ketika dia melepas pelukannya, lalu mempermainkan luka gores itu dengan mulut milik wanitaku.
Aku menatapnya tajam, dan menahan amarah selama seribu tahun ini. "Aku menemukan jantungmu, Ratu."
Tanpa aba-aba, dan secara gamblang begitu saja, dia menciumku dalam. Dengan tubuh minerva, berani-beraninya dia menciumku dengan tubuh wanitaku.
Apakah racun akan menjalar di tubuhnya sekarang?
Aku sangat ingin mendorongnya lalu menghunuskan api tepat di jantungnya, namun ini adalah tubuh Minerva. Kututup mataku dan aku resapi bibir Minerva, namun ini percuma. Ini bukan jiwa miliknya. Ini tidak sama, sekalipun tubuhnya adalah miliknya.
Dia melepas ciumannya. "Kau setia menungguku, hmm?" Tatapannya penuh goda.
"Kita bisa memulainya sekarang agar kau benar-benar kembali." Aku merenggut paksa belakang lehernya dan menciumnya lagi. Merapatkan bibirku dalam-dalam padanya. Mataku masih terbuka ketika dia bernafas di mulutku dan menyambut ciumanku.
Yang perlu kupikirkan hanya dia di tubuh Minerva, aku menciumnya, bukan Morana.
Dan aku kalah satu kali lagi, membiarkan nafsuku menguasai seluruh tenggorokanku untuk mengecap rasa Minerva.
Kulepas ciumanku, dan menatapnya dalam. Rasanya aku sangat ingin racun-racun itu menjalari seluruh jiwanya, sehingga dia tahu bagaimana rasa kutukan yang ia berikan padaku.
"Bagaimana rasanya? Menciumku setelah seribu tahun?" Tanganku masih di sana, menggenggam belakang lehernya dengan penuh paksaan. Bila ini bukan tubuh minerva, aku telah pastikan dia mati sekali lagi. "Tubuh ini tidak menguap menjadi asap karena kau pemilik sihir kutukanku."
"Tentu saja tidak, karena jiwaku adalah pemilik kutukan yang ada padamu." Dia menciumku lagi dalam-dalam, bahkan pahanya naik pada tubuhku sehingga aku harus meremas erat pinggulnya. Kakinya melingkar di antara pinggangku. "Kau tidak bersetubuh dengan wanita lain?"
"Oh, aku bersetubuh dengan wanita lain. Tapi mereka selalu langsung mati." Aku membaringkannya pada meja di tengah-tengah aula ini. "Kau harus melepas kutukanku."
Dia tertawa. "Tidak bisa di lepas, selamanya kau seperti itu. Kita di takdirkan bersama." Dia membiarkan tubuh Minerva lebih terekspos dengan sedikit melebarkan pahanya. "Mau melakukannya di sini? Harus ingat, wadah ini perawan. Jadi jangan kasar."
Aku membanting telapak tanganku yang berdarah tepat di sebelah telinganya ketika dia merebahkan kepalanya pada meja. "Aku akan menyetubuhimu setelah kau sepenuhnya kembali."
"Kenapa, apakah rajaku tersiksa dengan kutukan ini?" Dia menarik lenganku kuat-kuat agar bibir kami bertemu lagi, dan aku membiarkan hasrat ini menelusuri seluruh kendaliku. Membuka mulutnya agar lidah kami bertemu, sembari menghayal bila ini adalah Minerva yang seutuhnya.
*
*
*
Terimakasih sudah membaca, bantu untuk votenya ya. 🌹
Follow untuk lebih banyak cerita fantasi lainnya.
Luv. cozyrinn
Ig/tt : cozy.rinn
![](https://img.wattpad.com/cover/372827952-288-k568380.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Seribu tahun lagi - STL TRILOGY - cozyrinn
Fantasy[18+] Kastil ini hidup dan memberi memori-memori pada masa lalunya. Cahaya berpendar selama ia berjalan dan meredup tepat di belakangku. Membuat lorong bagaikan kilat-kilat lembut petir emas. Vas-vas berisikan bunga-bunga putih itu seakan mekar lalu...