Part 22

9 2 1
                                    

* Sesampainya mereka di ruangan ustadzah Rani.

"Sekarang jelaskan kenapa kalian berkelahi" tanya ustadzah Rani.

"Dia yang duluan ustadzah" ucap Desi sambil menunjuk Baiti.

"Baiti kamu ya gak ada jera jeranya. Kamu itu sudah berapa kali dihukum tapi juga membuat onar. Kamu gak malu apa dibilang sebagai anak jahat yang gak mengikuti peraturan." Kata ustadzah Rani panjang lebar tapi Baiti pura pura tidak mendengar ocehan ustadzah Rani.

"Kamu dengar gak ucapan saya!" Teriak ustadzah Rani.

"Dengar kok ustadzah tapi saya lagi malas aja mendengarnya." Ujar Baiti membuat ustadzah Rani naik darah.

"Kamu ya..." Geram ustadzah Rani.

"Begini ya ustadzah biar saya jelaskan. Ekhm pertama tama ya saya melihat dia menyuruh Aulia untuk membelinya tapi perkara Aulia mau menolaknya dia menampar pipi Aulia dengan keras. Nah jadi saya datang untuk menyuruh Desi berhenti tapi Desi malah keras kepala gak mau dibilangin. Saat saya menyuruhnya jeput  aja sendiri dia mau menjambak saya. Ya... Jadi saya pegang tangannya. Jadi begitulah ceritanya." Ujar Baiti panjang lebar.

Maaf ya karena saya lupa membuat ceritanya saat Desi menampar Aulia.
Oke lanjut.

"Mana ada! Saya gak pernah begitu ustadzah" elak Desi.

"Kamu jangan mengarang cerita,Desi ini anak yang teladan. " kata ustadzah Rani.

"Oh ya? Apakah ustadzah akan mengarang cerita jika di sogok dengan uang warna merah sebanyak lima lembar?" Tanya Baiti membuat ustadzah Rani malu.

"Kamu mau menyogok saya ya?" Tanya ustadzah Rani balik.

"Oh enggak dong ustadzah saya mana pernah mau menyogok orang. Mungkin orang yang di samping saya ini pernah menyogok ustadzah Rani" ucap Baiti.

"Heh Lo ya semakin lama semakin ngelunjak. Lo mau gue masukan penjara ha? Gue ini anak penjabat. Gue bisa saja membuat tuduhan bahwa elo itu sudah membully anak pak subarto." Ujar Desi.

"Oo jadi Lo itu anak pak subarto Diningrat" kata Baiti dan Desi mengangguk menyombongkan diri.

"Tapi gue gak bisa masuk penjara gimana dong " ucap Baiti.

"Gue bisa masukkan Lo ke penjara sebisa mungkin." Kata Desi.

"Lo gak akan pernah bisa. Apa Lo mau keluarga Lo bangkrut ha? Karena anaknya pernah membully selama tiga tahun. Dan ayahnya sang tukang karupsi. Untungnya ayahnya membayar uang bulanan pesantren pakai duit halal" kata Baiti.

"Apa Lo bilang" Desi memegang kerah baju Baiti dengan kuat tapi Baiti tak gentar dia malah melawan balik dengan kata.

"Lo lihat aja sendiri dengan mata kepala Lo. Gue akan membuat Lo berdua masuk penjara. " Ucap Baiti dan melepas tangan Desi dari bajunya.

Baiti pergi keluar dari ruangan yang membuatnya marah.

"Eh mau kemana kamu? Saya belum menyuruh kamu pergi" Baiti berhenti mendengar kata ustadzah Rani.

" Lo bukan siapa siapa gue untuk menyuruh gue berhenti. Dan lihat saja seminggu lagi kalian akan di tangkap dan di penjara." Ujar Baiti dan pergi entah kemana untuk meredam amarah nya.

"Sialan. Gimana gini ustadzah. Saya gak mau ya masuk penjara" tanya Desi ke ustadzah Rani

"Ya mana saya tau. Kamu pikir aja sendiri saya pusing" ucap ustadzah Rani. Desi pergi dari ruang itu untuk kembali ke kamarnya.

Baiti pergi ke kamar nya untuk istirahat sejenak. Sesampainya di kamar sahabatnya sudah menunggu dirinya sedari tadi.

"Assalamualaikum"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 09 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Al Dan Bai (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang