Sembilan🍁

5.4K 295 3
                                    

••

Pranggg! Brakk!

Semua barang yang ada didekatnya melayang setelah ia melemparkan barang tersebut dengan amarah yang begitu memuncak.

"BAGAIMANA BISA DIA KABUR HAH?!" Barra berteriak murka pada semua bawahannya yang ia kumpulkan.

Bugh! Bugh.. bugh.

Barra memukuli satu persatu bawahannya yang bertugas untuk berjaga. Gara-gara para penjaga gerbang utama lalai—Dylan berhasil kabur dari mansionnya.

"Cari dia sampai ketemu. Kalau tidak aku akan memenggal kepala kalian." Perintah Barra membuat tubuh para bawahannya bergetar karena merasa takut.

"Siap tuan!" Serentak mereka lalu langsung pergi keluar untuk segera mencari sosok Dylan yang sudah membuat tuan mereka begitu murka karena berani kabur dari mansion ini.

"Dylan, aku akan menghukummu agar kau tahu dengan siapa kau bermain jalang kecil." Monolognya lalu kembali melemparkan vas bunga hingga pecah berhamburan.

Arvin dan maid lain itu merasa kesal karena Dylan membuat tuan mereka begitu murka seperti ini. Sehingga, mereka lah yang kena imbasnya.

"Barra~" Niko tiba-tiba saja datang lalu memeluk Barra sambil menangis.

"Kenapa?" Tanya Barra tanpa membalas pelukan kekasihnya itu. Moodnya sangat hancur sekarang.

"Tanganku... lihat sayang. Dylan melakukan ini padaku." Adu Niko membuat Barra mengernyitkan alisnya bingung.

"Apa maksudmu?"

"Dylan, pelacurmu itu menyakitiku! Aku yang membantunya keluar karena dia mengancamku Bar! Lihat, bahkan setelah aku membantunya keluar dia masih menyakitiku dengan pisau!" Barra mengeraskan rahangnya mendengar ucapan Niko.

Dylan semakin berani rupanya, Barra benar-benar harus memberikan hukuman pada pelacurnya itu.

"Tidak apa-apa. Aku pasti akan menghukumnya." Tenang Barra sembari membalas memeluk kekasihnya.

Tanpa Barra sadari, Niko kini tengah tersenyum miring karena rencananya berjalan dengan sangat sempurna. Niko tidak sabar melihat Dylan yang akan dieksekusi nantinya.

Apa kekasihnya itu akan memotong jari-jari Dylan? Atau memotong lidah jalang itu? Niko benar-benar menantikannya.

••

Dylan berjalan menyusuri kota tempat tinggalnya, ia sudah bertanya pada tetangganya tapi tidak ada yang tahu dimana Abyan berada.

"Abyan, dimana kau? Kakak sudah pulang sekarang." Dylan menutup wajahnya dengan kedua tangannya, air matanya begitu mendesak ingin keluar karena merasa khawatir dengan keadaan Abyan.

Dylan hendak berjalan kembali, tapi sebelum ia melangkahkan kakinya tiba-tiba saja rasa menyengat ditengkuknya ia dapatkan dan ternyata itu adalah sebuah jarum suntik, Dylan mencoba melihat siapa yang sudah menyuntikan obat bius padanya karena sekarang tubuhnya langsung terasa lemas.

Setelah melihat beberapa orang yang berpakaian serba hitam Dylan pun langsung tidak sadarkan diri. Tubuhnya ambruk dalam pangkuan salah satu bawahan Barra.

"Gara-gara dia tuan Barra marah besar. Cih dasar merepotkan." Mereka pun segera membawa Dylan untuk kembali ke mansion.

Membutuhkan waktu satu jam lebih bagi pengawal Barra sampai dimansion. Setelah sampai, mereka segera membawa tubuh Dylan ke dalam mansion.

Barra yang melihat bawahannya berhasil membawa Dylan langsung menyeringai layaknya iblis. Bukan hal yang susah bagi aliansi mafia untuk mencari orang awam seperti Dylan.

"Bawa dia ke redroom. Aku harus memberinya hukuman, supaya dia sadar siapa pemiliknya." Perintah Barra membuat semua bawahannya mengangguk mengerti.

Niko yang memang duduk disamping Barra terkejut dengan perintah Barra pada bawahannya.

Redroom? Kenapa Dylan dibawa kesana? Kenapa Barra tidak membawa Dylan ke ruangan eksekusi seperti yang Niko harapkan?

"Barra, kau tidak akan mengeksekusinya? Kenapa kau membawanya ke redroom?" Tanya Niko. Sebenarnya ia tidak bodoh ia tahu kenapa Barra membawa Dylan ke ruangan itu.

Ini tidak seperti apa yang Niko harapkan.

"Lebih baik kau pulang sekarang." Ujar Barra lalu pergi dari ruangan utama meninggalkan Niko yang menatapnya tidak percaya.

Niko mengepalkan tangannya erat, "Sial, jika aku tidak berhasil menyingkirkan jalang itu lama kelamaan Barra bisa jatuh cinta padanya. Aku tidak bisa membiarkan hal itu terjadi."

Niko segera pergi dari mansion Barra, ia harus memikirkan cara untuk menyingkirkan Dylan agar menjauh dari pandangan Barra.

••

Matanya terbuka dengan perlahan, Dylan mencoba bangkit sembari mengelus tengkuknya yang terasa pegal. Kepalanya memutar memperhatikan ruangan yang didominasi warna merah maroon tersebut.

"Dimana aku? Siapa yang membawaku kesini?" Gumam Dylan merasa aneh dengan ruangan ini.

"Sudah bangun hm?" Dylan terperanjat saat mendengar suara yang amat dirinya kenal.

Melirik secara perlahan ke arah kanan dan bisa ia lihat Barra yang shirtless tengah menatapnya dengan begitu tajam. Duduk disebuah kursi merah maroon dengan begitu angkuhnya, memutar-mutar gelas berisi wine sembari menatap Dylan seolah menguncinya.

"T——Tuan." Dylan berujar lirih. Ternyata, Barra sudah menangkapnya kembali.

Sekarang apa yang harus ia lakukan? Melawan? Kalau begitu sama saja ia dengan bunuh diri karena berani melawan Barra.

"Kau tahu apa kesalahanmu Dylan Edelsteen?" Nada suaranya begitu rendah membuat tubuh Dylan meremang dibuatnya.

"M—maaf.. tuan." Dylan menunduk dengan jari tangan yang saling bertaut, begitu ketakutan saat matanya bersitatap dengan mata kelam milik Barra.

Barra, pria tampan perfeksionis itu lantas segera berdiri menghampiri Dylan yang semakin meringsuk karena rasa takutnya.

Setelah berada dihadapan si submissive, Barra mencengkram dagu Dylan membuat kepala Dylan menjadi mendongak.

"Kau sudah melakukan kesalahan besar. Berani kabur dariku bahkan mengancam dan menyakiti Niko, kau benar-benar harus diberi pelajaran." Geram Barra membuat Dylan kebingungan.

Kapan dirinya mengancam Niko? Kapan dirinya menyakiti Nikoo? Ia sama sekali tidak melakukannya.

"A—aku tidak—"

Plak!

Barra langsung menampar pipi Dylan begitu keras. "Jangan mencoba mengelak."

Dylan meneteskan air matanya sembari menggeleng, ia benar-benar tidak melakukan hal itu dia berani kabur pun karena tawaran Niko bahkan dengan syarat Dylan tidak boleh memberitahu siapapun kalau Niko lah yang membawa Dylan keluar mansion.

"Akan aku tunjukan bagaimana aku menghukum jalang kecil sepertimu Dylan." Bisik Barra begitu dalam, mengigit telinga Dylan membuat pemuda itu memejamkan matanya sambil melenguh.

••

TBC

Vomentnya❤️

Cinta Seorang Mafia✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang